PROSES PENURUNAN MUTU PADA IKAN
Secara umum komoditas/bahan pangan mempunyai sifat mudah
mengalami kerusakan/busuk (perishable), tidak terkecuali ikan. Setidaknya ada 2
(dua) alasan mengapa ikan termasuk dalam bahan pangan yang mudah busuk
(perishable food) adalah : (1) Tubuh ikan mengandung protein dan air cukup
tinggi, sehinggga merupakan media yg baik bagi pertumbuhan bakteri pembusuk dan
bakteri mikroorganisme lain, dan (2) Daging ikan mempunyai sedikit
tenunan pengikat (tendon) , sehingga proses pembusukan pada daging ikan
lebih cepat dibandingkan dengan produk ternak atau hewan lainnya. Komposisi
kimia dalam daging ikan dapat dilihat pada tabel berikut
Pada dasarnya, proses penurunan mutu / pembusukan pada ikan
terjadi sesaat setelah ikan mati. Perubahan – perubahan tersebut terjadi
terutama disebabkan oleh : (a) aktivitas enzim; (b) aktivitas kimiawi / adanya
oksidasi lemak oleh udara; dan (c) aktivitas mikroorganisme / bakteri.
Enzim yang terdapat dalam tubuh ikan akan merombak /
menguraikan organ – organ tubuh ikan dan mengakibatkan perubahan rasa (flavor)
bau (odor), rupa (appearance), dan tekstur (texture). Oksigen yang terkandung
dalam udara mengoksidasi lemak daging ikan yang mengakibatkan munculnya bau
tengik (rancid). Perubahan – perubahan yang diakibatkan oleh aktivitas enzim
dan aktivitas kimiawi menyebabkan komponen tubuh ikan menjadi lebih sederhana
sehingga dapat memicu pertumbuhan bakteri pada tubuh ikan.
Dalam kenyataannya proses kemunduran mutu ikan berlangsung
sangat kompleks. Satu dengan lainnya saling terkait, dan bekerja secara simultan.
Untuk mencegah terjadinya kerusakan secara cepat, maka harus selalu dihindarkan
terjadinya ketiga aktivitas secara bersamaan.
Perubahan - Perubahan Ikan Setelah Ikan Mati
Hyperaemia
Hyperaemia merupakan proses terlepasnya lendir dari kelenjar
- kelenjar yang ada di dalam kulit. Proses selanjutnya membentuk lapisan bening
yang tebal di sekeliling tubuh ikan. Pelepasan lendir dari kelenjar lendir,
akibat dari reaksi khas suatu organisme. Lendir tersebut terdiri dari gluko
protein dan merupakan substrat yang baik bagi pertumbuhan bakteri.
Rigor Mortis
Fase ini ditandai oleh mengejangnya tubuh ikan setelah mati.
Kekejangan ini disebabkan alat-alat yang terdapat dalam tubuh ikan yang
berkontraksi akibat adanya reaksi kimia yang dipengaruhi atau dikendalikan oleh
enzim. Dalam keadaan seperti ini, ikan masih dikatakan segar.
Autolysis
Fase ini terjadi setelah terjadinya fase rigor mortis. Pada
fase ini ditandai ikan menjadi lemas kembali. Lembeknya daging Ikan disebabkan
aktivitas enzim yang semakin meningkat sehingga terjadi pemecahan daging ikan
yang selanjutnya menghasilkan substansi yang baik bagi pertumbuhan bakteri.
Bacterial decomposition (dekomposisi oleh bakteri)
Pada fase ini bakteri terdapat dalam jumlah yang sangat
banyak, sebagai akibat fase sebelumnya. Aksi bakteri ini mula-mula hampir
bersamaan dengan autolysis, dan kemudian berjalan sejajar.
Bakteri menyebabkan ikan lebih rusak lagi, bila dibandingkan
dengan fase autolysis. Jenis-jenis bakteri tersebut adalah: Pseudomonas,
Proteus Achromobacter, Terratia, dan Elostridium.
Selama ikan masih dalam keadaan segar, bakteri-bakteri
tersebut tidak mengganggu. Akan tetapi jika ikan mati, suhu badan ikan menjadi
naik, mengakibatkan bakteri-bakteri tersebut segera menyerang. Segera terjadi
pengrusakan jaringan-jaringan tubuh ikan, sehingga lama kelamaan akan terjadi
perubahan komposisi daging yang kemudian mengakibatkan ikan menjadi busuk.
Bagian-bagian tubuh ikan yang sering menjadi target serangan
bakteri adalah : Seluruh permukaan tubuh, Isi perut, dan Insang.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penurunan Mutu Ikan
Cara Penangkapan
Ikan yang ditangkap dengan alat trawl, pole, line, dan
sebaginya akan lebih baik keadaannya bila dibandingkan dengan yang ditangkap
menggunakan gill-net dan long-line. Hal ini dikarenakan pada alat-alat yang
pertama, ikan yang tertangkap segera ditarik di atas dek, sedangkan pada
alat-alat yang kedua ikan yang tertangkap dan mati dibiarkan terendam agak lama
di dalam air. Kondisi ini menyebabkan keadaan ikan sudah tidak segar sewaktu
dinaikkan ke atas dek.
Reaksi Ikan Menghadapi Kematian
Ikan yang dalam hidupnya bergerak cepat, contoh tongkol,
tenggiri, cucut, dan lain-lain, biasanya meronta keras bila terkena alat
tangkap. Akibatnya banyak kehilangan tenaga, cepat mati, rigor mortis cepat
terjadi dan cepat pula berakhir. Kondisi ini menyebabkan ikan cepat membusuk.
Berbeda dengan ikan bawal, ikan jenis ini tidak banyak
memberi reaksi terhadap alat tangkap, bahkan kadang-kadang ia masih hidup
ketika dinaikkan ke atas dek. Jadi masih mempunyai banyak simpanan tenaga.
Akibatnya ikan lama memasuki rigor mortis dan lama pula dalam kondisi ini. Hal
ini menyebabkan pembusukan berlangsung lambat.
Jenis dan Ukuran Ikan
Kecepatan pembusukan berbeda pada tiap jenis ikan, karena
perbedaan komposisi kimia ikan. Ikan-ikan yang kecil membusuk lebih cepat dari
pada ikan yang lebih besar.
Keadaan Fisik Sebelum Mati
Ikan dengan kondisi fisik lemah, misal ikan yang sakit,
lapar atau habis bertelur lebih cepat membusuk.
Keadaan Cuaca
Keadaan udara yang panas berawan atau hujan, laut yang banyak
bergelombang, mempercepat pembusukan.
Penurunan mutu ikan juga dapat terjadi oleh pengaruh fisik.
Misal kerusakan oleh alat tangkap waktu ikan berada di dek, di atas kapal dan
selama ikan disimpan di palka. Kerusakan yang dialami ikan secara fisik ini disebabkan
karena penanganan yang kurang baik. Sehingga menyebabkan luka-luka pada badan
ikan dan ikan menjadi lembek.
Sumber : Adawyah R. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan.
Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar