Bakteri
merupakan jasad renik yang kira-kira duapuluh kali lebih kecil dari sel jamur,
protozoa atau sel daging ikan. Penyakit bakterial pada ikan merupakan salah
satu penyakit yang dapat menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Selain dapat
mematikan ikan penyakit ini dapat mengakibatkan menurunnya kualitas daging ikan
yang terinfeksi. Sebagian besar bakteri sebenarnya tidak menyebabkan penyakit,
tetapi bakteri mempunyai mempunyai kemampuan memperbanyak diri sangat cepat,
apalagi jika bakteri tersebut berada dalam bagian tubuh hewan. Bakteri patogen
pada ikan dapat bersifat sebagai infeksi primer atau infeksi sekunder/ kedua.
Dalam
suatu kondisi dimana kadar bahan organik pada air sangat tinggi, akan banyak
terdapat bakteri patogen. Bahkan beberapa peneliti mengatakan bahwa bakteri
mikroflora yang banyak kedapatan pada usus ikan akan sesuai jenisnya dengan
bakteri yang ada dalam lingkungan perairan tersebut. Namun demikian ada
beberapa bakteri yang tidak dapat hidup lama di luar tubuh inangnya. Penyakit
akibat infeksi bakteria di Indonesia ternyata dapat mengakibatkan kematian
sekitar 50 – 100%. Infeksi penyakit yang sering terjadi antara lain pada
budidaya ikan lele, ikan mas, ikan hias dan ikan gurame. Pada usaha pembesaran
ikan gurame antara lain dikenal dengan istilah penyakit “tuberculosis”.
Penyakit tersebut biasanya ditunjukkan dengan gejala-gejala klinis antara lain
luka dan pendarahan pada kulit, mata menonjol, bisul pada tubuh, pendarahan
pada pangkal sirip. Salah satu gejala yang sangat spesifik adalah adanya
bintil-bintil (tubercle) berwarna putih, biasanya terdapat pada daging, ginjal,
hati, limfa dan mata. Penyakit bakteri pada ikan ini cukup banyak menimbulkan
kerugian selain menurunkan mutu daging ikan juga akhirnya dalam tingkatan yang
akut akan menyebabkan kematian ikan. Kematian yang ditimbulkannya menurut para
pembudidaya ikan dapat mencapai 50 – 60%.
Bakteri
yang dapat menginfeksi ikan dikenal ada bermacam-macam bentuk dimana
masing-masing bentuk akan memberikan gambaran efek infeksi yang berlainan.
Bentuk-bentuk bakteri yang bersifat patogenik bagi ikan adalah: bakteri
berbentuk bulat (coccus), bentuk bulat bergabung dua sel (diplococcus), bakteri
bentuk bulat bergabung seperti rantai (streptococcus), bakteri bulat berkelompok
beberapa sel (staphylococcus), bakteri berbentuk batang (bacillus), bakteri
berbentuk koma (vibrio). Infeksi bakteri biasanya timbul jika menderita stres.
Kematian banyak terjadi pada ikan yang menderita stres karena serangan bakteri
yang menyebabkan infeksi. Gejala akibat infeksi bakteri secara keseluruhan
sangat susah untuk dibedakan dengan gejala akibat infeksi virus. Gejala-gejala
tersebut pada umumnya tergantung sampai stadium mana tingkat infeksinya dan
gejala umum yang sering ditemukan antara lain sebagai berikut:
- Gerakan ikan lemah.
- Produksi lendir berkurang
karena setelah ikan terinfeksi akan mengeluarkan lendir yang berlebihan.
- Timbul pendarahan dan nekrosa
pada tempat infeksi.
- Luka (ulcer) di tempat infeksi.
- Beberapa bakteri menyebabkan
rontok pada insang dan sirip.
- Bengkak pada perut dan
mengeluarkan cairan kuning darah (dropsy).
- Mata menonjol (exophthalmos).
- Beberapa bakteri dapat
menghasilkan “tubercle” atau “granuloma” pada bagian tubuh yang
terinfeksi.
Bakteri
yang biasanya menginfeksi ikan lebih banyak tergolong pada bakteri gram
negatif. Tetapi bakteri gram positif juga ada yang dapat menginfeksi ikan
seperti treptococcus sp. dan Mycobacterium spp. Beberapa contoh
bakteri yang biasanya menginfeksi ikan antara lain adalah:
- Penyakit Columnaris (luka
kulit, sirip dan insang)
Penyebab: Flexibacter columnaris (Syn: Flavobacterium columnare).
Bio-Ekologi
Patogen: bakteri gram negatif, aerobik,
berbentuk batang kecil dengan lebar 0,5 mikron dan panjang 12 mikron. Bakteri
tersebut bergerak secara merayap seperti ulat, bentuk koloninya pipih dengan
permukaan koloni yang tidak teratur (irregular), tumbuh pada media campuran
pepton yang ditambah 1% media agar.
Epizootiology: merupakan penyebab dari penyakit Columnaris. Sifat
serangannya bisa kronik, akut atau perakut, dan biasanya terjadi pada level
suhu diatas 18oC, dan infeksi jarang terjadi pada keadaan pH rendah
dan kandungan bahan organik yang rendah.
Gejala
klinis: Lecet (lesi) biasanya terjadi pada
kulit badan atau bagian kepala atau pada insang, yang dimulai seperti bintik
putih yang kemudian berkembang menjadi pendarahan. Infeksi di sekitar mulut,
terlihat seperti diselaputi benang (thread-like), sehingga sering disebut
penyakit “jamur mulut”. Di bagian pinggir luka tertutup oleh lendir (pigmen)
berwarna kuning cerah. Infeksi pada insang biasanya langsung menimbulkan
nekrosa dan kematian akan cepat terjadi akibat insang yang rontok.
Penanggulangan:
Sebaiknya ditujukan lebih pada
tindakan pencegahan yaitu dengan perbaikan kondisi lingkungan, mempertahankan
kualitas air, mengurangi kandungan bahan organik dalam air dan penambahan
oksigen. Pada gambar dibawah ini dapat dilihat contoh infeksi Flexibacter
columnaris dan insang ikan yang diserangnya.
- Penyakit Merah
Penyebab
: Aeromonas hydrophila adalah
salah satu spesies bakteri yang terdapat di hampir seluruh lingkungan perairan
tawar maupun payau, bahkan pada feces mammalian, katak dan manusia. Bakteri ini
bersifat gram negatif, bentuk batang 0,7 – 0,8 mikron x 1,0 – 1,5 mikron,
bergerak dengan menggunakan polar flagella, cytochrom oksidase positif,
fermentative dan oksidatif. Bakteri ini tumbuh pada kondisi air tawar, terutama
pada kondisi kandungan bahan organik tinggi.
Epizootiology
: Aeromonas hydrophila dikenal dengan penyebab penyakit merah, bersifat septisemik,
biasanya sebagai infeksi kedua. Tetapi hasil penelitian Hayes (2000)
menunjukkan bahwa A. hydrophila sebagai bakteri patogen pada ikan dapat
berperan baik sebagai patogen primer maupun sekunder. Sifat serangannya sangat
bergantung pada spesies inang dan virulensi strain bakteri. Cara penularan
penyakit ini secara horizontal (antar individu-individu dalam satu spesies)
atau berbeda spesies dalam suatu populasi dan atau komunitas) tetapi tidak
secara vertical (dari induk kepada keturunannya). Pada umumnya penyakit ini
akan timbul pada ikan yang penanganannya kurang sempurna, pakan yang kurang
tepat baik mutu maupun jumlahnya, banyak terinfeksi oleh parasit, serta air
kolam yang terlalu subur, serta zat asam yang sangat rendah.
Gejala
klinis: warna ikan menjadi lebih gelap,
nafsu makan berkurang atau hilang, bergerombol dekat saluran pembuangan, dan
kadang-kadang timbul luka pada kulit jadi kemerah-merahan. Jika kita membedah
ikan yang terinfeksi gejala yang ditunjukkannnya adalah hatinya berwarna pucat,
dan pendarahan terjadi pada organ dalam seperti hati, ginjal, limpa dan
gelembung udara.
Penanggulangan: manajemen budidaya yang baik, mengurangi kesuburan kolam,
serta pemberian pakan yang tepat baik jumlah maupun mutunya.
- Penyakit Furunculosis
Penyebab: Aeromonas salmonicida adalah bakteri gram negatif,
tidak bergerak, dengan ukuran 0.8-1.0 x 1.5-2.0 mikron. Bakteri memiliki 3
subspecies yaitu A. salmonicida ssp salmonicida yang memproduksi pigmen
coklat, A. salmonicida ssp achromogenes tidak memproduksi pigmen coklat
dan tidak mereduksi nitrat, A. salmonicida ssp masoucida yang tidak
memproduksi pigmen coklat tetapi memproduksi indol dan H2S.
Habitat: Ikan-ikan air tawar merupakan pembawa penyakit. Bakteri
tidak hidup lama diluar tubuh inangnya. Bakteri tersebut dapat menginfeksi ikan
salmonid dan non-salmonid.
Distribusi: Aeromonas salmonicida, merupakan penyakit yang
daerah sebarnya cukup luas hampir seluruh dunia terutama daerah yang banyak
memelihara ikan salmon.
Epizootiology: Ikan yang terinfeksi berat (acute) oleh penyakit ini
kebanyakan akan mati dalam waktu 2-3 hari. Patogen dapat hidup pada air tawar
sekitar 19 hari, sedangkan pada air payau antara 16 – 25 hari sedangkan pada
air laut dapat aktip kembali antara 24 jam sampai 8 hari Efek patologi dari
penyakit ini dikatakan karena diproduksinya ekstrak luaran sel (ECP) oleh
patogen tersebut yaitu leucocytolytic yang dapat merusak leucocyte yang akan
mengakibatkan leucopenia.
Gejala
klinis: Ikan yang terinfeksi akan
menunjukkan gejala lecet dan luka serta borok pada kulit sehingga akan
menurunkan mutu daging. Dari organ yang terluka apabila larut kedalam air maka
akan dapat menginfeksi inang yang cocok.
- Penyakit Vibriosis
Penyebab: Vibrio spp., bakteri ini memiliki ukuran 0,5 x 1,0
– 2,0 mikron, bersifat gram negatif, berbentuk batang bisa lurus maupun bentuk
koma, bergerak dengan menggunakan polar flagella, fermentative dan cytochrom
oksidase positif, sensitif terhadap vibriostat 0/129 (pteridine). Vibriosis
merupakan penyakit sekunder, artinya penyakit ini muncul setelah adanya
serangan penyakit lainnya misalnya protozoa atau penyakit lainnya.
Ikan yang Terserang Bakteri Vibrio
spp.
Habitat: sumber utama adalah species ikan laut sebagai pembawa,
namun bakteri ini juga telah ditemukan pada invertebrata dan benthos. Tumbuh
hampir disegala media umum yang mengandung NaCl 1-1,5%.
Epizootiology: Vibriosis merupakan penyakit yang potensial bagi ikan
laut, baik yang dibudidayakan maupun bagi ikan liar. Sebetulnya pada keadaan
normal bakteri tsb merupakan mikroflora pada usus ikan air laut. Suhu ambang
untuk terjadinya wabah tergantung dari species ikan msalnya untuk salmon dan
turbot pada level suhu 10 – 11oC. Kematian yang diakibatkannya dapat
mencapai 50% terutama apabila terjadi pada ikan yang berumur muda. Vibriosis
merupakan penyakit sekunder, artinya penyakit ini muncul setelah adanya
serangan penyakit yang lain misalnya protozoa atau penyakit lainnya.
Gejala
klinis: anorexia, warna tubuh menjadi
gelap, warna insang pucat. Pada infeksi akut ikan akan menunjukkan gejala tubuh
membengkak, luka pada kulit yang mengeluarkan nanah. Pada infeksi kronik akan
terbentuk granuloma, dan pendarahan pada rongga perut.
Penanggulangan: lebih ditujukan pada pencegahan yaitu dengan vaksinasi dan
seleksi ikan yang tahan terhadap infeksi penyakit.
Pengobatan: Pemberian Sulphonamides 0,5 gram per kg pakan ikan selama
7 hari, atau Chlorampenicol sebanyak 0,2 gram per kg berat pakan ikan selama 4
hari. Jika ikan tidak mau makan, cobalah dengan pengobatan melalui perendaman
menggunakan Nitrofurozon 15 ppm selama lebih kurang 4 jam atau dengan
Sulphonamides 50 ppm selama lebih kurang 4 jam.
- Penyakit Edwardsiellosis
Penyebab: Edwardsiela tarda, bakteri bersifat gram negatif
berbentuk batang dan bergerak dengan menggunakan flagella, bersifat fermentatif
dan mampu memproduksi H2S. Sampai saat ini penyakit ini telah dilaporkan dapat
menginfeksi hampir semua jenis ikan termasuk salmon, chanel catfis, ikan mas,
sidat, tilapia dan flounder.
Infeksi Bakteri Edwardsiela tarda
pada Catfish
Gejala
infeksi: ikan pucat, gembung perut,
pendarahan pada anus, anus tertekan kedalam, dan mata pudar. Gejala klinis pada
organ dalam adanya bintil kecil berwarna putih terdapat pada insang, ginjal,
hati dan limfa dan kadang-kadang pada usus. Hal yang berperan membantu
terjadinya wabah diduga karena ular, kotoran manusia dan binatang lainnya.
Namun wabah biasanya terjadi pada suhu tinggi yaitu 30oC dan
kandungan bahan organik tinggi. Jumlah kematian akan tergantung pada keadaan
lingkungan tetapi dari data yang ada ternyata pada kolam ikan lele biasanya
kematian tidak lebih dari 5%. Namun demikian apabila ikan tersebut dipindahkan
maka infeksi penyakit tersebut akan bertambah ganas dan dapat menyebabkan
kematian sekitar 50% dari populasi. Ikan yang ternfeksi akan menunjukan gejala
terjadinya luka pada kulit dan kemudian meluaskan bagian daging. Luka ini
sering mengakibatkan pendarahan.
- Penyakit Streptococciosis
Penyebab: Streptococcus iniae
Bio-Ekologi
Patogen: termasuk bakteri gram positif
berbentuk bulat kecil (coccus), bergabung menyerupai rantai, non-motil, koloni
transparan dan halus dan mempunyai kemampuan menyerang sel darah merah. Streptococcus
merupakan bakteri yang resisten terhadap berbagai antibiotik yang secara
terus menerus dipergunakan untuk mengobati infeksi bakteri yang lain. Infeksi :
Streptococcus pada ikan dapat berlangsung secara kronik hingga akut.
Penyakit ini banyak dilaporkan pada ikan yang dipelihara pada lingkungan
perairan tenang (stagnant) dan sistem resirkulasi. Infeksi ini banyak ditemukan
di organ otak, sehingga ikan yang terinfeksi sering menunjukkan tingkah laku
abnormal seperti kejang atau berputar.
Serangan Bakteri Streptococcus sp.
pada Ikan Patin
Gejala
Klinis: gejala yang ditimbulkannya
meliputi mata menonjol, gembung perut (dropsy), pendarahan pada mata, tutup
insang dan pangkal ekor, warna ikan menjadi lebih gelap, dan ikan berenang
cepat tidak karuan, pertumbuhan ikan menjadi lambat. Sedangkan ciri pada organ
dalam meliputi kerusakan ginjal, hati, limpa dan usus. Seringkali infeksi Streptococcus
tidak menunjukkan gejala klinis yang jelas kecuali kematian yang terus
berlangsung. Biasanya penyakit ini diamati lewat pemeriksaan laboratories.
Species
ikan yang terinfeksi meliputi: ikan ekor kuning, tilapia, sidat, rainbow trout,
channel catfish, golden shiner, lele-lelean (Arius felis), silver trout
dan mullet. Efek yang ditimbulkan adalah ikan menjadi sulit bernapas dan hilang
kemampuan dalam menentukan arah dan gerak (inkoordinasi). Mata menjadi buram,
nekrosis dan dapat menyebabkan kondisi kebutaan. Kerusakan organ-organ internal
akan mengakibatkan kematian.
Pencegahan
dan Pengendalian: manajemen kesehatan ikan terpadu
(inang, lingkungan dan patogen), ikan yang terinfeksi segera diambil dan
dimusnahkan, hindari penggunaan air dari kolam yang sedang terinfeksi bakteri
tersebut. menghindari kepadatan tinggi, pakan berlebih dan penanganannya kasar.
- Penyakit Mycobacteriosis
Penyebab: Penyakit ini disebabkab oleh bakteri Mycobacterium spp.
Species bakteri yang dapat menginfeksi ikan adalah: M. marinum, M.
foruitum dan M. chelonei.
Penyakit Tubercolosis pada Ikan
Bio-Ekologi
Patogen : Bakteri tersebut berbentuk batang
agak bengkok, bersifat acid fast dan gram positif, tumbuh pada media khusus
seperti Lowenstein-Jensen, Petragnani dan Ogawa and Sauton. Tumbuh agak lama
sekitar 30 hari. Namun untuk M. fortuitum dan M. chelonei akan
tumbuh 7 hari dalam medium” Ogawa’s egg” pada temperatur 25-30oC.
Infeksi Mycobacterium banyak dilaporkan pada ikan yang dipelihara pada
lingkungan perairan tenang (stagnant) dan sistem resirkulasi, sehingga jenis
ikan seperti gurami dan cupang yang cocok pada kondisi tersebut sering
dilaporkan terinfeksi penyakit tersebut. Kolam tadah hujan dan pekarangan
dengan sumber air terbatas lebih rentan terhadap infeksi jenis penyakit ini.
Gejala
klinis: Mycobacteriosis merupakan penyakit
yang progresif chronik dengan beberapa gejala klinis antara lain lesi seperti
cacar, ikan lemah, pembengkakan pada kulit, mata menonjol (exophthalmia) lesi
dan borok pada tubuh. Ikan akan kehilangan nafsu makan, lemah, kurus. Gejala
ini diawali dengan kurang gizi terutama vitamin E. Jika menginfeksi kulit,
timbul bercak-bercak merah dan berkembang menjadi luka, sirip dan ekor geripis.
Pada infeksi lanjut, gejala pada organ dalam biasanya terdapat granuloma yang
berwarna putih keabu-abuan atau putih kecoklatan, terutama pada hati, limfa,
ginjal dan pada daging ikan (dikenal sebagai penyakit TBC).
Epizootiology
dari penyakit ini sangat sedikit
sekali diketahui. Kemungkinan penyebaran penyakit tersebut dengan menelan
langsung dari pakan atau kotoran yang terinfeksi oleh Mycobacterium spp
tersebut.. Di Indonesia telah ditemukan menginfeksi ikan hias dan ikan gurame (Osphronemus
gouramy). Insidensi infeksinya dapat mencapai 60% degan. Kematian yang
diakibatkan dapat mencapai 70-80%. Diagnosa berupa isolasi dan identifikasi
melalui uji biokimia.
Pengendalian
dan Pengobatan: manajemen kesehatan ikan terpadu
(inang, lingkungan dan patogen), ikan yang terinfeksi segera diambil dan
dimusnahkan, hindari penggunaan air dari kolam yang terinfeksi bakteri
tersebut. Pengobatan melakukan penggantian air baru. Pemeliharaan dalam ”air
hijau” secara ekstensif akan mengurangi stress.
- Penyakit Nocardiosis
Penyebab: Nocardia spp. adalah organisme bersifat aerob, gram
positif dan mungkin “acid fast’ berbentuk batang dan kadang-kadang bercabang.
Dapat menginfeksi baik ikan air tawar maupun ikan air laut. Ikan yang
terinfeksi menunjukkan gejala hilang nafsu makan (anorexia), ikan kurus,
pembengkakan terjadi pada daerah mulut dan perut yang menunjukkan adanya bintik
putih pada kulit, insang, daging dan organ dalam dan kadang-kadang penyakit ini
menimbulkan lesi. Gejala yang ditimbulkan mirip dengan gejala infeksi
tuberkulosis.
- Penyakit Enteric Septicaemia of
Catfish (ESC)
Penyebab: bakteri Edwardsiela ictaluri. Bakteri tsb
tergolong bakteri yang mempunyai sifat gram negatif, berbentuk batang, bergerak
lamban dengan menggunakan flagella. Suhu optimum untuk pertumbuhannya adalah
20-30oC. Perbedaannya dengan E. tarda adalah bakteri E.
ictaluri tidak memproduksi H2S dan indol.
Penyakit Enteric Septicemia of
Catfish (ESC)
Gejala klinis dari penyakit ini ciri dengan keadaan ikan lemah
menggantung arah vertikal, berenang berputar (Spinning) dan kemudian diikuti
oleh kematian. Pada ikan yang berukuran panjang diatas 15 cm gejala klinis luar
tidak pernah ditemukan. Penyebaran penyakit tersebut meliputi seluruh wilayah
Amerika dimana budidaya channel catfish sangat intensif.
- Penyakit Pasteurellosis
Penyebab: Pasteurella piscida. Yaitu bakteri gram negatif
tidak bergerak, berbentuk batang, fermentatif dengan warna koloni abu-abu
sampai kuning.
Gejala
klinis: Pada infeksi akut hanya menunjukkan gejala yang tidak dapat terdeteksi.
Sedangkan gejala pada organ dalam dapat ditemukan granuloma pada ginjal dan
limfa yang berwarna putih keabu-abuan. Oleh karena itu maka penyakit ini juga
sering disebut dengan istilah “pseudotuberculosis”. Pasteurellosis menyerang
baik ikan yang dibudidayakan maupun ikan liar. Penyakit ini hanya menginfeksi
ikan laut pada suhu air sekitar 25oC.
- Penyakit Enteric Red Mouth
Disease (ERM)
Penyebab:
Yersinia ruckeri, bakteri bersifat gram negatif, berbentuk batang agak
lengkung, bergerak dengan menggunakan 7-8 flagella. Ada tiga tipe sel yaitu
type 1, type 2 dan type 3 dimana type 1 sangat virulen, diikuti oleh type 2 dan
kemudian type 3.
Gejala
klinis: Red Mouth Disease adalah suatu
penyakit dengan gejala klinis warna merah pada mulut dan kerongkongan akibat
adanya pendarahan pada lapisan subcutan. Gejala lainnya adalah pembengkakan dan
erosi pada rahang, kulit jadi kehitaman, pendarahan pada pangkal sirip, mata
menonjol dan ikan lemah. Gejala klinis pada organ dalam meliputi pendarahan
pada otot daging, lemak pada usus serta pembengkakakan terjadi pada ginjal dan
limfa.
Penyebaran
penyakit: meliputi Amerika Serikat,
Canada, Denmark, Inggris, Perancis, Jerman, Italia, Norwegia dan Australia.
Penyakit ini terutama menyerang ikan kecil ukuran panjang sekitar 7.5 cm. Lebih
jarang menginfeksi ikan besar tetapi lebih bersifat kronik.
Sumber:
Maloedyn.,S.,
2001. Mengatasi Penyakit Hama Pada Ikan Hias. Agro Media Pustaka.
Jakarta.
Yuasa,
Kei, dkk. 2003. Panduan Diagnosa Penyakit Ikan. Balai Budidaya Air Tawar Jambi,
Ditjen Perikanan Budidaya, DKP dan JICA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar