Pemerintah
Imbau Masyarakat Gemari Makan Ikan
Jakarta –
Ikan dianggap mampu mencerdaskan otak anak, meski ada juga mitos-mitos yang
mengatakan ketika dalam masa kehamilan tidak boleh makan ikan. Padahal
sebenarnya ikan itu baik untuk semua kalangan. Presiden Jokowi pun mengajak
masyarakat untuk mempopulerkan budaya makan ikan.
“Makan ikan
itu murah, sehat dan tersedia banyak. Momentum ini merupakan jawaban dari
tantangan untuk mempopulerkan makan ikan, agar menjadi budaya masyarakat kita,”
tutur Kepala Staf Kepresidenan, Teten Masduki, saat menghadiri konferensi pers
Lomba Masak Ikan Nusantara ‘Menuju Istana’, yang merupakan rangkaian kegiatan
‘Taste of Indonesia’ di salah satu pusat perbelanjaan di kawasan Thamrin,
Jakarta Pusat, Kamis (10/8).
Sedemikian
besar perhatian Presiden Jokowi terhadap peningkatan kualitas generasi bangsa,
ia merasa risau dengan adanya kondisi anak-anak Indonesia yang mengalami stunting
karena kekurangan gizi.
Menurut
Presiden, tidak seharusnya anak-anak itu kekurangan sumber protein yang
merupakan zat pembangun, mengingat negara Indonesia sangat kaya akan sumber
protein, yakni ikan, karena sebagian besar wilayahnya adalah lautan.
Teten
mengungkapkan, banyak masyarakat yang beranggapan bahwa mengonsumsi daging
lebih berkelas, dibandingkan mengonsumsi ikan. Hal ini diperparah dengan masih
banyaknya mitos yang salah di masyarakat, seperti ibu hamil tidak diperbolehkan
mengonsumsi ikan, karena alasan kebudayaan. Padahal, mengonsumsi ikan selama
kehamilan justru sangat dianjurkan.
Hal tersebut
diperjelas juga, oleh Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian
Kesehatan, Anung Sugihantono, bahwa prinsip makan adalah beragam dan berimbang.
Untuk itu, perlu dipahami, sumber protein tidak hanya daging, ikan justru
merupakan sumber protein yang menjadi kekayaan Indonesia.
“Salah satu
kelebihan sumber protein ikan yaitu mengandung omega 3. Bila dibandingkan
dengan daging yang kadarnya sangat rendah atau bahkan sebagian besar tidak ada.
Kita semua meyakini bahwa protein ikan sangat membantu pertumbuhan dan
perkembangan, bukan sekedar mencukupi kebutuhan tetapi juga mencerdaskan,” ujar
Anung dalam kesempatan yang sama dengan Teten.
Lebih
lanjut, Anung menyebutkan masyarakat tidak perlu ragu untuk mengonsumsi ikan
karena ikan memiliki banyak keuntungan. Dan semua ikan dipastikan halal.
Hal ini juga
diperkuat pula, oleh pernyataan Direktur Akses Pasar dan Promosi Kementerian
Kelautan dan Perikanan, Innes Rahmania, yang memberikan contoh nyata tentang
para atlet tembak dan panah Indonesia saat masuk Pelatnas, hanya diberikan menu
makanan berbahan utama daging putih, bukan daging merah.
Tujuannya
agar emosi para atlet bisa lebih terkendali dan lebih mampu berkonsentrasi
sehingga dapat menembak dengan jitu. “Ikan menyehatkan dan mencerdaskan. Sangat
disayangkan bila hingga sekarang masih ditemukan anak-anak yang tinggal di
pesisir pantai namun tidak gemar makan ikan. Ironi, bila daerah penghasil produksi
ikan yang tinggi, namun rendah konsumsi,” jelas Innes. (rep)
Kementrian Perikanan Kampanye Gemarikan
Para
pedagang melayani pembeli ikan di pasar pagi Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh,
Senin (18/7). Kondisi cuaca buruk gelombang tinggi disertai angin kencang barat
daya sedang melanda Aceh yang mempengaruhi aktivitas tangkapan ikan nelayan
berdampak pada kenaikan harga ikan 15-20 persen per masing masing jenis ikan di
Aceh. ANTARA FOTO/Rahmad/pd/16
Jakarta – Menyusul tingginya harga daging di Indonesia, Kementrian Kelautan dan Perikanan mengkampanyekan gemarikan. Hal ini untuk mengajak masyarakat banyak-banyak mengkonsumsi ikan yang juga bergizi tinggi. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menegaskan meski konsumsi ikan dalam negeri setiap tahun meningkat, pihaknya akan tetap terus dan tidak akan berhenti mendengungkan Gerakan Makan Ikan (Gemarikan) untuk mengajak masyarakat agar terus mengonsumsi ikan.
“Kami selalu
mengajak kepada seluruh Kementerian/Lembaga dan seluruh elemen agar sama-sama
menggaungkan Gemarikan pada masyarakat,” ujar Direktur Jenderal Penguatan Daya
Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP Nilanto Perbowo melalui siaran persnya
di Jakarta, Rabu (27/7).
Untuk itu,
KKP tak henti-hentinya menjalin kerjasama dengan organisasi mitra gemarikan
antara lain melibatkan kementerian/lembaga terkait, organisasi masyarakat dan
pelaku usaha, serta elemen masyarakat lainnya, baik yang tergabung dalam Forum
Peningkatan Konsumsi Ikan Nasional (Forikan) Pusat dan Daerah (Prov/kab/Kota)
serta Mitra Gemarikan. “Untuk menyosialisasikan makan ikan, tidak hanya kami
(KKP) saja. Maka dari itu, kami merangkul semua elemen untuk terus
mensosialisasikan makan ikan,” tambahnya.
Berdasarkan
data yang ada, Nilanto menjelaskan bahwa tingkat konsumsi ikan masyarakat baru
mencapai 41,11 kg/kapita/tahun pada 2015, dan akan ditingkatkan menjadi 43,88
kg/kap/tahun pada 2016. Tentu ini dibutuhkan upaya keras dan dukungan dari
stakeholders termasuk mitra Gemarikan.
“Meski sudah
tergolong tinggi dan terus ada peningkatan akan konsumsi ikan, tapi masih
terbilang rendah dibandingkan seperti Malaysia sudah mencapai 70 kg dan Jepang
sudah mencapai lebih dari 100 kg per kapita per tahunnya. Dengan pengenalan
lebih dalam ke masyarakat, tingkat konsumsi ikan di Indonesia bisa lebih
tinggi,” harapnya.
Seperti yang
diharapkan bapak Presiden Joko Widodo, menurut Nilanto yang memberikan arahan
untuk mengkampanyekan makan ikan dan sejalan dengan Peraturan Presiden
No.71/2015 tentang barang pokok dan barang penting dan ikan masuk di dalamnya,
oleh sebab itu diharapkan ikan dapat menjadi sumber protein utama keluarga.
“Harapannya ke depan bukan hanya daging dan telur saja, tapi masyarakat bisa
mulai sadar bahwa ikan adalah kebutuhan sumber protein masa depan,” pungkas
Nilanto.
Peningkatan Konsumsi Ikan Perbesar
Permintaan Domestik
Jakarta – Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto
mengatakan peningkatan konsumsi produk perikanan di berbagai daerah juga
selaras dengan pengembangan sektor kelautan dan perikanan karena memperbesar
permintaan domestik.
“Salah satu yang didorong tidak hanya ikan dalam tanda
petik diekspor, tetapi juga industri tradisional yang menciptakan permintaan
terhadap sektor perikanan di dalam negeri,” kata Airlangga Hartarto dalam
Rakernas Kadin Bidang Kelautan dan Perikanan di Jakarta, Senin (7/11).
Untuk itu, ujar Airlangga Hartarto, pihaknya juga
mendorong tingkat konsumsi ikan secara nasional. Sebelumnya, Direktur Jenderal
Perikanan Budi Daya Kementerian Kelautan dan Perikanan Slamet Soebjakto
menginginkan sumber protein bagi warga dapat diperbanyak dengan meningkatkan
tingkat konsumsi ikan masyarakat.
“Tantangan pembangunan lain adalah saat ini terdapat
lebih dari 800 juta orang mengalami gizi buruk atau malnutrisi, yang memerlukan
sumber protein yang murah namun bergizi tinggi. Dan, hal ini bisa kita temukan
pada ikan,” kata Slamet Soebjakto.
Dirjen Perikanan Budi Daya KKP mengingatkan hal yang
wajar jika pemerintah dan pengusaha memberikan perhatian lebih pada
pengembangan perikanan budi daya karena populasi penduduk global diperkirakan
akan tumbuh sebanyak sembilan miliar orang hingga 2050, yang merupakan tantangan
besar dalam pemenuhan sumber pangan dunia. Sebagaimana diwartakan, sejumlah
daerah di Tanah Air telah mempromosikan agar masyarakatnya dapat meningkatkan
konsumsi pangan ikan di daerah tersebut.
Misalnya, Pemerintah Kabupaten Pasaman, Sumatera
Barat, membentuk Forum Peningkatan Konsumsi Ikan (Forikan) untuk menjalin
koordinasi, keterpaduan langkah dan tindakan seluruh instansi bidang perikanan
di tingkat pusat dan daerah.
Wakil Bupati Pasaman Atos Pratama di Lubuk Sikaping,
Senin (24/10) menyebutkan, terdapat lima bidang dalam struktur kepengurusan
Forikan ini yakni Penguatan Organisasi dan Pembinaan Kecamatan, Peningkatan
Produksi Usaha, Pembinaan Mutu dan Defersifikasi Produk, Promosi dan Pemasaran,
serta Data dan Publikasi.
“Forikan ini sekaligus berperan sebagai inspirator,
kreator, motivator dan aktivator dalam rangka mewujudkan program Gerakan
Masyarakat Makan Ikan (Gemarikan). Forikan ini diharapkan mampu mewujudkan
masyarakat yang sehat, cerdas dan sejahtera,” katanya.
Selain itu, Pemerintah Kota Palembang, Sumatera
Selatan, berupaya lebih menggalakkan lagi program gemar makan ikan meskipun
warga kota ini tingkat konsumsi ikannya tergolong cukup tinggi sekitar 36
kilogram per kapita per tahun.
Menurut Sekretaris Daerah Palembang Harobin Mustafa di
Palembang, Jumat (14/10), jajaran Pemkot Palembang bersama ibu-ibu PKK terus
berupaya menggalakkan program gemar makan ikan di lingkungan keluarga dan
kawasan permukiman penduduk yang memiliki makanan khas daerah menggunakan ikan
sebagai bahan olahannya, seperti pempek dan pindang.
Tingkat konsumsi ikan warga kota ini perlu didorong
lebih tinggi lagi karena ikan memiliki kandungan yang baik untuk mencukupi
asupan gizi anak dan anggota keluarga lainnya sehingga program yang dapat
mendorong masyarakat lebih menyukai makan ikan terus digalakkan, katanya.
Konsumsi Ikan Meningkat, Kebutuhan
Protein Masyarakat Membaik
Jakarta | Jurnal Asia Menteri Kelautan dan Perikanan
Susi Pudjiastuti mengatakan, peningkatan konsumsi ikan bermanfaat untuk
meningkatkan protein masyarakat. Protein sangat berguna bagi pertumbuhan tubuh
anak.
“Dalam 10 tahun terakhir, satu dari anak Indonesia
tumbuh pendek dan kecil karena kualitas makanan,” kata Susi Pudjiastuti di
kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jakarta, Rabu (30/3/2016).
Menurut Susi, dengan gigihnya pemberantasan aktivitas
pencurian ikan di Tanah Air, maka jumlah ikan dengan kadar protein premium
seperti tuna juga semakin banyak beredar di masyarakat.
Dengan demikian, ujar dia, bukan hanya warga asing yang mendapatkan hasil komoditas perikanan premium yang diekspor, tetapi masyarakat lokal juga bisa mendapatkan manfaatnya.
Dengan demikian, ujar dia, bukan hanya warga asing yang mendapatkan hasil komoditas perikanan premium yang diekspor, tetapi masyarakat lokal juga bisa mendapatkan manfaatnya.
“Setelah cukup (konsumsi di dalam negeri), barulah kita
ekspor ke luar,” ujarnya. Dia juga menegaskan, manusia Indonesia dinilai bakal
menjadi lebih bergizi dan berkualitas bila mendapatkan konsumsi protein yang
cukup memadai daripada sekarang ini.
Tak Ingin Berlabel Ilegal Menteri Kelautan dan Perikanan
Susi Pudjiastuti menegaskan tindakan Illegal, Unreported and Unregulated
Fishing (IUUF) harus dihapuskan. Dirinya tidak ingin ada label IUUF dalam
sektor perikanan Indonesia. “Kami tidak ingin perikanan yang berlabel ‘IUU
fishing’ (penangkapan ikan secara ilegal),” katanya, Rabu (30/3).
Dia menambahkan, selama setahun terakhir Indonesia
dinilai memimpin dalam memberikan pandangan terhadap pemberantasan pencurian
ikan dalam tataran global. Susi mengingatkan bahwa penangkapan ikan secara
ilegal juga terkait dengan jenis kejahatan lainnya seperti perdagangan manusia
hingga perbudakan buruh perikanan, juga kerusakan biota laut yang luar biasa.
Menteri Susi mengutarakan harapannya agar forum ini
dapat menjadi jalan dalam melakukan perkawinan bisnis guna menjadi transaksi
yang akan membawa kesejahteraan semua pelaku sektor kelautan dan perikanan.
Kendati demikian, dirinya mengakui reformasi kebijakan
sektor kelautan dan perikanan tidak mudah tetapi tetap harus dilakukan guna
menjaga kelestarian sumber daya lautan Republik Indonesia. “Kami telah
melakukan reformasi perikanan sejak bulan pertama saya menjabat,” imbuhnya.
Menurut Susi, reformasi tidak mudah dilakukan antara
lain karena untuk mengubah sesuatu dipastikan memerlukan waktu yang panjang dan
keberanian yang teguh serta konsisten dalam menerapkannya.
Satu hal yang pasti, ujar dia, adalah reformasi sektor
kelautan yang fundamental yang harus dilakukan adalah mengatasi aktivitas
pencurian ikan yang terjadi di kawasan perairan Indonesia.
(oz)
(oz)