Penyakit
ikan adalah suatu bentuk abnormalitas dalam struktur atau fungsinya yang
disebabkan oleh organisme hidup melalui tanda-tanda yang spesifik. Sedangkan
menurut Sachlan dalam Afrianto (1992), penyakit ikan adalah segala
sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan pada ikan, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Pengetahuan tentang penyakit ikan dirasakan sangat penting
ketika telah menyebabkan kegagalan dan kehilangan yang sangat bermakna pada
usaha budidaya ikan. Penyakit ikan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
- Penyakit Parasiter/ Infektif (Infectious
Disease) adalah penyakit yang disebabkan oleh aktivitas organisme
parasit. Organisme yang sering menyerang ikan peliharaan antara lain
virus, bakteri, jamur, protozoa, golongan cacing dan udang renik. Bakteri
dan virus akan menyebabkan infeksi pada ikan budidaya, sementara yang
disebabkan oleh parasit akan mengakibatkan investasi pada ikan budidaya.
- Penyakit Non Parasiter/ Non
Infektif (Non Infectious Disease) adalah penyakit yang disebabkan
bukan oleh hama maupun organisme parasit. Penyakit ini dapat dikelompokkan
menjadi tiga berdasarkan faktor penyebabnya.
A. Lingkungan
Penyakit
non parasiter yang disebabkan oleh faktor lingkungan yang kurang menunjang bagi
kehidupan ikan, antara lain pH air terlalu tinggi/ rendah, kandungan oksigen
terlarut terlalu tinggi/rendah, perubahan temperatur air secara tiba-tiba,
adanya gas beracun hasil penguraian bahan organik (gas metan, ammonia atau asam
belerang), adanya polusi dari pestisida (insektisida atau herbisida), limbah
industri atau limbah rumah tangga. Dalam budidaya laut khususnya, penyebab
penyakit non parasiter (non infektif/infectious disease) akibat lingkungan
dapat berupa:
- Faktor Kimia dan Fisika, antara lain: perubahan salinitas air secara mendadak;
pH yang terlalu rendah (air asam), pH yang terlalu tinggi (air basa /
alkalis); kekurangan oksigen dalam air; zat beracun, pestisida
(insektisida, herbisida dan sebagainya); perubahan suhu air yang mendadak;
kerusakan mekanis (luka-luka); perairan terkena polusi.
- Stres: stres yang terjadi pada ikan berkaitan dengan
timbulnya penyakit pada ikan tersebut. Stres merupakan suatu rangsangan
yang menaikan batas keseimbangan psikologi dalam diri ikan terhadap
lingkungannya. Biasanya stres pada ikan diakibatkan perubahan lingkungan
akibat beberapa hal atau perlakuan misalnya akibat pengangkutan/
transportasi ikan-ikan yang dimasukan kedalam jaring apung di laut dari
tempat pengangkutan biasanya akan mengalami shock, berhenti makan dan
mengalami pelemahan daya tahan terhadap penyakit.
- Kepadatan Ikan: Kepadatan ikan yang melebihi daya dukung perairan
(carrying capacity) akan menimbulkan persaingan antar ikan tinggi, oksigen
terlarut menjadi rendah dan sisa metabolisme seperti ammonia akan
meningkat sehingga dapat menimbulkan stres dan merupakan penyebab
timbulnya serangan penyakit.
B. Pakan/
Nutrisi
Salah
satu penyakit non parasiter akibat pakan adalah kelaparan. Kelaparan merupakan
kekurangan nutrisi yang bersifat absolut. Kelaparan pada ikan menunjukkan
gejala seperti anemia dan hambatan pertumbuhan. Contoh lainnya adalah penyakit
yang disebabkan karena kualitas pakan yang diberikan kurang baik (malnutrition)
antara lain karena kekurangan vitamin, gizinya rendah, bahan pakan yang
digunakan telah busuk atau mengandung racun.
C. Turunan
Penyakit
yang disebabkan oleh turunan, misalnya bentuk fisik dan kelainan- kelainan
tubuh yang sudah ada sejak lahir, seperti tubuh bengkok, larva ikan yang cacat,
sisik tidak lengkap atau sirip melengkung. Bentuk fisik dan kelainan-kelainan
tubuh yang disebabkan oleh keturunan, dimana faktor keturunan sangat
berpengaruh langsung terhadap penampilan fisik ikan. Untuk mencegahnya harus
dilakukan seleksi induk yang ketat pada saat melakukan breeding. Variasi
genetika ini juga dapat menyebabkan terjadinya kanibalisme, tutup insang yang
tidak dapat menutup sempurna, ikan menjadi kerdil dan cacat. Berdasarkan
daerah penyerangannya pada tubuh ikan, penyakit yang disebabkan oleh parasit
dapat dibedakan lagi menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu:
1)
Penyakit pada Kulit dan Sisik
Kulit
dan sisik merupakan pertahanan pertama dan utama terhadap infeksi penyakit,
karena bagian ini menghasilkan lendir (mucus) yang berasal dari ikatan
antara air dengan glycoprotein yang terletak di bagian epidermis. Secara
khusus, fiungsi kulit dan sisik adalah untuk melindungi jaringan dan organ yang
berada di bawahnya dari infeksi penyakit. Kulit dan sisik menjadi indikator
untuk kesehatan ikan.
Penyakit
atau parasit yang menyerang kulit ikan mudah untuk dideteksi. Jika organisme
penyebabnya berukuran cukup besar, maka dengan mudah langsung diidentifikasi.
Tetapi jika berukuran kecil harus diidentifikasi dengan menggunakan mikroskop
atau dengan mengamati akibat yang ditimbulkan oleh serangan organisme tersebut.
Organisme yang menyerang sisik dan kulit ikan biasanya berasal dari golongan
bakteri, virus, jamur atau lainnya. Jika disebabkan oleh jamur, biasanya akan
gterlihat bercak-bercak putih, kelabu atau kehitam-hitaman pada kulit ikan.
Ikan
yang terserang penyakit pada kulitnya akan terlihat lebih pucat (tampak jelas
pada ikan yang berwarna gelap), luka, inflamasi (peradangan), pendarahan
(haemorrhages) dan perubahan abnormal produksi lendir. Ikan tersebut biasanya
akan menggosok-gosokkan tubuhnya ke benda-benda yang ada di sekitarnya. Infeksi
Argulus di permukaan tubuh ikan sebagai bentuk serangan penyakit pada
kulit dan sisik dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Infeksi Argulus sp. pada ikan
(kiri) dan morfologi Argulus sp. (kanan)
2)
Penyakit pada Insang
Insang
merupakan struktur dasar pernafasan ikan. Hubungan langsung antara insang dan
infeksi penyakit dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu : insang berhubungan
langsung dengan lingkungan luar, mempunyai kemampuan dalam penyerapan nutrisi
dari lingkungan luar, mempunyai bentuk dan struktur seragam sehingga kemampuan
dalam pencegahan infeksi sangat terbatas. Penyakit atau parasit yang menyerang
organ insang agak sulit dideteksi secara dini karena menyerang bagian dalam
ikan.
Salah
satu cara yang dianggap cukup efektif mengetahui adanya serangan penyakit atau
parasit pada ikan adalah mengamati pola tingkah laku ikan. Serangan penyakit
ini akan menyebabkan ikan sulit bernafas, tutup insang mengembang dan warna
insang menjadi pucat. Pada lembaran insang sering terlihat bintik-bintik merah
karena pendarahan kecil (peradangan). Jika terlihat bintik putih pada insang,
kemungkinan besar disebabkan oleh serangan parasit keci yang menempel. Contoh
serangan penyakit pada insang yang menyerang benih ikan koi dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.
3)
Penyakit pada Organ Dalam
Penyakit
yang menyerang organ dalam sering mengakibatkan perut ikan membengkak atau
menjadi kurus dengan sisik-sisik yang berdiri (penyakit dropsy). Jika
pada kotoran ikan ditemukan bercak darah, ini berarti usus ikan sudah mengalami
pendarahan (peradangan). Jika serangannya sudah mencapai gelembung renang
biasanya keseimbangan badan ikan menjadi terganggu sehingga gerakan berenang
ikan menjadi tidak terkendali.
Secara
teori, diketahui bahwa ikan mempunyai sistem pencernaan yang saling berhubungan
dan bersifat causalitas (sebab akibat). Penyakit dropsy merupakan
akibat dari infeksi virus, bakteri (contoh bakteri Myxobacter) dan
parasit. Kondisi air akuarium yang tidak bagus (seperti akibat
terjadinya akumulasi nitrogen) dapat memicu terjadinya gejala dropsy. Secara
alamiah, bakteri penyebab dropsy kerap dijumpai dalam lingkungan akuarium,
tetapi biasanya dalam jumlah normal dan terkendali. Perubahan bakteri ini
menjadi patogen, biasa terjadi karena akibat masalah osmoregulator pada ikan,
atau karena hal-hal seperti: kondisi lingkungan yang memburuk, menurunnya
fungsi kekebalan tubuh ikan, malnutrisi atau karena faktor genetik. Infeksi
utama biasanya terjadi melalui mulut, yaitu ikan secara sengaja atau tidak
memakan kotoran ikan lain yang terkontaminasi patogen atau akibat kanibalisme
terhadap ikan lain yang terinfeksi. Tiga tingkatan serangan penyakit yang mungkin
terjadi adalah :
- Akut: Infeksi terjadi dengan cepat sehingga ikan mati tanpa
menunjukan gejala yang jelas.
- Kronis: infeksi terjadi secara perlahan secara sistemik dan
menunjukan berbagai gejala yaitu pembangkakan rongga tubuh, yang biasanya
disertai ulcer dan atau exophthalmia.
- Laten: infeksi terjadi sangat lemah sehingga ikan tampak
tidak menunjukan gejala penyakit, tetapi berpotensi sebagai pembawa (carrier)
Jika
salah satu organ dalam dari tubuh ikan mulai terinfeksi patogen/penyakit maka
kemungkinan besar organ lain akan ikut terinfeksi patogen. Jika menyerang usus
ikan, biasanya akan mengakibatkan peradangan, dan jika menyerang gelembung
renang, ikan akan kehilangan keseimbangan pada saat berenang. Berdasarkan
daerah serangannya, ada parasit yang menimbulkan penyakit di bagian luar tubuh
ikan disebut ektoparasit, sedangkan yang menyerang bagian dalam tubuh
disebut endoparasit. Ektoparasit biasanya menyerang insang dan
permukaan tubuh, sedangkan endoparasit menyerang organ-organ dalam. Serangan endoparasit
dianggap lebih berbahaya dibandingkan dengan serangan ektoparasit, karena efek
serangannya sulit dideteksi secara dini, sehingga pembudidaya ikan sering
terlambat untuk mencegahnya. Pada gambar berikut ini adalah contoh serangan
ektoparasit dan endoparasit pada ikan.
Penyakit
pada ikan merupakan gangguan pada fungsi atau struktur organ atau bagian tubuh
ikan. Penyakit pada ikan dapat muncul akibat adanya faktor-faktor yang tidak
sesuai dengan syarat hidup ikan. Umumnya, serangan penyakit pada ikan terjadi
akibat kelalaian manusia yang membiarkan kondisi yang tidak seimbang atau tidak
harmonis dalam hubungan mata rantai kehidupan ikan, parasit dan lingkungan.
Jika keadaan ini tidak mendapat perhatian serius maka akan mengganggu kesehatan
ikan. Ikan akan mudah terserang penyakit dan mengakibatkan kematian.
Kerugian
yang timbul akibat serangan suatu penyakit dapat berbentuk kematian,
pertumbuhan yang lambat bahkan tidak normal, atau produksi benih yang menurun.
Dengan demikian, kegagalan usaha budidaya ikan akibat penyakit tidak hanya
disebabkan oleh faktor tunggal saja, tetapi merupakan hasil interaksi yang
sangat kompleks antara ikan budidaya (kualitas, stadia rawan), lingkungan
budidaya (intern dan ekstern) dan organisme penyebab penyakit serta kemampuan
dari pelaksana atau budidayawan itu sendiri. Pada intinya, kesehatan ikan dapat
menjadi terkontrol jika semua aspek lingkungan telah terkontrol pula. Pada
gambar dibawah ini dapat dilihat 2 (dua) contoh penyakit patogen yang
menimbulkan infeksi pada ikan.
Ikan
yang pernah terserang penyakit dapat pula menjadi sumber penyakit karena
fungsinya menjadi agen (perantara) terhadap timbulnya penyakit baru di kemudian
hari jika tidak segera ditangani atau diobati secara tuntas. Secara garis besar
kondisi ikan sakit atau penyakit digolongkan menjadi 2 (dua) kelompok penyebab
penyakit ikan yang harus selalu diwaspadai oleh para pembudidaya ikan dan
hobiis (kolektor) ikan, yaitu kelompok penyakit patogen dan kelompok penyakit
non patogen.
Kelompok
penyakit patogen diartikan sebagai kelompok penyakit yang disebabkan oleh jasad
hidup berupa parasit, jamur, bakteri dan virus dan biasanya menyebabkan infeksi
pada ikan yang diserangnya. Sedangkan kelompok non patogen adalah kelompok
penyakit yang disebabkan oleh bukan jasad hidup, antara lain disebabkan oleh
perubahan lingkungan seperti kepadatan ikan terlalu tinggi, variasi lingkungan
(oksigen, suhu, pH, salinitas, dsb.), biotoksin (toksin alga, toksin
zooplankton, dsb.), polutan, rendahnya mutu pakan, dan lain-lain. Beberapa hal
yang penting untuk diketahui dari kelompok penyakit patogen adalah :
- Karakteristik khusus yang
terdapat pada penyakit patogen adalah kemampuan untuk menularkan penyakit
(transmisi) dari satu ikan ke ikan lain secara langsung dan menimbulkan
infeksi. Penularan ini dapat terjadi secara horisontal dan vertikal.
Secara vertikal yaitu penyakit ditransfer oleh induk ke anakan melalui
sperma atau sel telur dan secara horisontal melalui media pemeliharaan,
pakan, peralatan, ataupun organisme lainnya yang ada di wadah budidaya.
- Penyakit patogen yang bersifat
infektif di atas, dapat dilihat dari adanya gejala klinis (umum) dan
gejala khas yang ditimbulkannya. Gejala klinis adalah gejala akibat
gangguan patogen yang ditunjukkan oleh adanya kelainan pada tubuh (seperti
luka pada kulit, sirip rontok dan adanya pendarahan) dan kelainan perilaku
ikan (seperti ikan memisahkan diri dari kelompoknya, terlihat megap-megap
ke permukaan air, tubuh tampak lemah dan gerakan yang lambat). Sedangkan
gejala khas adalah gejala klinis yang sifatnya khas untuk suatu jenis penyakit,
seperti penyakit mata menonjol yang disebabkan oleh mycobacterioph.
- Pada dasarnya dari berbagai
sebab timbulnya infeksi pada ikan ada 2 (dua) penyebab utama, yaitu:
1) Living Agent (penyebab hidup) antara lain serangan hama,
insekta atau jenis-jenis serangga tertentu, berbagai jasad renik seperti
virus, bakteri, protozoa dan berbagai jenis cacing. 2) Nonliving
Agent yaitu infeksi yang bukan disebabkan oleh organisme hidup
(penyebab tidak hidup) seperti perubahan temperatur dan kualitas air,
keracunan zat kimia akibat pencemaran, keracunan bahan pakan, dan
lain-lain.
- Untuk kelompok patogen dari
golongan parasit (organisme yang menumpang pada organisme lain) yang
mempunyai sifat mengambil bahan makanan dan energi dari organisme yang
ditumpanginya (inang) untuk memenuhi kebutuhan metabolismenya. Akibatnya
inang akan sakit akibat pertumbuhannya terhambat oleh parasit. Berdasarkan
daerah penyerangannya pada tubuh ikan, dikenal external parasites
(ektoparasit) dan internal parasites (endoparasit). Ektoparasit menyerang
bagian sebelah luar ikan. Walaupun kedua jenis parasit itu sama-sama
merugikan, akan tetapi diduga endo-parasit lebih berbahaya dan sulit
disembuhkan dibanding ekto-parasit.
- Organisme parasit dapat
dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu patogen asli (true patogen)
dan patogen potensial (opportunistic patogen). Patogen asli adalah
organisme parasit yang selalu menimbulkan penyakit khas apabila ada kontak
dengan ikan. Patogen potensial adalah organisme parasit yang dalam keadaan
normal hidup damai dengan ikan, akan tetapi jika kondisi lingkungan
menunjang akan segera menjadi patogen (penyebab suatu penyakit).
- Kejadian penyakit akibat
parasit pada ikan terkait dengan hubungan antara organisme yang disebut
simbiosis (hidup bersama), di mana dikenal 3 (tiga) bentuk simbiosis
yaitu:
- Simbiosis komensalisme, dimana
kedua organisme saling diuntungkan.
- Simbiosis mutualisme, terjadi
dimana salah satu organisme diuntungkan dan organisme lain tidak dirugikan
tetapi memerlukan organisme lain untuk hidup.
- Simbiosis parasitisme, terjadi
hubungan yang terjadi satu arah dimana salah satu organisme (parasit)
diuntungkan tetapi organisme lain dirugikan (ikan).
Sumber:
Afriantono,
E dan Evi Liviawaty. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan.
Kanisius, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar