ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI
IKAN LELE (Clarias batrachus)
Klasifikasi dan morfologi
ikan lele yaitu, Kingdom : Animalia, Sub-kingdom : Metazoa, Phyllum : Chordata,
Sub-phyllum : Vertebrata, Kelas : Pisces (ikan yang punya insang untuk
bernapas), Sub-klas : Teleostei ( ikan bertulang keras ), Ordo : Ostariophysi (
ikan yang dirongga perutnya sebelah atas ada tulang sebagai alat keseimbangan /
sebagai tulang weber ), Sub-ordo : Siluroidea (berkulit licin, tidak bersisik),
Familia : Clariidae ( kepala gepeng dan mempunyai alat pernapasan tambahan),
Genus : Clarias, Species : Clarias batrachus.
Tengah badannya mempunyai potongan membulat,
dengan kepala pipih kebawah (depressed), sedangkan bagian belakang tubuhnya
berbentuk pipih kesamping (compressed), jadi pada lele ditemukan tiga bentuk
potongan melintang ( pipih kebawah, bulat dan pipih kesamping). Kepala bagian
atas dan bawah tertutup oleh pelat tulang. Pelat ini membentuk ruangan rongga
diatas insang. Disinilah terdapat alat pernapasan tambahan yang tergabung
dengan busur insang kedua dan keempat. Mulut berada diujung moncong (terminal),
dengan dihiasi 4 pasang sungut. Lubang hidung yang depan merupakan tabung
pendek berada dibelakang bibir atas, lubang hidung sebelah belakang merupakan
celah yang kurang lebih bundar berada di belakang sungut nasal. Mata berbentuk
kecil dengan tepi orbitalyang bebas. Sirip ekor membulat, tidak bergabung
dengan sirip punggung maupun sirip anal. Sirip perut berbentuk membulat dan
panjangnya mencapai sirip anal. Sirip dada dilengkapi sepasang duri tajam /
patil yang memiliki panjang maksimum mencapai 400 mm. Patil ini beracun
terutama pada ikan ikan remaja, sedangkan padaikan yang tua sudah agak
berkurang racunya.
Ikan ini memiliki kulit
berlendir dan tidak bersisik (mempunyai pigmen hitam yang berubah menjadi pucat
bila terkena cahaya matahari, dua buah lubang penciuman yang terletak
dibelakang bibir atas, sirip punggung dan dubur memanjang sampai ke pangkal
ekor namun tidak menyatu dengan sirip ekor, panjang maksimum mencapai 400 mm.
Ikan lele memiliki alat pernapasan tambahan yang disebut Aborescen organ yang merupakan
membran yang berlipat-lipat penuh dengan kapiler darah. Alat ini terletak
didalam ruangan sebelah atas insang. Dalam sejarah hidupnya lele lele harus
mengambil oksigen dari udara langsung, untuk itu ia akan menyembul kepermukaan
air. Oleh karena itu jika pada kolam banyak terdapat eceng gondok ikan ini
tidak berdaya.
Lele tidak pernah ditemukan
di air payau atau air asin, kecuali ikan lele laut yang tergolong ke dalam
marga dan suku yang berbeda. Habitatnya di sungai dengan arus air yang
perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Bahkan ikan lele bisa
hidup pada air yang tercemar, misalkan di got-got dan selokan pembuangan.
Ikan lele bersifat
nokturnal, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang
hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam,
ikan lele memijah pada musim penghujan. Ada sedikit perbedaan dikalangan
ilmuwan dalam menggolongkan ikan lele ini. Ada yang memasukan ikan lele ini
kedalam ikan pemakan daging (karnivora). Adalagi yang memasukanya kedalam
omnivora.
SEKSUALITAS IKAN
Pada prinsipnya, seksualitas hewan terdiri
dari dua jenis kelamin yaitu jantan dan betina. Begitu pula seksualitas pada
ikan, yang dikatakan ikan jantan adalah ikan yang mempunyai organ penghasil
sperma,sedangkan ikan betina adalah ikan yang mempunyai organ penghasil telur.
Suatu populasi terdiri dari ikan-ikan yang berbeda seksualitasnya, maka
populasi tersebut disebut populasi heteroseksual, bila populasi tersebut
terdiri dari ikan-ikan betina saja maka disebut monoseksual. Sifat seksual
primer pada ikan tandai dengan adanya organ yang secara langsung berhubungan
dengan proses reproduksi, yaitu ovarium dan pembuluhnya pada ikan betina, dan
testis dengan pembuluhnya pada ikan jantan. Sifat seksual sekunder ialah
tanda-tanda luar yang dapat dipakai untuk membedakan ikan jantan dan ikan
betina.
Seksual dichromatisme adalah
suatu cara untuk membedakan suatu individu ikan merupakan ikan jantan atau
betina berdasarkan warna yang dimiliki tubuh dan organ pelengkap lainnya, pada
umumnya ikan jantan mempunyai warna yang lebih cerah dan lebih menarik dari
pada ikan betina. Sedangkan seksual dimorphisme adalah suatu cara untuk
membedakan suatu ikan jantan atau betina berdasarkan morphometrik yang dimiliki
seperti ukuran tubuh atau bentuk sirip punggung. Beberapa jenis ikan juga
memiliki dua alat kelamin pada tubuhnya yang sering disebut dengan ikan
hermafrodit. Ikan hermafrodit dibagi menjadi tiga bagian yaitu hermafrodit
sinkroni, hermafrodit protandri, dan hermafrodit protogini. Hermafrodit
sinkroni yaitu apabila di dalam gonad individu terdapat sel sex betina dan sel
sex jantan yang dapat masak bersama-sama, misalnya pada ikan famili Serranidae.
Hermafrodit protandri yaitu ikan yang dalam tubuhnya mempunyai gonad yang
mengadakan proses diferensiasi dari fase jantan ke fase betina, misalnya pada
ikan Kakap (Lates calcarifer). Sedangkan ikan hermafrodit protogini yaitu ikan
yang dalam tubuhnya mempunyai gonad yang mengadakan proses diferensiasi dari
fase betina ke fase jantan, misalnya pada ikan belut sawah (Monopterus albus).
Selain hermafroditisme, pada ikan juga terdapat Gonokhorisme, yaitu kondisi
seksual berganda dimana pada ikan bertahap juvenile gonadnya tidak mempunyai
jaringan yang jelas status jantan dan betinanya. Gonad tersebut akan berkembang
sebagian menjadi ovarium dan sebagian lagi menjadi testes tapi tidak terjadi
masa diferensiasi atau intersex yang spontan. Misalnya pada ikan Anguila
anguila dan Salmo gairdneri irideus adalah gonokhoris yang tidak berdeferensiasi.
Faktor yang mempengaruhi komponen reproduksi atau kematangan gonad diantaranya
umur dan fisiologi induk ikan itu sendiri. Secara umum spesies ikan dari ukuran
,maksimum terkecil dan mempunyai siklus hidup yang pendek, mencapai kematangan
gonad pada usia lebih muda dari pada spesies ikan maksimum besar. Pada proses
reproduksi sebelum terjadi pemijahan sebagian besar hasil metabolisme tertuju
untuk perkembangan gonad, gonad semakin bertambah berat diimbangi dengan
bertambah ukurannya. Perkembangan gonad ikan secara garis besar dibagi atas dua
tahap perkembangan utama yaitu pertumbuhan gonad sehingga ikan mencapai tingkat
dewasa kelamin (sexually mature) dan tahap pematangan produk seksual/gamet.
1. Ciri-ciri induk lele
jantan:
- Kepalanya lebih kecil dari
induk ikan lele betina.
- Warna kulit dada agak tua
bila dibanding induk ikan lele betina.
- Urogenital papilla
(kelamin) agak menonjol, memanjang ke arah belakang, terletak di belakang anus,
dan warna kemerahan.
- Gerakannya lincah, tulang
kepala pendek dan agak gepeng(depress).
- Perutnya lebih langsing
dan kenyal bila dibanding induk ikan lele betina.
- Bila bagian perut di
stripping secara manual dari perut ke arah ekor akan mengeluarkan cairan putih
kental (spermatozoa-mani).
- Kulit lebih halus
dibanding induk ikan lele betina.
2. Ciri-ciri induk lele
betina
- Kepalanya lebih besar
dibanding induk lele jantan.
- Warna kulit dada agak
terang.
- Urogenital papilla
(kelamin) berbentuk oval (bulat daun), berwarna kemerahan, lubangnya agak lebar
dan terletak di belakang anus.
- Gerakannya lambat, tulang
kepala pendek dan agak cembung.
- Perutnya lebih gembung dan
lunak.
- Bila bagian perut di
stripping secara manual dari bagian perut ke arah ekor akan mengeluarkan cairan
kekuning-kuningan (ovum/telur).
TINGKAT KEMATANGAN GONAD
Gonad adalah organ
reproduksi yang berfungsi menghasilkan sel kelamin (gamet). Gonad yang terdapat
ditubuh ikan jantan disebut testis berfungsi menghasilkan spermatozoa,
sedangkan gonad yang terdapat dalam ikan betina dinamakan ovari berfungi
menghasilkan telur (ovum). Pengamatan tentang tahap-tahap kematangan gonad ikan
dapat dilakukan secara morfologi dan secara histologi. Pengamatan secara
morphologi dapat dilakukan di lapangan dan di laboratorium, sedangkan pengamatan
secara histologi hanya dapat dilakukan di laboratorium dan sangat memerlukan
peralatan yang canggih serta teliti dan memerlukan dana yang cukup besar. Bila
pengamatan dilakukan pada testes maka yang diamati adalah bentuk testes dan
kedua sisinya, ukuran (panjang dan diameter ) testes, perbandingan panjang
testes dan rongga tubuh, warnanya serta pembuluh darah pada permukaan testes.
Demikian juga halnya bila pengamatan dilakukan pada ovari tetapi yang perlu
diamati lagi adalah diameter beberapa butir telur.
Saat pertama ikan mempunyai
kemampuan bereproduksi (kematangan seksual ) dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Terdapat perbedaan antara masing-masing spesies pada umur dan ukuran yang sama.
Secara umum dapat dikatakan bahwa ikan-ikan yang mempunyai ukuran maksimum
kecil dan jangka waktu hidup yang pendek akan mencapai kedewasaan pada umur
yang lebih muda daripada ikan yang mempunyai ukuran maksimum lebih besar.
Dalam Biologi Perairan
pencatatan perubahan atau tahap kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui
perbandingan ikan-ikan yang melakukan melakukan reproduksi atau tidak. Dari
pengetahuan TKG akan didapatkan informasi, kapan satu jenis memijah, baru
memijah atau sudah memijah. Tiap-tiap spesies ikan pada waktu pertama gonadnya
menjadi masak tidak sama ukurannya. Demikian pula ikan yang sama spesiesnya,
apalagi spesies tersebut tersebar tersebar pada pada lintang yang perbedaanya
lebih dari 5 derajat.
Tingkat kematangan gonad
ialah tahapan perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan memijah. Semakin meningkat
kematangan gonadnya, telur dan sperma ikan semakin berkembang. Selama proses
reproduksi, sebagian energi dipakai untuk perkembangan gonad. Bobot gonad ikan
akan mencapai maksimum sesaat ikan akan memijah kemudian akan menurun dengan
cepat selama proses pemijahan berlangsung sampai selesai.
Kematangan gonad ikan pada
umumnya adalah tahapan pada saat perkembangan gonad sebelum dan sesudah
memijah. Selama proses reproduksi, sebagian energi dipakai untuk perkembangan
gonad. Bobot gonad ikan akan mencapai maksimum sesaat ikan akan memijah
kemudian akan menurun dengan cepat selama proses pemijahan berlangsung sampai
selesai. Pertambahan bobot gonad ikan betina pada saat stadium matang gonad
dapat mencapai 10 – 25 persen dari bobot tubuh dan pada ikan jantan 5 – 10
persen. Lebih lanjut dikemukakan bahwa semakin bertambahnya tingkat kematangan
gonad, telur yang ada dalam gonad akan semakin besar. Pendapat ini diperkuat
oleh Kuo et al. (1979) bahwa kematangan gonad pada ikan dicirikan dengan
perkembangan diameter rata-rata telur dan pola distribusi ukuran telurnya.
Secara garis besar, perkembangan gonad ikan dapat dibagi menjadi dua tahap,
yaitu tahap pertumbuhan gonad ikan sampai ikan menjadi dewasa kelamin dan
selanjutnya adalah pematangan gamet. Tahap pertama berlangsung mulai ikan
menetas hingga mencapai dewasa kelamin, dan tahap kedua dimulai setelah ikan
mencapai dewasa, dan terus berkembang selama fungsi reproduksi masih tetap
berjalan normal. Lebih lanjut dikatakan bahwa kematangan gonad pada ikan tertentu
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar
antara lain dipengaruhi oleh suhu dan adanya lawan jenis, faktor dalam antara
lain perbedaan spesies, umur serta sifat-sifat fisiologi lainnya.
Ukuran, berat gonad dan
garis tengah telur bervariasi sesuai dengan kondisi tingkat kematangan gonad
ikan betina. Terjadinya perbedaan awal mula suatu individu ikan mengalami
matang gonad disebabkan oleh umur, ukuran dan faktor fisiologis ikan itu
sendiri. Indeks Kematangan Gonad antara satu spesies ikan dengan spesies
lainnya akan saling berbeda. Hal ini disebabkan karena indeks kematangan gonad
suatu spesies ikan dipengaruhi oleh berat gonad dan berat tubuh ikan itu
sendiri. Selanjutnya dia menambahkan pada ikan betina nilai Indeks kematangan
gonad lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan dan ikan dengan indeks
kematangan gonad 19 % ada yang sanggup mengeluarkan telur. Pengukuran indeks
kematangan gonad dihitung dengan cara membandingkan berat gonad terhadap berat
tubuh ikan dengan rumus :
IKG = (Bg : Bt ) x 100 %
Di mana : IKG = Indeks
kematangan gonad
Bg = Berat gonad (g)
Bt = Berat tubuh (g)
Dasar yang dipakai untuk
menentukan tingkat kematangan gonad dengan cara morfologi adalah bentuk, ukuran
panjang dan berat, warna dan perkembangan isi gonad yang dapat dilihat.
Kesteven membagi tingkat kematangan gonad dalam beberapa tahap yaitu:
a. Dara. Organ seksual
sangat kecil berdekatan di bawah tulang punggung, testes dan ovarium
transparan, dari tidak berwarna sampai abu-abu. Telur tidak terlihat dengan
mata biasa.
b. Dara Berkembang. Testis
dan ovarium jernih, abu-abu merah. Panjangnya setengah atau lebih sedikit dari
panjang rongga bawah. Telur satu persatu dapat terlihat dengan kaca pembesar.
c. Perkembangan I. Testis
dan ovarium bentuknya bulat telur, berwarna kemerah-merahan dengan pembuluh
kapiler. Gonad mengisi kira-kira setengah ruang ke bagian bawah. Telur dapat
terlihat seperti serbuk putih.
d. Perkembangan II. Testis
berwarna putih kemerah-merahan, tidak ada sperma kalau bagian perut ditekan.
Ovarium berwarna oranye kemerah-merahan. Telur dapat dibedakan dengan jelas,
bentuknya bulat telur. Ovarium mengisis kira-kira dua pertiga ruang bawah.
e. Bunting. Organ seksual
mengisi ruang bawah. Testis berwarna putih, keluar tetesan sperma kalau ditekan
perutnya. Telur bentuknya bulat, beberapa dari telur ini jernih dan masak.
f. Mijah. Telur dan sperma
keluar dengan sedikit tekanan di perut. Kebanyakan telur berwarna jerinih
dengan beberapa yang berbentuk bulat telur tinggal dalam ovarium.
g. Mijah/Salin. Gonad belum
kosong sama sekali, tidak ada telur yang bulat telur.
h. Salin. Testis dan ovarium
kosong dan berwarna merah. Beberapa telur sedang ada dalam keadaan dihisap
kembali.
i. Pulih Salin. Testis dan
ovarium berwarna jernih, abu-abu merah.
Sedangkan pengamatan tingkat
kematang gonad menurut Nikolsky (Bagenal & Braum (1968) dalam Effendie,
1997) yaitu :
a. Tidak Masak. Individu
masih belum berhasrat mengadakan reproduksi. Ukuran gonad kecil.
b. Masa Istirahat. Produk
seksual belum berkembang. Gonad berukurankecil, telur tidak dapat dibedakan
oleh mata.
c. Hampir Masak. Telur dapat
dibedakan oleh mata. Testes berubah dari transparan menjadi warna
ros/kemerah-merahan.
d. Masak. Produk seksual
masak, mencapai berat maksimum tetapi produk tersebut belum keluar bila diberi
sedikit tekanan pada perut.
e. Reproduksi. Produk
seksual akan menonjol keluar dari lubang pelepasa bila perut sedikit ditekan.
Berat gonad cepat menurun sejak permulaan berpijah sampai pemijahan selesai.
f. Keadaan Salin. Produl
seksual telah dikeluarkan, lubang genitak berwarna kemerahan. Gonad mengempis,
ovarium berisi beberapa telur sisa. Testis juga berisi sperma sisa.
g. Masa Istirahat. Produk
seksual telah dikeluarkan, warna kemerah-merahan pada lubang genital telah pulih.
Gonad kecil dan telur belum terlihat oleh mata.
Ikan lele (Clarias
batrachus) pertama kali matang kelamin pada umur satu tahun dengan ukuran
panjang tubuh sekitar 20 cm dan ukuran berat tubuh 100 sampai 200 gram. Gonad
ikan lele jantan dapat dibedakan dari ciri-cirinya yang memiliki gerigi pada
salah satu sisi gonadnya, warna lebih gelap, dan memiliki ukuran gonad lebih
kecil dari pada betinanya. Sedangkan, gonad betina ikan lele berwarna lebih
kuning, terlihat bintik-bintik telur yang terdapat di dalamnya, dan kedua
bagian sisinya mulus tidak bergerigi. Sedangkan organ – organ lainya dari ikan
lele itu sendiri terdiri dari jantung, empedu, labirin, gonad, hati, lambung
dan anus.
Ciri induk ikan betina yang
telah matang gonad dapat dilihat dari bentuk perut yang membesar sangat lembut,
dapat juga dengan mengurut perut ikan tersebut. Bila telur yang keluar secara
pengurutan berbentuk bulat utuh, berwarna agak kecoklatan atau hijau kekuningan
maka induk dalam kondisi siap pijah. Pada gonad ikan jantan dapat dilihat dari
papilla genitalnya yang terletak dibelakang dan mendekati sirip anus, berwarna
merah, meruncing dan menyebar kearah pangkalan, makan ikan tersebut telah
matang kelamin.
FEKUNDITAS JUMLAH TELUR
Fekunditas merupakan salah
satu fase yang memegang peranan penting untuk melangsungkan populasi dengan
dinamikanya. Dari fekunditas kita dapat menaksir jumlah anak ikan yang akan
dihasilkan dan akan menentukan jumlah ikan dalam kelas umur yang bersangkutan.
Fekunditas adalah semua telur-telur yang kan dikeluarkan pada waktu pemijahan.
Fekunditas sangat tergantung pada suplai makanan, terutama untuk mempertahankan
musim pemijahan dan ukuran tubuh ikan betina. Selain itu, ikan-ikan yang hidup
di sungai mempunyai hubungan dengan tinggi air. Apabila sampai pada tahun-tahun
tertentu permukaan air sungai selalu tinggi, fekunditas ikan tinggi pula, bila
dibandingkan dengan tahun lain yang permkaan airnya rendah. Kejadian yang sama
dapat terjadi pula untuk ikan-ikan yang hidup di rawa, karena sering pula permukaan
air rawa dari tahun ke tahun tidak sama sebagai akibat pemasukan air yang tidak
tetap.
Untuk mengetahui penyebaran
diameter telur dilakukan pengukuran diameter telur dengan mengambil butiran
pada bagian anterior, tengah, dan posterior pada ovarium sebelah kanan dan
kiri. Serta perkembangan telur ditandai dengan ukuran diameter telurnya. Untuk
menghitung telur ada beberapa metoda yang dapat digunakan. Setiap metoda
memiliki kelebihan dan kekurangan, oleh karena itu sebelum memutuskan untuk
memilih metoda dalam menghitung nilai fekunditas ikan harus dikenali dengan
baik sifat dari setiap spesies ikan yang diteliti agar pada pelaksanaan
menghitung nilai fekunditas ikan tidak terjadi kesalahan.
Macam-macam fekunditas
Definisi fekunditas telah
banyak dikemukakan. Namun, spesies-spesies ikan yang ada itu bermacam-macam
dengan sifatnya masing-masing, maka beberapa peneliti berdasarkan kepada
definisi umum lebih mengembangkan lagi definisi fekunditas sehubungan dengan
aspek-aspek yang ditelitinya. Semua telur-telur yang akan dikeluarkan pada
waktu pemijahan itulah yang dimaksud dengan fekunditas. Menurut Nikolsky
(1967), jumlah telur yang terdapat dalam ovarium ikan dinamakan fekunditas
individu. Dalam hal ini ia memperhitungkan telur yang ukurannya berlain-lainan.
Oleh karena itu dalam memperhitungkannya harus diikutsertakan semua ukuran
telur dan masing-masing harus mendapatkan kesempatan yang sama. Bila ada telur
yang jelas kelihatan ukurannya berlainan dalam daerah yang berlainan dengan
perlakuan yang sama harus dihitung terpisah. Nikolsky selanjutnya menyatakan
bahwa fekunditas individu adalah jumlah telur dari generasi tahun itu yang akan
dikeluarkan tahun itu pula. Dalam ovari biasanya ada dua macam ukuran telur,
yang besar dan yang kecil. Telur yang besar akan dikeluarkan pada tahun itu dan
yang kecil akan dikeluarkan pada tahun berikutnya. Namun apabila kondisi baik,
telur yang kecilpun akan dikeluarkan menyusul telur yang besar. Sehubungan
dengan hal ini maka perlu menentukan fekunditas ikan apabila ovari ikan itu
sedang dalam tahap kematangan yang ke-IV(menrut Nikolsky 1969) dan yang paling
baik sesaat sebelum terjadi pemijahan. Fekunditas individu akan sukar
diterapkan untuk ikan-ikan yang mengadakan pemijahan beberapa kali dalam satu
tahun, karena mengandung telur dari berbagai tingkat dan akan lebih sulit lagi
menentukan telur yang benar-benar akan dikeluarkan pada tahun yang akan datang.
Jadi fekunditas individu ini baik diterapkan pada ikan-ikan yang mengadakan
pemijahan tahunan atau satu tahun sekali. Selanjutnya Royce (1972) menyatakan
bahwa fekunditas total ialah jumlah telur yang dihasilkan ikan selama hidupnya.
Fekunditas relatif adalah jumlah telur per satuan berat atau panjang.
Fekunditas inipun sebenarnya mewakili fekunditas individu kalau tidak
diperhatikan berat atau panjang ikan. Penggunaan fekunditas relatif dengan
satuan berat lebih mendekati kepada kondisi ikan itu sendiri dari pada dengan
panjang. Bahkan menurut Nikolsky (1969) lebih mencerminkan status ikan betina
dan kualitas dari telur kalau berat yang dipakai tanpa berat alat-alat
pencernaan makanannya. Ikan-ikan yang tua dan besar ukurannya mempunyai
fekunditas relatif lebih kecil. Umumnya fekunditas relatif lebih tinggi
dibanding dengan fekunditas individu. Fekunditas relatif akan menjadi maksimum
pada golongan ikan yang masih muda (Nikolsky, 1969).
Ikan-ikan yang tua dan besar
ukurannya mempunyai fekunditas relative yang lebih kecil. Umumnya fekunditas
relative lebih tinggi dibandingkan dengan fekunditas individu. Fekunditas
relative akan menjadi maksimum pada golongan ikan yang masih muda. Fekunditas
merupakan salah satu fase yang memegang peranan penting untuk melangsungkan
populasi dengan dinamikanya. Dari fekunditas kita dapat menaksir jumlah anak
ikan yang dihasilkan dan akan menentukan jumlah ikan dalam kelas umur yang
bersangkutan. Fekunditas adalah semua telur – telur yang akan dikeluarkan pada
waktu pemijahan.
PEMIJAHAN
Pemijahan merupakan bagian
dari reproduksi ikan yang menjadi mata rantai daur hidup kelangsungan hidup
spesies. Penambahan populasi ikan bergantung kepada berhasilnya pemijahan ini
dan juga bergantung kepada kondisi dimana telur dan larva ikan diletakkan untuk
tumbuh. Oleh karena itu sesungguhnya pemijahan menuntut suatu kepastian untuk
keamanan kelangsungan hidup keturunannya dengan memilih tempat, waktu dan
kondisi yang menguntungkan. Berdasarkan hal ini pemijahan tiap spesies ikan
mempunyai kebiasaan yang berbeda tergantung kepada habitat pemijahan itu untuk
melangsungkan prosesnya.
Dalam keadaan normal ikan melangsungkan
pemijahan minimum satu kali dalam satu daur hidupnya seperti yang terdapat pada
ikan salmon dan sidat. Sesudah melakukan pemijahan, induk ikan tersebut mati
karena kehabisan tenaga. Hampir semua ikan pemijahannya berdasarkan reproduksi
seksual yaitu terjadinya persatuan sel produksi organ seksual yang berupa telur
dari ikan betina dan spermatozoa dari ikan jantan. Dari persatuan kedua macam
sel tersebut akan terbentuk individu baru yang akan menambah besarnya populasi.
Persatuan kedua macam sel seks tadi ada yang terjadi di dalam tubuh (pembuahan
di dalam atau fertilisasi internal) dan ada pula yang terjadi di luar tubuh
(fertilisasi eksternal). Ikan yang mengadakan fertilisasi internal mempunyai
perlengkapan tubuh untuk memastikan berhasilnya fertilisasi tadi dengan organ
khusus (copulatory organ) untuk keperluan ini, organ tersebut biasanya terdapat
pada ikan jantan saja.
Ciri-ciri induk lele siap
memijah adalah calon induk terlihat mulai berpasang-pasangan, kejar-kejaran
antara yang jantan dan yang betina. Ikan lele yang sudah siap memijah
menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut :
Induk jantan :
-
Alat kelamin tampak jelas, meruncing
-
Perutnya tetap ramping, jika perut diurut akan keluar sperma
-
Tulang kepala lebih mendatar disbanding betinanya
-
Jika warna dasar badannya hitam (gelap)
-
Umur induk jantan di atas tujuh bulan
Induk btina :
-
Alat kelamin bentuknya bulat dan kemerahan, lubangnya agak membesar
-
Tulang kepala agak cembung
-
Geraknya lambat
-
Warna badannya lebih cerah dari biasanya
-
Induk betina berumur satu tahun.
Ikan lele yang hidup di alam
memijah pada musim penghujan dari bulan Mei sampai Oktober. Ikan lele juga
dapat memijah sewaktu-waktu sepanjang tahun, apabila keadaan air kolam sering
berganti. Pemijahan juga di pengaruhi oleh makanan yang diberikan. Makanan yang
bermutu baik akan meningkatkan vitalitas ikan sehingga ikan lele lebih sering
memijah.
Apabila telah dewasa, lele
betina akan membentuk telur di dalam indung telurnya. Sedangkan lele jantan
membentuk sperma atau mani. Bila telur-telurnya telah berkembang maksimum yaitu
mencapai tingkat yang matang untuk siap dibuahi maka secara alamiah ikan lele
akan memijah atau kawin.
Perkembangan telur dan
sperma berlangsung di dalam tubuh lele dengan mekanisme pengaturan oleh zat
yang disebut hormone kelamin gonadotropin atau gonade stimulating hormone
(GSH). Bila lele mencapai tingkat dewasa, hormone gonadotropin secara alami akan
terbentuk di dalam kelenjar hipofisa yang terletak di bawah otak kecil. Awalnya
hormone gonadotropin yang terbentuk sedikit kemudian dialirkan melalui darah ke
dalam indung telur, sehingga terbentuklah telur-telur yang semakin besar dan
banyak jumlahnya di dalam indung telur.
Sampai suatu saat
telur-telur menjadi matang untuk dibuahi oleh sperma (fertilisasi). Namun
kematangan telur yang terjadi dalam indung telur belum tentu segera diikuti
oleh kemauan induk untuk memijah sehingga diperlukan rangsangan yaitu dengan
mengubah iklim atau sifat-sifat air yang dapat membei rangsangan bagi lele
untuk membentuk hormone gonadotropin lebih banyak lagi.
Perkembangan muakhir untuk
merangsang pemijahan ikan lele saat ini dapat menggunakan hormone buatan atau
hormone sintetis yang telah banyak diproduksi. Beberapa jenis hormone tersebut
antara lain Ovaprim, HCG, LHRH. Persyaratan penggunaan hormone sintetis adalah
induk lele hsrus sudah mengandung telur yang siap untuk memijah (matang gonad).
AWAL DAUR HIDUP
Perkembangan awal daur hidup
ikan merupakan suatu hal yang menarik karena berhubungan dengan stabilitas
populasi ikan tersebut dalam suatu perairan. Untuk mempelajari kemampuan hidup
suatu spesies ikan dan mengurangi tingkat mortalitas yang terjadi terutama pada
awal perkembangan hidup ikan khusunya untuk pembudidayaan perlu adanya
pengertian mengenai jenis-jenis telur ikan tersebut dan daur hidup ikan mulai
dari awal fertilisasi hingga terdeferensiasi untuk menjadi ikan muda.
Perkembangan sel telur (oosit) diawali dari germ cell yang terdapat dalam
lamela dan membentuk oogonia. Oogonia yang tersebar dalam ovarium menjalankan
suksesi pembelahan mitosis dan ditahan pada “diploten” dari profase meiosis
pertama. Pada stadia ini oogonia dinyatakan sebagai oosit primer. Oosit primer
kemudian menjalankan masa tumbuh yang meliputi dua fase. Pertama adalah fase
previtelogenesis, ketika ukuran oosit membesar akibat pertambahan volume
sitoplasma (endogenous vitelogenesis), namun belum terjadi akumulasi kuning
telur. Kedua adalah fase vitelogenesis, ketika terjadi akumulasi material
kuning telur yang disintesis oleh hati, kemudian dibebaskan ke darah dan dibawa
ke dalam oosit secara mikropinositosis.
Peningkatan ukuran indeks
gonad somatik atau perkembangan ovarium disebabkan oleh perkembangan stadia
oosit. Pada saat perkembangan oosit terjadi perubahan morfologis yang
mencirikan stadianya. Stadium oosit dapat dicirikan berdasarkan volume
sitoplasma, penampilan nukleus dan nukleolus, serta keberadaan butiran kuning
telur. Berdasarkan kriteria ini, oosit dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa
kelas.
Untuk Clarias sp oosit
terbagi dalam 6 kelas, dimana stadia nukleolus dan perinukleolus dikategorikan
sebagai stadium pertama dan setiap stadium dicirikan sebagai berikut:
a. Stadium 1 :
Oogonia dikelilingi satu lapis set epitel dengan pewarnaan hematoksilin-eosin
plasma berwarna merah jambu, dengan inti yang besar di tengah.
b. Stadium 2 : Oosit
berkembang ukurannya, sitoplasma bertambah besar, inti biru terang dengan
pewarnaan, dan terletak masih di tengah sel. Oosit dilapisi oleh satu lapis
epitel.
c. Stadium 3 : Pada
stadium ini berkembang sel folikel dan oosit membesar dan provitilin nukleoli
mengelilingi inti.
d. Stadium 4 :
Euvitilin inti telah berkembang dan berada disekitar selaput inti. Stadium ini
merupakan awal vitelogenesis yang ditandai dengan adanya butiran kuning telur
pada sitoplasma. Pada stadium ini, oosit dikelilingi oleh dua lapis sel dan
lapisan zona radiate tampak jelas pada epitel folikular.
e. Stadium 5 : Stadia
peningkatan ukuran oosit karena diisi oleh kuning telur. Butiran kuning telur
bertambah besar dan memenuhi sitoplasma dan zona radiata terlihat jelas.
f. Stadium 6 : Inti
mengecil dan selaput inti tidak terlihat, inti terletak di tepi. Zona radiata,
sel folikel, dan sel teka terlihat jelas.
PENUTUP
Lele jantan mempunyai ciri
seksualitas yaitu, Kepalanya lebih kecil dan Warna kulit dada agak tua bila
dibanding induk ikan lele betina; Urogenital papilla (kelamin) agak menonjol
memanjang ke arah belakang yang terletak di belakang anus dengan warna
kemerahan; Gerakannya lincah, tulang kepala pendek dan agak gepeng(depress);
Perutnya lebih langsing dan kenyal bila dibanding induk ikan lele betina; Bila
bagian perut di stripping secara manual dari perut ke arah ekor akan
mengeluarkan cairan putih kental (spermatozoa-mani); Kulit lebih halus
dibanding induk ikan lele betina. Sedangkan Ciri-ciri induk lele betina antara
lain, Kepalanya lebih besar dibanding induk lele jantan; Warna kulit dada agak
terang; Urogenital papilla (kelamin) berbentuk oval (bulat daun), berwarna
kemerahan, lubangnya agak lebar dan terletak di belakang anus; Gerakannya
lambat, tulang kepala pendek dan agak cembung; Perutnya lebih gembung dan
lunak; Bila bagian perut di stripping secara manual dari bagian perut ke arah
ekor akan mengeluarkan cairan kekuning-kuningan (ovum/telur).
Ikan lele (Clarias
batrachus) pertama kali matang kelamin pada umur satu tahun dengan ukuran
panjang tubuh sekitar 20 cm dan ukuran berat tubuh 100 sampai 200 gram. Ciri
induk ikan betina yang telah matang gonad dapat dilihat dari bentuk perut yang
membesar sangat lembut, dapat juga dengan mengurut perut ikan tersebut. Bila
telur yang keluar secara pengurutan berbentuk bulat utuh, berwarna agak
kecoklatan atau hijau kekuningan maka induk dalam kondisi siap pijah. Pada
gonad ikan jantan dapat dilihat dari papilla genitalnya yang terletak
dibelakang dan mendekati sirip anus, berwarna merah, meruncing dan menyebar
kearah pangkalan, makan ikan tersebut telah matang kelamin.
Fekunditas adalah semua
telur-telur yang kan dikeluarkan pada waktu pemijahan. Fekunditas ikan lele
sangat tergantung pada suplai makanan, terutama untuk mempertahankan musim
pemijahan dan ukuran tubuh ikan betina. Selain itu, ikan-ikan yang hidup di
sungai mempunyai hubungan dengan tinggi air, semakin tinggi permukaan air maka
fekunditasnya ikut tinggi pula.
Pemijahan merupakan bagian
dari reproduksi ikan yang menjadi mata rantai daur hidup kelangsungan hidup
spesies. Ciri-ciri induk lele siap memijah adalah calon induk terlihat mulai
berpasang-pasangan, kejar-kejaran antara yang jantan dan yang betina. Ikan lele
yang hidup di alam memijah pada musim penghujan dari bulan Mei sampai Oktober.
Daur hidup ikan mulai dari
awal fertilisasi hingga terdeferensiasi untuk menjadi ikan muda. Perkembangan
sel telur (oosit) diawali dari germ cell yang terdapat dalam lamela dan
membentuk oogonia. Oogonia yang tersebar dalam ovarium menjalankan suksesi
pembelahan mitosis dan ditahan pada “diploten” dari profase meiosis pertama.
Pada stadia ini oogonia dinyatakan sebagai oosit primer. Oosit primer kemudian
menjalankan masa tumbuh yang meliputi dua fase. Pertama adalah fase
previtelogenesis, ketika ukuran oosit membesar akibat pertambahan volume
sitoplasma (endogenous vitelogenesis), namun belum terjadi akumulasi kuning
telur. Kedua adalah fase vitelogenesis, ketika terjadi akumulasi material
kuning telur yang disintesis oleh hati, kemudian dibebaskan ke darah dan dibawa
ke dalam oosit secara mikropinositosis.
Sumber : https://zaldibiaksambas.wordpress.com/2010/06/21/aspek-biologi-reproduksi-ikan-lele-clarias-batrachus/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar