Unsur
dominan dalam hutan mangrove adalah pohon – pohon yang tumbuh dan tingginya
mencapai lebih dari 30 meter, memiliki tajuk (canopy) lebar, rapat dan
tertutup. Banyak juga species tumbuhan dan fauna lain yang atau eksklusif yang
menempati hutan mangrove. Topografi setempat dan karakteristik hidrologi, tipe
dan komposisi bahan kimia dari tanah dan pasang surut menentukan tipe
ekosisitem mangrove yang dapat dibuktikan pada tempat – tempat tertentu.
Flora
mangrove umumnya tumbuh membentuk zonasi mulai dari pinggir pantai sampai
pedalaman daratan. Zonasi yang terbentuk bisa berupa zonasi yang sederhana dan
zonasi yang kompleks tergantung pada kondisi lingkungan mangrove yang
bersangkutan.
Chapman
(1984), mengelompokan mangrove menjadi 2 kategori yaitu :
a. Flora mangrove Inti, yaitu mangrove
yang mempunyai peran ekologi utama dalam formasi mangrove yang terdiri dari
jenis : Rhizophora, bruguiera, Ceriops, Kandelia, Soneratia, Avicenia, Nypa,
Xylocarpus, Deris, Acanthus, Lumnitzera, Scyphyphora, dan Dolichandron.
b. Flora mangrove pheripheral
(pinggiran) yaitu flora mangrove secara ekologi berperan dalam formasi
mangrove, tetapi juga flora tersebut berperan penting dalan formasi hutan lain.
Jenisnya antara lain; Exoecaria agalloca, Acrosticum auerum, Cerbera
manghas, Heritiera littoralis, Hibiscus tilliaceus
Tomlinson
(1984) membagi flora mangrove menjadi 3 kelompok, yaitu :
a. Kelompok mayor, komponen ini memperlihatkan
karakteristik morfologi, seperti : sistem perakaran udara dan mekanisme
fisiologis khusus untuk mengeluarkan garam agar dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan mangrove. Komponennya adalah pemisahan taksonomi dari hubungan
daratan dan hanya terjadi dihutan mangrove serta membentuk tegakan murni,
tetapi tidak pernah meluas sampai kedalam komunitas daratan. Contohnya adalah
Avicennia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Kandelia, Sonneratia, Lumnitzera,
Laguncularia dan Nypa
b. Kelompok minor (tumbuhan pantai), dalam kelompok ini tidak termasuk
elemen yang mencolok dari tumbuh – tumbuhan yang mungkin terdapat disekitar
habitatnya dan yang jarang berbentuk tegakan murni.
c. Kelompok asosiasi mangrove, dalam komponen ini jarang ditemukan
species yang tumbuh didalam komunitas mangrove yang sebenarnya dan kebanyakan
sering ditemukan dalam tumbuh – tumbuhan darat.
A. Cara
Pengenalan Jenis Mangrove
Secara umum,
ada 4 (empat) cara dalam mengenal suatu jenis flora, yaitu (a) bertanya kepada
orang yang ahli, (b) mencocokkan dengan herbarium yang telah diidentifikasi,
(c) membandingkan dengan gambar dan deskripsi yang terdapat pada buku flora,
dan (d) menggunakan kunci identifikasi. Karakter yang digunakan dalam
pengenalan suatu jenis adalah karakter morfologi yang bersifat khas dan mantap.
Oleh karena itu, setiap yang ingin mengenal jenis flora, termasuk mangrove,
minimal memiliki pengetahuan tentang morfologi tumbuhan.
Dalam berbagai buku taksonomi, identifikasi didasarkan pada morfologi bunga
dan buah, namun
sulit diaplikasikan di lapangan, mengingat tidak setiap waktu dijumpai bagian
bunga dan buah. Oleh karena itu, pengenalan berdasarkan karakter morfologi dari
bagian vegetatif, seperti akar, batang, daun, dan getah banyak dikembangkan
yang tidak bergantung pada keberadaan bagian generatif.
Flora
mangrove dapat dikenali berdasarkan karakteristik morfologi dari setiap bagian
penyusunnya, seperti akar, batang, daun, bunga dan buah. Saat ini, pengenalan
jenis flora mangrove juga dapat mengacu pada buku panduan atau publikasi
terkait floristik mangrove yang telah
tersedia, seperti Ding Hou (1958), Mabberley et al (1995),
Tomlinson (1996), Kusmana et al. (1997, 2003), Kitamura et al. (1997),
Noor et al. (1999), dan Onrizal et al. (2005). Dalam berbagai
publikasi tersebut, karakter yang sering digunakan adalah perawakan (habitus),
tipe akar, daun, bunga, dan buah.
Berdasarkan
perawakannya, flora mangrove dibagi ke dalam lima kategori, yaitu: pohon (tree),
semak (shrub), liana (vine), paku/palem (fern/palm), dan
herba/rumput (herb/grass). Flora mangrove memiliki sistem perakaran yang
khas, sehingga bisa digunakan untuk pengenalan di lapangan. Bentuk-bentuk
perakaran tumbuhan mangrove yang khas tersebut adalah sebagai berikut:
a. Akar pasak (pneumatophore). Akar pasak berupa akar yang muncul
dari sistem akar kabel dan memanjang keluar ke arah udara seperti pasak. Akar
pasak ini terdapat pada Avicennia, Xylocarpus dan Sonneratia.
b. Akar lutut (knee root). Akar lutut merupakan modifikasi dari
akar kabel yang pada awalnya tumbuh ke arah permukaan substrat kemudian
melengkung menuju ke substrat lagi. Akar lutut seperti ini terdapat pada Bruguiera
spp.
c. Akar tunjang (stilt root). Akar tunjang merupakan akar
(cabang-cabang akar) yang keluar dari batang
dan tumbuh ke dalam substrat. Akar ini terdapat pada Rhizophora spp.
d. Akar papan (buttress root). Akar papan hampir sama dengan akar
tunjang tetapi akar ini melebar menjadi bentuk lempeng, mirip struktur silet.
Akar ini terdapat pada Heritiera.
e. Akar gantung (aerial root). Akar gantung adalah akar yang tidak
bercabang yang muncul dari batang atau cabang bagian bawah tetapi biasanya
tidak mencapai substrat. Akar gantung terdapat pada Rhizophora, Avicennia dan
Acanthus.
Gambar 1. Bentuk-bentuk perakaran tumbuhan
yang sering dijumpai
di hutan
mangrove.
(a) akar tunjang, (b) akar lutur, (c) akar pasak, (d) akar papan
Sumber:
Basuki. 2011.
Modul Penyuluhan Kelautan dan Perikanan: Pengelolaan Ekosistem Mangrove.
Jakarta, Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan BPSDMKP.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar