Diperkirakan
ada sekitar 89 spesies mangrove yang tumbuh di dunia, yang terdiri dari 31
genera dan 22 famili. Tumbuhan mangrove tersebut pada umumnya hidup di hutan
pantai Asia Tenggara, yaitu sekitar 74 spesies, dan hanya 11 spesies hidup di
daerah Caribbean. Lebih lanjut menurut Soegiarto dan Polunin (1982) dalam
Supriharyono (2000) dari jumlah ini sekitar 51% atau 38 spesies hidup di
Indonesia. Jumlah tersebut belum termasuk spesies ikutan yang hidup bersama di
daerah mangrove (KLH et al., 1993 dalam Supriharyono, 2000). Ada
beberapa spesies tumbuhan pantai, yaitu sekitar 12-16 spesies, yang
masih diragukan apakah tumbuh-tumbuhan tersebut termasuk mangrove atau tidak.
Sebagai contoh, famili Rhizophoraceae mempunyai 17 genera dan sekitar 70
spesies, akan tetapi hanya empat generasi dan 17 spesies diketahui benar -
benar sebagai mangrove. Demikian pula famili Combretaceae, hanya tiga
genera dan lima spesies yang diketahui sebagai mangrove (Supriharyono, 2000).
Ciri-ciri
mangrove dari penampakan hutan mangrove terlepas dari habitatnya yang unik
adalah jenis-jenisnya relatif sedikit, akar jangkar yang melengkung dan
menjulang pada Rhizophora sp, akar yang tidak teratur dan keras atau
pneumatofora pada marga Avicennia sp, dan Sonneratia sp, yang
mencuat vertikal seperti pensil, adaptasinya yang kuat terhadap lingkungan
sehingga biji (propagul) Rhizophora berkecambah di pohon (vivipar),
sehingga banyaknya lentisel pada bagian kulit pohon (Departemen
Kehutanan, 1997 dalam Noor et al., 1999)
Adapun
beberapa jenis mangrove yang dikenal selama ini adalah:
a. Avicennia
lanata
Nama
setempat: api-api. belukar atau pohon yang tumbuh tegak atau menyebar, dapat
mencapai ketinggian hingga 8 m. Memiliki akar nafas dan berbentuk pensil. Kulit
kayu seperti kulit ikan hiu (berwarna gelap), coklat hingga hitam. Daun :
Memiliki kelenjar garam, bagian bawah daun putih kekuningan, dan ada rambut
halus. Unit dan letak : sederhana dan berlawanan. Bentuk : elips.
Ujung : memundar agak meruncing, dan ukuran 9x 5 cm. Bunga : Bergerombol muncul
di ujung tandan, bau menyengat, letak diujung atau ketiak tangkai / tandan
bunga. Formasi : bulir (8-12). Daun mahkota : 4, kuning pucat – jingga tua, 4 –
5 mm. Kelopak bunga : 5 buah. 4 benang sari. Buah : Buah seperti hati, ujungnya
berparuh pendek dan jelas, warna hijau–agak kekuningan. Permukaan buah berbunga
halus (seperti ada tepungnya). Ukuran : sekitar 1,5 x 2,5 cm. Ekologi : Tumbuh
pada dataran lumpur, tepi sungai, daerah yang kering dan toleran terhadap kadar
garam yang tinggi. Diketahui (di Bali dan Lombok) berbunga pada bulan
Juli–Februari dan berbuah antara bulan November hingga Maret. Penyebaran :
Kalimantan, Bali, Lombok, Semenanjung, Malaysia, Singapura. Kelimpahan : Tidak
diketahui. Manfaat: Kayu bakar dan bahan bangunan (Noor et al., 1999).
Gambar 1. Bunga,
buah, daun & pohon Avicennia lanata
(Noor et al., 1999).
b.
Rhizophora apiculata
Nama
setempat : Bakau minyak, bakau tandok, bakau akik, bakau puteh,
bakau kacang, bakau leutik, akik, bangka minyak, donggo akit, jangkar, abat,
parai, mangi-mangi, slengkreng, tinjang wako. Deskripsi umum : Pohon dengan
ketinggian mencapai 30 m dengan diameter batang mencapai 50 cm. Memiliki
perakaran yang khas hingga mencapai ketinggian 5 meter, dan kadang–kadang
memiliki akar udara yang keluar dari cabang. Kulit kayu berwarna abu–abu tua
dan berubah-ubah. Daun berkulit, warna hijau tua dengan hijau muda pada bagian
tengah kemerahan dibagian bawah. Gagang daun panjangnya 17-35 mm dan warnanya
kemerahan. Unit dan letak: sederhana dan berlawanan. Bentuk :
elips menyempit dan meruncing. Ukuran 7-19 x 3,5-8 cm. Bunga : Biseksual,
kepala bunga kekuningan yang terletak pada gagang berukuran < 14 mm. Letak :
di ketiak daun. Formasi: kelompok (2 bunga per kelompok). Daun mahkota : 4;
kuning putih, tidak ada rambut, panjangnya 9-11 mm. Kelopak bunga : 4; kuning
kecoklatan, melengkung, Benang sari : 11-12; tak bertangkai. Buah : Buah kasar
berbentuk bulat memanjang hingga seperti buah pir , warna coklat, panjang 2,3-5
cm, berisi satu biji fertil. Hipokotil Silindris, berbintil, berwarna hijau
jingga. Leher kotilodon berwarna merah jika sudah matang. Ukuran: Hipokotil
panjang 18-38 cm dan diameter 1-2 cm. Ekologi : Tumbuh pada tanah berlumpur,
halus, dalam dan tergenang pada saat pasang normal. Tidak menyukai substrat
yang lebih keras yang bercampur dengan pasir. Tingkat dominasi bisa mencapai
90% dari vegetasi yang tumbuh di suatu lokasi. Menyukai perairan pasang surut
yang memiliki pengaruh masukan air tawar yang kuat secara permanen. Percabangan
akarnya dapat tumbuh secara abnormal karena gangguan kumbang yang menyerang
ujung akar. Kepiting dapat juga menghambat pertumbuhan mereka karena mengganggu
kulit akar anakan. Tumbuh lambat, tetapi perbungaan terdapat sepanjang tahun.
Penyebaran :
Srilanka, seluruh Malaysia dan Indonesia hingga Australia Tropis dan Kepulauan
Pasifik. Kelimpahan : Melimpah di Indonesia, tersebar jarang di Australia.
Manfaat : Kayu dimanfaatkan untuk bahan bangunan, kayu bakar dan arang. Kulit
kayu berisi hingga 30% tannin (per sen berat kering). Cabang akar dapat
digunakan sebagai jangkar dengan diberati batu. Di Jawa acap kali ditanam di pinggiran
tambak untuk melindungi pematang. Sering digunakan sebagai tanaman penghijauan
(Noor et al., 1999).
Gambar 2. Bunga,
buah, daun, dan pohon Rhizophora apiculata
(Noor et al., 1999).
c. Avicennia marina (Forsk.) Vierh.
Nama setempat api-api putih, api-api abang, sia-sia
putih, pejapi, nyapi, hajusia. Deskripsi Umum belukar atau pohon yang tumbuh
tegak atau menyebar, ketinggian mencapai 30 m. memiliki sistem perakaran
horizontal yang rumit dan berbentuk pensil (atau berbentuk asparagus), akar
nafas tegak dengan sejumlah lentisel. Kulit kayu halus dengan burik-burik
hijau-abu dan terkelupas dalam bagian-bagian kecil. Ranting muda dan tangkai
daun berwarna kuning tidak berbulu. Bagian atas permukaan daun ditutupi
bintik-bintik kelenjar berbentuk cekung. Bagian bawah daun putih-abu-abu muda.
Unit & letaknya sederhana dan berlawanan.memiliki bentuk daun elips, bulat
memanjang, bulat telur terbalik. Ujungnya meruncing hingga membundar, dengan
ukuran 9 x 4,5 cm. Bunga seperti trisula dengan bunga bergerombol muncul di
ujung tandan, bau menyengat, nektar banyak. Letaknya di ujung atau di
ketiak/tandan bunga. Daun mahkota ada 4 dengan warna kuning pucat jingga tua
berukuran 5-6 mm. Kelopak bunga berjumlah 5 lalu benang sari ada 4. Merupakan
tumbuhan pionir pada lahan pantai yang terlindung, memiliki kemampuan menempati
dan tumbuh pada berbagai habitat pasang surut, bahkan di tempat asin sekalipun.
Jenis ini juga dapat bergerombol membentuk suatu kelompok pada habitat
tertentu. Berbuah sepanjang tahun, kadang-kadang bersifat vivipar. Buah membuka
pada saat matan
g, mempunyai lapisan dorsal. Buah juga dapat membuka
karena dimakan semut atau setelah penyerapan air. Buah dapat dimakan. Kayu
dapat menghasilkan bahan kertas berkualitas tinggi. Daun digunakan sebagai
makanan ternak.
Gambar 3. Buah, bunga, daun &
pohon Avicennia marina
(Noor et
al., 1999).
d. Acrostichum aureum
Nama
setempat mangrove varen, paku cai, hata diuk, paku laut. Batang menebal di
bagian pangkal, cokelat tua dengan peruratan yang halus, pucat, tipis. Ujung
daun fertil berwarna cokelat seperti karat, duri banyak berwarna hitam. Tumbuh
di pematang tambak, sepanjang kali dan sungai payau dan saluran. Terdapat di
seluruh Indonesia. Daun tua dapat digunakan sebagai obat, alas ternak dan dapat
dimakan di daerah Timor dan Sulawesi Utara (Noor et al., 1999).
Gambar 4. Daun, ujung pihak daun, spora dan pohon Acrostichum
aureum (Noor et al., 1999).
Sumber:
Basuki. 2011.
Modul Penyuluhan Kelautan dan Perikanan: Pengelolaan Ekosistem Mangrove.
Jakarta, Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan BPSDMKP.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar