Analisa Budidaya Kepiting Bakau,
Prospek Cerah Dan Peluang Luas
Kepiting
bakau (Scylla serrata) merupakan salah satu jenis komoditas perikanan yang
potensial untuk dibudidayakan. Kepiting bakau banyak dijumpai di perairan payau
yang banyak ditumbuhi tanaman mangrove. Kepiting bakau sangat disenangi oleh
masyarakat mengingat rasanya yang lezat dengan kandungan nutrisi sejajar dengan
crustacea yang lain seperti udang yang banyak diminati baik di pasaran dalam
negeri maupun luar negeri.
Begitu banyak hasil
laut dan air tawar yang merupakan komoditas andalan suatu daerah bahkan suatu
negara seperti, ikan, kerang, udang, lobster dan kepiting. Khusus untuk
kepiting sangat jarang masyarakat kita yang membudidayakan kepiting secara
khusus, padahal jika dikelola dan dikembangkan secara terpadu, maka kepiting
ini sangat menjanjikan.
Potensi pasar yang cukup besar memberi peluang bagi pengembangan budidaya
kepiting bakau secara lebih serius dan komersial. Di sisi lain produksi
kepiting selama ini secara keseluruhan masih mengandalkan tangkapan dari alam,
sehingga kesinambungan produksinya tidak dapat dipertahankan.
Saat ini budidaya kepiting bakau ini tidak harus di
laut dan di daerah bakau, namun dapat juga dan telah berhasil dibenihkan pada
bak-bak terkontrol dan dapat diproduksi di hatchery ikan laut maupun udang
windu. Kepiting bakau atau yang lebih dikenal dengan kepiting lumpur merupakan
salah satu sumber daya perikanan pantai yang mempunyai nilai ekonomis yang
tinggi bila dikembangkan dan dibudidayakan. Pembudidayaan atau pemanfaatan
secara komersil dari komoditas ini semakin meningkatkan baik untuk dikonsumsi
dalam negeri maupun untuk diekspor.
Di dalam negeri kepiting bakau ini juga telah banyak dijual di pasaran-pasaran
tradisional hingga ke swalayan mewah (supermarket), dan disajikan di rumah
makan kecil di pinggiran jalan sampai restoran bahkan sampai hotel
berbintang. Untuk pangsa pasar eksport kepiting bakau Indonesia ini antara
lain Jepang, Malaysia, Prancis sampai ke Amerika Serikat (AS), sehingga sangat
wajar jika peminat kepiting tersebut sangat tinggi, karena binatang yang
berkulit keras ini selain memiliki rasa gurih, enak dan juga bergizi tinggi.
Dengan alasan tersebut, pihaknya berharap kepada Pemkab agar dapat
memprogramkan bantuan untuk budidaya kepiting para nelayan khususnya di
pesisir, karena hal tersebut jelas akan membantu dalam peningkatan
kesejahteraan masyarakat terutama nelayan serta penurunan angka pengangguran
yang ada di Lampung Barat.
Budidaya kepiting ini tentunya akan menyerap tenaga
kerja yang lumayan banyak jika hal ini dikelola dan dikembangkan secara terpadu
dan dalam skala besar. Oleh karena itu komoditi ini sangat menjanjikan untuk
dilaksanakan dan dicoba di Lampung Barat, terutama di daerah pesisir barat.
Kepiting bakau merupakan salah satu komoditas perikanan pantai yang mempunyai
nilai ekonomis penting. Pada mulanya kepiting bakau hanya dianggap hama oleh
Petani tambak, karena sering membuat kebocoran pada pematang tambak. Tetapi
setelah mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi, maka keberadaannya banyak
diburu dan ditangkap oleh nelayan untuk penghasilan tambahan dan bahkan telah
mulai dibudidayakan secara tradisional di tambak. Mengingat permintaan pasar
ekspor akan kepiting bakau yang semakin meningkat dari tahun ke tahun maka
usaha ekstensifikasi budidaya kepiting bakau mulai dirintis di beberapa daerah.
Kepiting bakau dapat dipelihara secara terus menerus
sepanjang tahun, karena ketersediaan benih di alam saat ini cukup banyak juga
lahan tambak pembesaran dapat disiapkan dengan mudah dan cepat.
Diversifikasi usaha budidaya kepiting bakau di tambak
akan menambah lapangan usaha dan mengoptimalkan potensi lahan tambak yang idle
serta dapat menyerap tenaga kerja, sehingga mampu meningkatkan pendapatan
masyarakat pembudidaya.
KONSTRUKSI TAMBAK
Tambak kepiting harus mempunyai konstruksi yang
berorientasi pada faktor lingkungan yang mendukung kehidupan dan pertumbuhan
secara normal, sehingga efisiensi pemanfaatan lahan dan waktu saat
pemeliharaan. Secara prinsip, bangunan tambak harus kuat & kedap air.
Untuk mencegah agar kepiting tidak melarikan diri dari
petak pemeliharaan dan mencegah masuknya hama dari luar dibuat karamba bambu
atau kurungan. Setiap unit kurungan dibangun dengan ukuran 2 m x 1 m x 0,2 m
hingga membentuk kare yang ditancapkan. Karamba dipasang pada 30
cm±saluran tambak dengan kedalaman air
TEKNIK BUDIDAYA
Persiapan Tambak
Pengolahan tanah dasar ditujukan memperbaiki
mutu/kualitas tanah untuk meningkatkan daya dukung lahan. Kegiatan yang
dilakukan meliputi pembalikan, penjemuran, pencucian dan pengapuran. Pembalikan
tanah bertujuan untuk mempercepat proses penguraian bahan organik dan gas-gas
beracun, yang dilakukan dengan mencangkul/membajak dengan kedalaman ± 20 – 30
cm. Penjemuran bertujuan untuk mereduksi bahan organik dan gas-gas beracun yang
dilakukan dengan sinar matahari hingga warna tanah coklat alami. Lama
penjemuran selama 5 – 7 hari. Pengapuran bertujuan memperbaiki dan menstabilkan
pH tanah hingga kisaran normal (pH 7 – 8). Jenis kapur yang digunakan harus
sesuai dengan jenis tanah dasar setempat.
PEMELIHARAAN
a. Pemilihan dan Penebaran Benih
Benih yang digunakan berukuran berat 30 – 50 gr/ekor
atau lebar cangkang (karapas) 3 -4 cm. Ciri-ciri benih yang baik adalah :
Ø Anggota tubuh yang lengkap
Ø Menunjukkan tingkah laku untuk menghindar atau
melawan bila akan dipegang
Ø Warna cerah hijau kecoklatan atau coklat kemerahan.
Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau
sore hari dengan padat tebar rasio perbandingan jantan dan betina 1 : 1
berkisar antara 1 -2 ek/m2. Untuk menjamin benih bebas dari parasit sebaiknya
direndam dengan desinfektan (formalin 200 ppm selama 30 menit). Kemudian benih
disebar merata dengan cara melepas ikatan satu per satu.
b. Pemberian Pakan
Kegiatan pemberian pakan meliputi : (1) memilih jenis
pakan yang sesuai dengan kebutuhan, (2) cara pemberian pakan, (3) dosis pakan,
(4) teknik sampling. Jenis pakan untuk budidaya kepiting adalah pakan alami
seperti bentos dan cacing, untuk pakan buatan dapat diberikan ikan rucah atau
pellet.
Khususnya untuk pakan ikan rucah, daging kerang dan
hancuran daging siput dilakukan dengan cara memberikan ikan setengah kering
dengan kadar air berkisar 30 – 40 %. Jumlah pakan diberikan disesuaikan dengan
kebutuhan, dapat dilihat dari sisa pakan yang tidak termakan. Jika pakan
dimakan seluruhnya, maka pemberian pakan selanjutnya sebaiknya ditambah.
c. Pengendalian hama dan penyakit
Tindakan pengendalian dapat dilakukan dengan cara
pergantian air yang cukup, pengapuran secara rutin dan penyaringan air pasok
dan pemberian feed aditive (vit. C 2-4 gr/kg pakan, bawang putih 15 – 20 gr/kg
pakan secara periodik. Penggunaan obat-obatan kimia (pabrik) merupakan
alternatif paling akhir jika dengan cara pencegahan tidak berhasil.
PANEN DAN PASCA PANEN
Panen kepiting biasanya dilakukan setelah masa
pemeliharaan mencapai 4-5 bulan, dengan ukuran 3-4 ekor/kg. Cara panen kepiting
dari kurungan bambu dengan menggunakan seser atau rakkang. Pasca panen dengan
mengikat kaki dan capit kepiting dengan tali secara individu. Produk hasil
panen ditempatkan di wadah yang berlobang-lobang dengan dialasi pelepah pisang
yang dibasahi air laut guna mempertahankan tingkat kelembaban, selanjutnya
kepiting dapat dipasarkan langsung ke pengumpul dalam keadaan hidup.
Sebagai komoditas ekspor kepiting memiliki harga jual
cukup tinggi baik di pasaran dalam maupun luar negeri, namun tergantung pada
kualitas kepiting (ukuran tingkat kegemukan). Penggemukan kepiting dapat
dilakukan terhadap kepiting bakau jantan dan betina dewasa tetapi dalam keadaan
kosong/kurus. Untuk dapat menghasilkan kepiting yang gemuk diperlukan waktu
yang cukup pendek yaitu 10 - 20 hari. Harga jual kepiting gemuk menjadi lebih
tinggi dengan demikian dapat meningkatkan nilai tambah bagi petani.
1. TEKNIK BUDIDAYA PEMBESARAN
Faktor teknik yang perlu diperhatikan untuk menunjang
keberhasilan budidaya pembesaran kepiting, antara lain :
a. Pemilihan Lokasi Budidaya
Pemilihan lokasi budidaya harus tepat secara teknis
operasional dengan mempertimbangkan beberapa aspek sebagai berikut :
1. Mutu air cukup baik
- Salinitas 15 - 30 ppt
- pHair 7 – 8
- Suhu 25 - 30 C
- Kandungan O >3 ppm
2. Mudah diawasi
3. Substrat dasar tambak adalah lumpur berpasir
4. Untuk sistem karamba harus terhindar dari pengaruh
banjir dan mudah terjangkau oleh pasang surut.
5. Merupakan wilayah penangkapan kepiting
b. Tempat Pemeliharaan
Tempat pemeliharaan kepiting bisa berupa kurungan
bambu, waring, maupun bak beton. Untuk tempat pemeliharaan kepiting yang
berasal dari kurungan bambu (karamba) disarankan berukuran 1,5x1x1meter atau
2x1x1meter, hal ini bertujuan memperrmudah pengelolaannya terutama pada waktu
mengangkat karamba di waktu panen.
c. Pemilihan Benih
Kesehatan benih merupakan satu diantara faktor yang
menunjang keberhasilan dalam usaha penggemukan kepiting. Oleh sebab itu
pemilihan dan pengelolaan benih harus benar dan tepat. Kesehatan benih juga
bisa dilihat dari kelengkapan kaki-kakinya. Hilangnya capit akan berpengaruh
pada kemampuan untuk memegang makanan yang dimakan serta kemampuan sensorisnya.
Walaupun pada akhirnya setelah ganti kulit maka kaki yang baru akan tumbuh
tetapi hal ini memerlukan waktu, belum lagi adanya sifat kanibalisme kepiting,
sehingga kepiting yang tidak bisa jalan karena sedang ganti kulit sering menjadi
mangsa kepiting lainnya. Untuk itu maka harus dipilih benih yang mempunyai kaki
masih lengkap. Benih kepiting yang kurang sehat warna karapas akan
kemerah-merahan dan pudar serta pergerakannya lamban.
d. Pengangkutan Benih
Walaupun kepiting bakau merupakan hewan yang tahan
terhadap perubahan lingkungan namun cara pengangkutan yang salah bisa
menyebabkan kematian dalam jumlah banyak atau mengurangi sintasan. Pengangkutan
benih sebaiknya dilakukan sewaktu suhu udara rendah dan kurang sinar matahari.
Tereksposenya benih kepiting ke dalam sinar matahari bisa menimbulkan dehidrasi
yang pada akhirnya cairan dalam tubuh kepiting akan keluar semuanya sehingga
menyebabkan kematian. Tingginya kematian benih setelah sampai tempat tujuan
biasanya disebabkan karena benih yang dibeli memang sudah lemah akibat sudah
ditampung beberapa hari oleh pedagang pengumpul. Biasanya kematian kepiting
terjadi setelah hari ke-4 dalam penampungan tanpa air. Wadah yang dipakai dalam
pengangkutan kepiting sebaiknya tidak menyebabkan panas dan letakkan kepiting
dalam posisi hidup. Wadah sterofoam dengan panjang 1 m dan lebar 60 cm dapat
menyimpan benih sebanyak 100 - 150 ekor untuk benih yang diikat.Lakukan
penyiraman sebanyak 2 - 3 kali penyiraman dengan air berkadar garam 10 - 25 ppt,
selama pengangkutan 5 - 6 jam.
2. PENEBARAN
Penebaran kepiting dilakukan pada pagi atau sore hari
pada karamba. Benih kepiting yang ditebarberukuran berat 200 - 300 gram per
ekor. Untuk ukuran karamba 1,5 - 2 x 1 x 1 meter kepadatan tebar nya kurang lebih
15 - 25 kg atau sebanyak 60 - 70 ekor.
3. PEMELIHARAAN
Penempatan karamba dalam petak tambak disarankan diletakkan di dekat pintu
masuk/keluar air. Posisi karamba sebaiknya menggantung berjarak 15 cm dari
dasar perairan yang tujuannya agar sisa pakan yang tidak termakan jatuh ke
dasar perairan tidak mengendap di dalam karamba. Diusahakan seminggu 2 kali
karamba dipindah dari posisi semula hal ini bertujuan agar terjadi sirkulasi /
pergantian air. Kegiatan dalam pemeliharaan setelah penebaran dilakukan :
- Pemberian pakan rucah lebih diutamakan dalam bentuk segar sebanyak 5 -10%
dari berat badan dan diberikan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore/malam hari.
- Penggantian air dilakukan bila terjadi penurunan
kualitas air.
- Sampling dilakukan setiap 5 hari untuk mengetahui
perkembangan pertumbuhan dan kesehatan kepiting.
Dengan pengelolaan pakan yang cermat, cocok dan tepat
jumlah maka dalam tempo 10 hari
pertumbuhan kepiting bisa diketahui.
4. PEMANENAN
Pemeliharaan / penggemukan kepiting di karamba dapat dilakukan selama 15 hari,
tergantung pada ukuran benih dan laju pertumbuhan. Laju pertumbuhan oleh jenis
pakan yang diberikan dan kualitas air tambak. Untuk memanen kepiting digunakan
alat berupa seser baik untuk tujuan pemanenan total maupun selektif.
Pelaksanaan panen harus dilakukan oleh tenaga terampil untuk menangkap dan
kemudian mengikatnya. Selain itu tempat dan waktu penyimpanan sebelum
didistribusikan kepada konsumen menentukan kesegaran dan laju dehidrasi karena
kehilangan berat sekitar 3 - 4% dapat menyebabkan kematian.
5. ANALISA USAHA
Beberapa asumsi yang digunakan dalam menghitung biaya
dan pendapatan dalam usaha penggemukan kepiting :
- Lama pemeliharaan 15 hari.
- Harga jual kepiting jantan Rp. 27.000,- dan kepiting
betina Rp. 50.000,-
- Benih yang dibutuhkan 20 kg atau 60 ekor/keramba
- SR 75% atau 88 ekor, jantan 44 ekor atau 22 kg dan
betina 44 ekor atau 22 kg dengan ukuran 1-2 ekor/kg.
ANALISA LABA-RUGI
A.
Biaya Investasi
-Pembuatan Karamba 2bh @ Rp.250.000 : Rp. 550.000
-Pembelian Peralatan : 50.000
Sub total A : Rp. 550.000
B. Biaya Operasional
- Benih 40 kg @ Rp. 19.000 : Rp. 760.000
-Pakan 150 kg @ Rp. 1.000 : Rp. 150.000
-Tenaga Kerja : 150.000
Sub total B : Rp.1.060.000
C. Penyusutan Modal 10% x A : Rp. 55.000
D. Total Biaya (B+C) : Rp.1.115.000
E. HasilPenerimaan
-Kepiting jantan 44 kg @ Rp. 27.000 : Rp. 594.000
-Kepiting betina44 kg @ Rp. 50.000 : Rp.1.100.000
Sub total E : Rp.1.694.000
F. Laba Operasional (E-D) : Rp. 579.000
G. Laba dalam 1 tahun (Fx12bln) : Rp.6.948.000
ANALISA BIAYA
1. Cash Flow{G+A} : Rp.7.498.000
2. Rentabilitas {F:(A+B)*100%)} : 46%
3. B/C Rati0 {E :D} : 1,5
4. Pay BackPeriod {(A+B) : (G+A) x 1tahun} : 3 bulan
5. Break EvenPoint {(C:(1 - (B:E)} : Rp. 146.956
Cara lama menyantap kepiting telah berakhir. Anda tak
perlu berjuang mengkorek-korek cangkangnya demi mengeluarkan dagingnya.
Alih-alih, cangkang tersebut bisa dimakan.
Kepiting inilah yang kerap disebut sebagai kepiting
soka/lunak (soft shell). Semua bagian tubuh kepiting tersebut bisa dimakan,
termasuk cangkangnya yang keras. Fakta itu tak ayal membuat popularitas
kepiting soka naik.
Permintaannya terus melonjak meski harganya cukup
tinggi. Harga per kilonya bisa mencapai sekitar Rp 60 ribu. Namun, hidangan ini
belum banyak tersedia di restoran-restoran penyaji makanan akuatik.
Pasokan kepiting soka masih rendah karena usaha
budidayanya belum berkembang. Alasannya terkendala oleh bibit yang selama ini
hanya mengandalkan tangkapan alam. Kendati demikian, usaha budidaya kepiting
soka tetap menyimpan peluang besar. Apalagi dengan kian bertambahnya penggemar
Mr. crab dari hari ke hari. (fn/jp/lb/sc/tb) www.suaramedia.com