Rahasia Budidaya Lele Panen 8
Kali Lipat
Ikan lele
merupakan ikan yang sudah populer dikalangan masyarakat, karena ikan ini sangat
mudah kita dapatkan baik di pasar ataupun di tukang pecel lele pinggir jalan.
Selain kemudahan untuk mendapatkannya, harga ikan lele pun tergolong bersahabat dengan kantong masyarakat dan rasa daging yang gurih pun bikin masyarakat ketagihan.
Teknologi budidaya ikan lele tergolong mudah dan tidak sulit. Banyak orang yang tertarik untuk usaha budidaya ikan lele. Dikarenakan peluang usaha ikan lele sangat terbuka lebar, dengan lahan terbatas dan sumber air yang minimpun pembudidaya masih dapat memelihara ikan lele.
Selain itu ikan lele terkenal dengan kemampuan hidup yang tinggi. Tahan terhadap serangan penyakit dan dapat dipelihara dengan kepadatan tebar yang tinggi, konfersi pakan yang baik dapat mencapai 1:1 atau 1:0,9. banyak keunggulan budidaya ikan lele.
Selain kemudahan untuk mendapatkannya, harga ikan lele pun tergolong bersahabat dengan kantong masyarakat dan rasa daging yang gurih pun bikin masyarakat ketagihan.
Teknologi budidaya ikan lele tergolong mudah dan tidak sulit. Banyak orang yang tertarik untuk usaha budidaya ikan lele. Dikarenakan peluang usaha ikan lele sangat terbuka lebar, dengan lahan terbatas dan sumber air yang minimpun pembudidaya masih dapat memelihara ikan lele.
Selain itu ikan lele terkenal dengan kemampuan hidup yang tinggi. Tahan terhadap serangan penyakit dan dapat dipelihara dengan kepadatan tebar yang tinggi, konfersi pakan yang baik dapat mencapai 1:1 atau 1:0,9. banyak keunggulan budidaya ikan lele.
Cara
budidaya ikan lele sendiri sudah sangat berkembang. mulai dari yang sederhana
maupun yang intensif, ada juga yang menerapkan teknik bioflok dan lain-lain.
Yang sering menjadi kendala budidaya ikan lele adalah harga pellet yang semakin
mahal, banyak sekali pembudidaya ikan lele yang mengeluhkan masalah ini. untuk
solusi dari harga pakan lele yang mahal sudah banyak sekali dari menggunakan
pakan alternatif atau membuat pakan lele sendiri.
Baca juga :
Baca juga :
Salah satu cara budidaya ikan lele yang dapat menghasilkan keuntungan berlipat ganda sudah ditemukan di Sekolah Tinggi Perikanan. Dengan memanfaatkan sistem filtrasi Biologis yang berfungsi untuk menjaga kualitas air tetap baik, sehingga ikan dapat hidup dengan pertumbuhan yang optimal pula. Untuk 1 m3 kolam lele dapat menghasilkan 250 kg ikan lele, padahal biasanya hanya bisa menghasilkan 31 kg saja.
Untuk satu
kolam ikan lele ukuran 2 x 1,5 x 0,7 meter padat tebarnya 5.000 ekor artinya
padat tebar ikan lele per 1 m3 adalah 2.380 ekor/m3 padahal biasanya
pembudidaya hanya menggunakan padat tebar sekitar 300 ekor/m3.
bibit yang
digunakan juga sudah berukuran 9-10 cm karena pada ukuran ini, daya adaptasinya
lebih tinggi dan ukurannya lebih seragam. Sehingga tidak perlu lagi dilakukan
penyortiran ikan.
Kebanyakan pembudidaya ikan lele enggan membudidayakan ikan lele dengan padat tebar tinggi dikarenakan berpotensi terjadi kematian yang tinggi. Kematian yang tinggi ini disebabkan kandungan oksigen dalam air yang rendah sehingga tercipta kondisi anaerob.
dampak dekomposisi bahan organik menimbulkan senyawa beracun seperti amonia, nitrit, dan hidrogen sulfida. Senyawa itu lebih cepat terserap insang dari pada oksigen sehingga menyebabkan ikan mati.
Meskipun padat tebar tinggi, ikan lele yang dipelihara di kolam BAPPL hidup dengan nyaman dan tingkat Survival rate atau kelangsungan hidup mencapai 80%. Rahasianya adalah teknologi Catfish Farming in Recirculation System Tank (C-First) atau budidaya ikan lele dengan sistem resirkulasi.
