PENYAKIT UDANG:
Salah satu faktor penyebab kegagalan dalam
budidaya udang di tambak adalah karena serangan penyakit.Serangan penyakit yang
paling berbahaya dan banyak menimbulkan kerugian bagi petambak adalah
karena serangan virus (WSSV, TSV, YHD, IMNV, IHHNV). Serangan
penyakit baru pada udang yang banyak menimbulkan kerugian bagi petambak di
Indonesia antara lain:
– <
th 1990 : penyakit bakterial (insang merah, kunang-kunang)
– Th
1989 : serangan MBV (Monodon Baculovirus), kunang-kunang
– Th
1994 : serangan WSSV,
– Th
2003 : serangan TSV,
– Th
2006 : serangan IMNV, Mati Pelan-pelan
Hingga saat ini penyakit masih
dianggap sebagai penyebab kegagalan terbesar dalam budidaya udang di
tambak. Keberhasilan dalam budidaya udang sangat tergantung pada 5 faktor
yaitu :
– Daya
dukung tambak dan lingkungannya
– Kualitas
benur yang ditebar
– Manajemen
dasar tambak dan kualitas air
– Kualitas
pakan dan manajemen pakan
– Manajemen
kesehatan udang dan pengendalian hama penyakit
• Penyebab
kegagalan di tambak secara umum disebabkan oleh:
– Serangan
penyakit
– Penurunan
kualitas lingkungan
– Kualitas
benur
– Manajemen
budidaya yang tidak tepat
Definisi
Penyakit didefinisikan sebagai suatu keadaan
fisik, morfologi, dan atau fungsi yang mengalami perubahan dari suatu kondisi
normal karena beberapa penyebab.
Terbagi menjadi 2 kelompok penyebab yaitu :
– Penyakit
Internal
– Penyakit
Eksternal.
Penyebab Internal :
– Genetik
– sekresi
internal
– Imunodefisiensi
– saraf
– metabolik
Penyebab Eksternal :
• Non
Patogen
• Patogen
Penyakit Non-patogen
• Disebabkan
oleh faktor lingkungan
– Suhu,
(cuaca), plankton dan kualitas air lainnya (pH, zat beracun, kelarutan gas)
– Keracunan
oleh biotoxin dari plankton (Bluegreen algae dan atau dinoflagellata).
• Disebabkan
oleh nutrisi
– Kekurangan
nutrisi (vitamin, mineral, as lemak tak jenuh, dll)
– Gejala
keracunan pakan.
• Soft
shell syndrome
Penyebab :
– Kualitas
air : goncangan salinitas tinggi, goncangan pH tinggi, alkalinitas rendah,
kandungan fosfat rendah, dasar tambak terlalu kotor, polusi.
– Kualitas
pakan (kekurangan nutrisi tertentu)
Penanganan :
– Perbaiki
kualitas air (ganti air, probiotik, dolomite, SP-36)
– Pembersihan
dasar dengan sifon, pemberian zeolite dan probiotik)
• Insang
hitam
(black gill disease)
Penyebab :
– Kotoran,
bahan organik (lumpur) yang melekat pada insang.
– Dasar
tambak kotor, setting aerator tidak tepat.
– Kualit
air yang tidak stabil (sering terjadi kematian plankton)
Penanganan :
– Ganti
air secukupnya
– Berikan
probiotik
– Perbaiki
setting kincir
– Kurangi
pakan
• Red
disease
Udang berwarna kemerahan, kaki dan ekor
kemerahan, insang kemerahan.
Penyebab :
– Kualitas
air yang kurang baik (DO rendah, NH3, NO2-, Fe), bahan organik terlalu tinggi,
– Kualitas
pakan kurang baik (terlalu lama, berjamur)
Penanganan :
– Berikan
pakan berkualitas baik (baru)
– Perbaiki
kualitas air
• Kram
(cramped tail disease)
Udang kram saat anco diangkat atau udang
dijala, udang mudah stress
Penyebab :
– Goncangan
suhu / salinitas tinggi
– Perbedaan
suhu (kualitas air antara dasar dan permukaan tinggi)
– Kekurangan
mineral tertentu.
Penanganan :
– Operasikan
kincir siang dan malam hari
– Berikan
vitamin (terutama vit C dan B)
– Berikan
mineral melalui pakan.
Emboli (Gas bubble disease)
Karena kelarutan gas dalam air lewat jenuh
baik gas Nitrogen atau Oksigen
Bila karena Oksigen tidak menimbulkan
kematian, tetapi bila karena N2, dapat menyebabkan kematian.
• Bercak
hitam pada kulit
Ada bercak hitam pada permukaan kulit, bekas
luka
Penyebab :
– Udang
sering lompat (tumburan) karena terlalu padat, kualitas air
kurang baik, suspensi tanah
– Infeksi
bakteri.
Penanganan :
– Perbaiki
kualitas air
– Hidupkan
kincir siang-malam
– Kurangi
kepadatan
– Lapisi
tambak dengan plastik/HDPE, atau disemen
• Toksin
Sumber pencemaran dari lingkungan :
pestisida, herbisida, insektisida, logam berat,
Dari pakan : aflatoksin (dari pakan rusak
atau kedaluwarsa)
Biotoxin : dari algae (blue green algae dan
dinoflagellata).
• Udang
pucat (putih keruh),
kebiruan
Udang putih polos, pucat atau kebiruan
Penyebab :
– Suspensi
tanah tinggi
– Kurang
oksigen
Penanganan :
– Lapisi
tambak dengan semen atau plastik HDPE atau pasir
– Kurangi
padat penebaran.
• Penyakit
patogen
Bersifat parasit dan terdiri atas 4 kelompok
:
• Penyakit
viral
• Penyakit
bakterial
• Penyakit
jamur
• Penyakit
parasitik
Karakteristik penyakit infeksi pada
udang/ikan
– Udang/ikan
merupakan hewan air yang selalu bersentuhan dengan lingkungan perairan sehingga
mudah terinfeksi patogen melalui air.
– Pada budidaya
udang/ikan, air tidak hanya sebagai tempat hidup ikan tetapi juga sebagai
perantara bagi patogen.
• Penyakit Viral
pada Udang
• IHHNV
(Infectious Hypodermal and Hematopoietic Necrosis Virus)
• TSV
(Taura Syndrome Virus)
• WSSV (White
Spot Syndrome virus)
• YHV
(Yellow Head Virus)
• HPV
(Hepatopancreatic Parvovirus)
• MBV
(Monodon Baculovirus)
• IMNV
(Infectious Myo Necrosis Virus)
• PvNV /
Nodavirus (Penaeus vannamei Nodavirus)
• BMN
(Baculoviral Midgut gland necrosis)
• LPV
(Lymphoidal Parvo-like Virus)
• LOVV
(Lymphoid Organ Vaccuolization Virus)
• LOSV
(Lymphoid Organ Spheroid Virus)
• REO
(REO III dan REO IV)
• RPS
(Rhabdovirus of Penaid Shrimp)
• MoV
(Moyrillyan Virus)
• BP
(Baculovirus Penaid)
• IRDO
(Shrimp Iridovirus)
•
IHHNV
Virus menyebabkan
pertumbuhan terhambat, sehingga terjadi perbedaan ukuran yang nyata
dalam satu populasi Serangan bisa mencapai > 30%
populasi). Multi infeksi dengan virus jenis lain. Banyak terjadi pada
tambak yang menggunakan benur non SPF (induk lokal) Inang: Penaeus
stylirostris, P. vannamei,P. occidentalis, P. californiensis, P.
monodon, P. semisulcatus, and P. japonicus.
• Histopatologis
udang yang terinfeksi IHHNV
•
TSV (Taura Syndrome Virus)
Penyebab : virus taura (TSV) Inang
: P.monodon, Fa.aztecus, Fa.duoderum, Fe.merguiensis,
L.setiferus,L.stylirostris, L.vannamei Merupakan penyakit import (dari
negara asal udang vaname Ujung ekor berwarna merah (warna ganda), disertai
dengan adanya bercak hitam pada kulit, kulit lembek
(lunak/keropos) Disertai kematian secara bertahap atau massal.
• Perlakuan
Bila sudah terdeteksi TSV
Umumnya penyakit viral tidak ada obatnya
Hanya bisa dicegah/diperlakukan dengan cara :
– Hindari
stress,
– Jangan
lakukan ganti air (sirkulasi),
– Gunakan
probiotik untuk memperbaiki kualitas air.
– Kurangi
pakan hingga 50%,
– Berikan
mineral, dolomite untuk mempercepat pengerasan kulit,
– Berikan
vitamin dan imunostimulan.
– Udang
dalam proses penyembuhan akan tampak bercak hitam, dan akan hilang setelah
beberapa kali moulting.
– Bila
sembuh bersifat carrier.
• TSV
(Taura Syndrome Virus)
•
WSSV (White Spots Syndrome Virus)
Organ sasaran: midgut, jaringan
ectodermal Inang : Crustacea secara umum (bangsa udang dan kepiting).
Tanda-tanda klinis :
• Diawali
dengan nafsu makan yang tinggi (saat awal menyerang th 1994), selanjutnya tidak
mau makan.
• Terdapat
udang yang minggir ke pematang
• Ada
kematian di dasar, dalam waktu 3 - 7 hari udang habis
• Terdapat
bintik-bintik putih di carapace.
• Tanda
klinis infeksi WSSV
• WSSV
• Histopatologis Inclussion
body intranuclear pada organ stomach
• BP
(Baculovirus Penaid)
Organ yang diserang
hepatopancreas Inang : P. duorarum, P.
aztecus, Trachypeanaeus similis, P. marginatus, P.
vannamei, P. penicillatus, P. schmitti, P. paulensis, P.
subtilis dan P. setiferus Sangat mematikan terutama pada
tingkat hatchery Sedangkan pada pembesaran bersifat subacute atau chronis.
Udang yang terserang nafsu makannya
turun dan pertumbuhannya lambat.
• HPV
(Hepatopancreatic Parvovirus)
•
MBV (Monodon Baculovirus)
Awalnya, tahun 1988-1990 merupakan penyakit
yang sangat mematikan untuk udang windu. Selanjutnya, menyebabkan pertumbuhan
udang lambat. Organ yang diserang adalah hepatopancreas.
Hepatopancreas pucat, menyusut, memadat.
• Histologi
organ HP yang terserang MBV
•
YHD (Yellow Head Disease)
Penyebab : Virus Yellow Head (YHV) Inang
definitif: P. monodon; Palaemon
styliferus dan Acetes (kerier); P.
merguiensis dan Metapenaeus ensis, P. vannamei, P. setiferus, P.
aztecus, , dan P. duodarum(experimental) Organ sasaran: lymphoid
organ, hemolimph Tanda-tanda klinis : Bagian kepala berwarna kuning,
hepatopancreas kuning, usus kosong / tidak makan dan disertai kematian masal.
Dalam 3 hari kematian mencapai 100%.
• Histopatologis
infeksi YHV
•
Infectious Myonecrosis Virus (IMNV)
Ditemukan di Brazil 2002
Gejala klinis:
– daging
berwarna putih opaque
– bagian
ekor disertai warna kemerahan à udang rebus
• Kematian
akut 40-60%
• Wabah
terjadi:
– stress
fisik (panen)
– stress
lingkungan (suhu, salinitas)
• Diagnosa:
gejala klinis, histologi & RT-PCR
• Nekrosis
Otot / Myo (IMNV)
• Penyebaran
penyakit di Indonesia:
• Terdeteksi
di Indonesia ( Situbondo, Jawa Timur) akhir Mei 2006
• Penyakit
menyerang pada udang besar berumur 60 – 80 hari
• Kematian
awal 7 – 15 ekor / hari
• Kepadatan
tebar 130-170 ekor/m2
• Semua
sampel tambak yang diambil tanpa tandon
• Sebagian
besar tambak yang diambil sampelnya panen awal yaitu pada sekitar 90 hari
dengan produksi 5,5 – 6,5 ton/petak dengan size 80 – 86
• Pencegahan
/ Penanganan Kasus Mio
• Yang
harus diperhatikan :
– Biasanya
nafsu makan tetap tinggi, ada kematian secara bertahap. Pakan di anco selalu
habis. Tetapi lama-lama cenderung turun/lambat karena ada pengurangan populasi.
• Penanganan
:
– Bangkai
udang harus diambil / dibersihkan tiap hari dari dalam tambak. Bangkai dikubur
atau dibakar.
– Turunkan
pakan hingga 30 – 40% dari keadaan normal hingga kematian tidak ada (sedikit).
– Berikan
vitamin C dan imunostimulan secara terus menerus hingga kondisi udand normal
(tidak ada kematian)
– Kembalikan
konsumsi pakan setelah kematian berhenti.
– Jaga
/ perbaiki kualitas air, hindari pergantian air secara drastis.
Beberapa jenis penyakit-penyakit udang yang
dijumpai akhir-akhir ini adalah :
WHITE SPOT (Bintik Putih) Penyakit inilah
yang menjadi biang kerok banyaknya kegagalan panen petambak-petambak kita.
Seranganya sangat cepat, dalam jangka waktu cepat atau beberapa jam saja udang
bisa habis / mati. Dalam bahasa ilmiahnya disebut SEMBV (systemic ectodermal
mesodermal baculo virus) penyebab penyakit white spot adalah Virus. Sedang
inangnya adalah kepiting dan udang udang liar. Gejala penyakit white
spot adalah :
* Jika udangnya masih hidup biasanya
renangnya tidak teratur dipermukaan dan jika menabrak tanggul udang akan mati.
* Dipermukaan bagian carapace (cangkang)-nya
dijumpai bintik bintik putih seperti panu, dan jika digores dengan kuku tidak
dapat hilang.
* Udang sangat peka terhadap perubahan
lingkungan, misalnya kalau turun hujan atau panas terik mereka langsung naik
dan seperti udang stress dengan ciri-ciri seperti diatas.
karena penyebabnya virus maka tidak ada
obatnya, Cara Penanggulanganya adalah dengan cara meminimalkan populasi
kepiting dan udang udang liar agar tidak masuk ke tambak kita, sehingga yang
harus diperhatikan adalah saat memasukkan air, hendaknya benar-benar hati-hati,
dan sebisanya harus memakai filter air 0,5 ml rangkap 2-3.
BLACK SPOT (Bintik Hitam)
KOTORAN PUTIH / UDANG MENCRET biasanya
tanda-tandanya bisa diketahui jika kita berjalan ke pojok tambak dan melihat
arah angin yaitu di tempat kotoran-kotoran kumpul. Atau dalam bahasa ilmiahnya
adalah WFD (White Feaces Disease) Tandanya adalah kotoran udang berwarna putih
mengapung diatas permukaan air dan jika dipegang lembek seperti pasta gigi,
kalau dilihat sepintas seperti benang yang putus-putus. Kondisi ini biasanya
menandakan kalau dasar tambak dan perairan sudah sangat kotor dan pembentukan
gas amoniak sangat tinggi. Cara pencegahanya adalah dengan mengganti air
sebanyak-banyaknya (tetapi usahakan secara perlahan-lahan) dan melakukan
siphon / pengangkutan kotoran dasar tambak.
INSANG MERAH penyakit ini ditandai dengan
terbentuknya warna merah pucat pada permukaan bawah udang atau sekitar insang.
Kematian udang juga tidak secepat white spot, tetapi juga menghabiskan udang.
Biasanya penyakit ini timbul karena pengolahan lahan yang jelek, Sehingga
keasaman tanah sangat tinggi. Pencegahanya tentunya dengan melakukan pengolahan
lahan dengan baik.
NEKROSIS
Penyebab : Virus YHV (Yellow Head
Baculo Virus)
Gejala Klinis : Warna tubuh udang
pucat, insang dan hepatopankreas berwarna kekuningan. Gejala klinis tersebut
pada umumnya mulai tampak antara 50-70 hari setelah penebaran udang di tambak.
Nafsu makan udang mula-mula meningkat dalam beberapa hari kemudian berhenti
sama sekali.
Penanggulangan : Lihat upaya
penanggulangan terhadap penyakit bercak putih.
Manajemen Kesehatan Udang
Upaya penanggulangan penyakit
udang di tambak dapat dilakukan melalui :
Penggunaan benur yang prima
Benur sebaiknya berasal dari
peneluran induk yang pertama atau kedua, dan berukuran seragam.
Bagian tubuh seperti rostrum,
kaki jalan, dan ekor bentuknya normal; tanpa erosi ataupun kehitaman
(melanisasi).
Bagian perut bersih, usus penuh
pakan, ketebalan bagian perut.
Benur yang sehat berenang dengan
posisi dengan posisi tubuh lurus, sangat responsif terhadap stimulir dari luar,
dan berenang menentang arus ketika air diputar.
Bebas dari organisme penempel, relatif
bebas dari infeksi Monodon Baculo Virus (MBV) – dapat dideteksi melalui
keberadaan “occlusion bodies” secara mikroskopis yang menggambarkan
ringan-beratnya infeksi.
Bebas dari infeksi bercak putih
SEMBV yang dapat dideteksi secara dini melalui teknik Polymerase Chain Reaction
(PCR). Cara lain juga dapat dilakukan melalui metoda skrining PL, yaitu benur
ditreatment dengan formalin ± 200 ppm selama 1-2 jam. Melalui proses skrining
ini, benur yang terinfeksi berat akan mati; sedangkan benur yang sehat akan
tetap hidup dan siap ditebar ke dalam tambak.
Peningkatan kesehatan udang
Suplemen vitamin C dan
astaxanthin dalam pakan untuk meningkatkan daya tahan udang terhadap serangan
penyakit.
Imunisasi pada udang baik dengan
pemberian vaksin maupun imunostimulan untuk meningkatkan kekebalan tubuh udang
sehingga lebih tahan terhadap serangan penyakit dan akhirnya dapat meningkatkan
kelangsungan hidup udang.
Penggunaan bakteri Probiotuk
antara lain : Lactobacillus sp. strain nonpatogen, Bacillus S11.
Peningkatan kualitas budidaya
Perbaikan kualitas air dapat
dilakukan dengan menggunakan prinsip bioremediasi yaiut penguraian limbah
dengan menggunakan mikroba seperti Nitrosomonas, Nitrobacter dan Spirulina.
Pencegahan terjadinya infeksi dan
kontaminasi patogen penyebab penyakit
Pencucian dasar tambak dilakukan
2 kali yaitu dengan cara menggelontorkan atau dengan cara mengisi tambak sampai
ketinggian 30 cm, kemudian dibiarkan sehari semalam setelah itu dibuang sampai
habis. Pencucian kedua dimaksudkan untuk membuang sisa-sisa penggelontoran
pertama yang belum terbuang.
Menggunakan sistem tertutup
(closed system), semi tertutup (semi-closed system) dan resirkulasi untuk
mencegah pemasukan agen penyakit dari luar. Penggunaan peralatan tambak seperti
alat sampling udang, tempat pakan, dsb, sebaiknta dipisahkan untuk
masing-masing petak tambak.
Menggunakan filter biologis dan
tandon baik untuk air laut maupun tawar.
Mencegah pemasukan hewan liar
(udang, ikan, dll) yang dapat bertindak sebagai carrier.
Air bekas tambak (limbah)
terutama dari tambak yang terserang wabah harus didesinfeksi terlebih dahulu
sebelum dibuang agar tidak mencmari lingkungan sekitar dan mencegah penyebaran
penyakit ke lingkungan sekitar.
Type Virus Yang Menyerang Udang
Diposkan oleh Abi Rizal Selasa,
26 Oktober 2010
Type Virus Yang Menyerang Udang
Jenis Virus
Virus-virus yang menginfeksi
udang dapat dibagi lagi menjadi dua kelompok: mereka yang menginfeksi ektoderm
dan mesoderm; dan yang menginfeksi endoderm dan hepatopankreas. Virus dari
ektoderm dan mesoderm
• IHHNV (infectious hypodermal
and hematopoietic necrosis virus) menyerang dan menyebabkan masalah berat di
amerika;
• YHV (yellow head virus) sejak
1992 menyerang di thailand;
• SEMBV (systemic ectodermal and
mesodermal baculovirus), dikenal juga WSBV (white spot baculovirus), 1994
menjadi pathogen serius di asia; da
• TSV (Taura syndrome virus)
menyebabkan kematian tinggi di ecuador.
The viruses dar endoderm dan
hepatopancreas meliputi :
• BP (Baculovirus penaei type);
• BMNV (baculoviral midgut gland
necrosis type virus);
• HPV (hepatopancreatic
parvovirus);
• MBV (Penaeus monodon-type
baculovirus); and
• TCBV (type C baculovirus of P.
monodon).
Di Thailand, YHV dan SEMBV
menyebabkan paling serius masalah, sementara beberapa virus, seperti HPV,
penyebab tidak nyata kerugian bagi petani. Teknik Tradisional untuk mendeteksi
virus pada hewan berpenyakit telah oleh mikroskop cahaya (misalnya bernoda,
sel-sel tergencet dari insang dll) atau dengan mikroskop elektron transmisi
(TEM). Beberapa virus yang berhubungan dengan tubuh oklusi.
SEMBV, atau virus white spot,
adalah lebih umum pada 15-90 postlarvae hari tua. Udang sering terkena tubuh
merah dan hematoksilin dan eosin (H & E) pewarnaan biasanya menunjukkan
inti bengkak. Virus yang tampaknya sangat mirip dengan, dan mungkin sama dengan
SEMBV, adalah hadir di Cina, Jepang, India, Malaysia dan Vietnam. Virus ini
juga dapat menginfeksi spesies lain dari krustasea.
A. Penyakit White Spot Syndrome
(WSS) atau Penyakit Bercak Putih
Peyebab : White Spot Baculovirus
Complex
Bio – Ekologi Patogen :
· Memiliki kisaran inang yang
luas yaitu golongan udang penaeid (P. monodon, P. japonicus, P.chinensis,
P.indicus, L Vannamei, dll) serta krustase air.
· Dapat menyebabkan kematian hingga
100% dalam beberapa hari, udang dapat menjadi carrier.
· Penularan umumnya terjadi
melalui kanibalisme dan langsung melalui air, beberapa krustacae menjadi
carrier
· WWSSV mampu bertahan dan tetap
infektif diluar inang selama 4 – 7 hari
Gejala Klinis
Infeksi akut menyebabkan
penurunan konsumsi pakan secara drastic
Lemah, berenang ke permukaan air,
mengarah ke pematang
Tampak bercak putih di karapas
dan rostrum
Kematian hingga 100% dalam 3 – 10
hari
Pengendalian :
Belum ada teknik pengobatan, stabilitas
kualitas lingkungan yang diperlukan
Desinfektasi suplai air dan
pencucian telur, nauplius guna mencegah transmisi vertical
Pemberian unsure instimulan
Polikultur dengan komoditas lain,
misal nila
B. Penyakit Taura Syndrome (TS)
Penyebab : picoma-like RNA virus
Bio-Ekologi Patogen :
umumnya terjadi antara 14-40 hari
pasca tebar di tambak, dengan kematian mencapai 95%. Apabila penyakit terjadi
pada umur 30 hari pertama, infeksi berasal dari induk, apabila terjadi di atas
60 hari paska tebar, kemungkinan infeksi berasal dari media air.
serangan akut dapat menyebabkan
kematian hinggaa 80-95%.
udang yang selamat akan mengalami
fase kronis dan menjadi carrier
Gejala Klinis :
udang lemah, menolak pakan yang
diberikan, dan udang sekarat mendekat ke pematang.
warna tubuh merah pucat, warna
merah pada ekor lebih jelas
infeksi pada pernapasan
udang yang bertahan hidup akan
memberikan tanda bercak hitam.
Pengendalian :
Belum ada cara efektif
menjaga kualitas lingkungan
sanitasi peralatan
C. Penyakit Infectius Hypodermal
& Haemtopoietic Necrosis (IHHN)
Penyebab : Parvovirus
Bio - Ekologi Patogen :
Penularann dapat terjadi secara
horizontal dan vertikal, transmisi IHHV relatif cepat dan efesien melalui luka
akibat kanibalisme.
transmisi berasal dari ovari
induk betina yang terinfeksi
udang akan akut pada umu 35 hari
pemeliharaan
udang akan cadi carrier
pertumbahan tidak seragam
Gejala Klinis :
Nafsu makan menurun, pertumbuhan
lambat
berenang di permukaan, hilang
kesimbangan
bercak-bercak putih terutaa
antara segmen eksoskeleton
udang sekarat umumnya berwarna
merah kecoklatan
laju kematian 3-10 hari
D. Penyakit Infectious
Myonecrosis (IMNV) atau penyakit udang rebus
Penyebab : toti-like virus
(totiviridae)
Bio-Ekologi Patogen :
Kompleksi infeksi yang melibatkan
lebih dari jenis virus, misal TSV bersama IMNV
tingkat kematian rendah tapi
konsisten
Gejala Klinis :
Kerusakan pada otot daging
Catatan " semua pengendalian
sama, menjaga kestabilan lingkungan lebih baik, dan menggunakan benur
bekualitas serta bergaransi