Kata sinung, kandungan oksigen dengan sistem resirkulasi menjadi lebih baik karena adanya aliran air sepanjang waktu sehingga kondisi menjadi aerob. Dampaknya nitrifikasi alias perubahan amonia menjadi nitrit menjadi nitrat berlangsung dengan baik. Karena itu, senyawa beracun penyebab kematian ikan tidak terbentuk. Dengan itu lele dapat dilakukan dengan padat tebar tinggi.
Kebanyakan pembudidaya ikan lele enggan membudidayakan ikan lele dengan padat tebar tinggi dikarenakan berpotensi terjadi kematian yang tinggi. Kematian yang tinggi ini disebabkan kandungan oksigen dalam air yang rendah sehingga tercipta kondisi anaerob.
dampak dekomposisi bahan organik menimbulkan senyawa beracun seperti amonia, nitrit, dan hidrogen sulfida. Senyawa itu lebih cepat terserap insang dari pada oksigen sehingga menyebabkan ikan mati.
Meskipun padat tebar tinggi, ikan lele yang dipelihara di kolam BAPPL hidup dengan nyaman dan tingkat Survival rate atau kelangsungan hidup mencapai 80%. Rahasianya adalah teknologi Catfish Farming in Recirculation System Tank (C-First) atau budidaya ikan lele dengan sistem resirkulasi.
Kata sinung, kandungan oksigen dengan sistem resirkulasi menjadi lebih baik karena adanya aliran air sepanjang waktu sehingga kondisi menjadi aerob. Dampaknya nitrifikasi alias perubahan amonia menjadi nitrit menjadi nitrat berlangsung dengan baik. Karena itu, senyawa beracun penyebab kematian ikan tidak terbentuk. Dengan itu lele dapat dilakukan dengan padat tebar tinggi.
TEKNOLOGI
FILTER BIOLOGIS
Kepala
BAPPL, Dr. TB Haeru Rahayu MSc, yang mempopulerkan istilah C-First 250. Angka
250 mengacu pada hasil panen 250 kg per m3. Penelitian terakhir C-First
dilakukan sejak 2004. Sistem itu lahir berkaitan dengan isu budidaya yang
berkelanjutan. Prinsipnya mengefisiensikan penggunaan energi dan minimalisir
limbah.
Dengan
sistem C-First air kolam itu disirkulasi sepanjang waktu. Margono mengandalkan
pompa 125 watt untuk mengalirkan air. Jika listrik padam, ia memanfaatkan
genset. Dari kolam air mengalir melewati talang berdiameter 10 cm menuju filter
mekanik. Partikel kasar dalam air tersaring di dalam filter mekanik yang berisi
susunan papan kayu. Selanjutnya air masuk ke bak pengendapan tempat partikel
halus tertangkap.
Setelah itu
air dipompa ke atas melewati filter biologis yang berisi bola-bola hitam atau
bioball. Didalam filter biologis itulah terjadi proses nitrifikasi. Terakhir
air masuk ke bak kontrol yang selanjutnya mengalirkan air ke masing-masing
kolam. Setiap pekan petugas membersihkan filter mekanik untuk menghilangkan
kotoran sehingga dapat berfungsi maksimal.
·
Air dalam
kolam keluar melalui pipa 2 inci
·
selanjutnya
air mengalir melewati talang berdiameter 10 cm
·
Air masuk ke
filter mekanik, sisa pakan dan kotoran berukuran besar terperangkap
·
Air masuk ke
bak pengendapan tempat partikel halus tersaring
·
Air melewati
filter biologis berisi bioball
·
Air dari
filter biologis masuk ke bak kontrol
·
Air bersih
mengalir melalui pipa ke masing-masing kolam
PERBEDAAN
DENGAN CARA TRADISIONAL
Perbedaan
cara budidaya ikan lele tradisional terletak pada enggannya pembudidaya ikan
lele menggunakan sistem sirkulasi karena dianggap pemborosan listrik sehingga
biaya operasional menjadi tinggi, belum lagi jika listrik padam maka harus
menggunakan genset sehingga akan banyak menambah biaya operasional.
Mereka hanya
mengandalkan ketersediaan lahan, padahal dari hari ke hari ketersediaan lahan
untuk budidaya semakin berkurang dengan adanya pembangunan infrastruktur yang
pesat di daerah-daerah. Mereka lebih memilih untuk memperbesar ukuran kolam
dari pada harus dengan sistem sirkulasi, hasil panen pun sekitar 50-75 kg per
m2, meskipun pemberian pakan sudah banyak atau maksimal akan tetapi hasilnya
pun tetap segitu-segitu saja. ini disebabkan air yang sudah jenuh sehingga ikan
menjadi strees dan tidak mau makan sehingga pertumbuhanpun ikut terganggu.
SUMBER :
http://www.indoaqua.net/2016/08/rahasia-budidaya-lele-panen-8-kali-lipat.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar