THINK GLOBALLY, ACT LOCALLY DALAM
PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
17 Februari 2016 12:02
LANGKAT (17/2/2016) www.pusluh.kkp.go.id
Tidak bisa dipungkiri saat ini
kita berada di era globalisasi. Era dimana tidak ada lagi batas antara ruang
dan waktu. Globalisasi tidak hanya terjadi di negara kita saja tetapi di semua
belahan dunia. Proses globalisasi tentu membawa dampak positif dan negatif yang
berujung pada perilaku masyarakat sehingga kita harus cerdas memilih dampak
yang ditimbulkan agar terhindar dari perilaku buruk. Perubahan perilaku
masyarakat terbesar terjadi pada nilai-nilai dan gaya hidup. Saat ini telah terjadi
pergeseran nilai-nilai kehidupan yang telah diwariskan oleh leluhur kita
terdahulu. Rasa kekeluargaan dan gotong-royong akhir-akhir ini mulai memudar.
Masyarakat cenderung hidup individualistis (siapa lu siapa gue) khususnya di
kota-kota besar.
Globalisasi pada sektor perikanan
menuntut pelaku usaha perikanan harus cepat menangkap semua informasi terkini
yang bersifat positif. Informasi tersebut bisa dalam bentuk informasi harga
ikan, pakan, cara budidaya ikan yang baik (CBIB), cara pembenihan ikan yang
baik (CPIB), ISO, HACCP (Hazard Analysis And Critical Control Points) dalam
manajemen mutu produk perikanan, Sustainable Development Goals (SDGs) dalam
upaya pelestarian dan pemanfaatan samudera, laut dan kelautan untuk pembangunan
berkelanjutan dan lain-lain.
Globalisasi menuntut setiap
negara memiliki sumber daya manusia yang berkualitas sehingga menghasilkan
produktivitas tinggi dan inovasi agar produk yang dihasilkan dapat bersaing
dengan negara lain. Globalisasi tidak hanya merubah perilaku masyarakat tetapi
juga membawa dampak luas pada berbagai bidang. Pada bidang ekonomi, perikanan
Indonesia harus dapat bersaing dengan produk-produk perikanan dari negara lain.
Pada bidang sosial, masyarakat perikanan Indonesia juga harus dapat
bersosialisasi dengan masyarakat global. Pada bidang lingkungan usaha perikanan
harus menjaga keberlanjutan sumber daya alam serta sumberdaya perikanan
kelautan beserta dengan ekosistemnnya. Pada bidang teknologi, usaha perikanan
Indonesia harus berdasarkan kode etik perikanan yang bertanggung jawab. Pada
bidang hukum dan kelembagaan, produk perikanan Indonesia harus tunduk pada
aturan – aturan internasional tentang bagaimana mengelola sumber daya supaya
lestari, kalau tidak mau di tuduh melakukan IUU (Ilegal unregulated, and
Unreported) fishing, termasuk di dalamnya pencurian ikan dan tangkapan yang
tidak di laporkan. Hal ini seiring dengan telah diberlakukannya Masyarakat
Ekonomi Asia (MEA) pada tahun 2016 ini.
Pemberlakuan pasar bebas ini
menyiratkan pentingnya memiliki sumber daya manusia yang memiliki nilai saing
tinggi. Ada sebuah ungkapan yang muncul di tengah arus globalisasi yaitu Think
globally and act locally. Ungkapan sederhana namun kaya makna. Jika dikaitkan
dengan globalisasi, ungkapan ini memiliki pengertian orang yang berpikir global
namun dapat melakukannya dalam kegiatan-kegiatan sederhana dengan tidak
melupakan budaya atau nilai-nilai asli. Pelopor ungkapan ini sering
dikaitkan dengan seorang perencana kota Skotlandia yang juga seorang aktivis
sosial yaitu Patrick Geddes yang lebih menggunakan ungkapan itu dalam bidang
lingkungan. Ungkapan ini cocok diterapkan dalam penyuluhan perikanan khususnya
dalam menghadapi era global dimana kita sudah mulai meninggalkan nilai-nilai
asli (positif) yang diwariskan pendahulu kita.
Masyarakat perikanan harus
berpikir jauh ke depan untuk jadi pemenang di era global. Pelaku usaha dan
pelaku utama perikanan tentu tidak ingin hanya menjadi penonton di negeri kita
dengan sumber daya alam melimpah. Salah satu penerapan dari pemikiran tersebut
adalah memiliki kecerdasan intelektual yang baik. Hal itu dapat kita peroleh
dengan terus belajar dan up-grade pengetahuan tanpa mengenal usia. Mempelajari
hal-hal baru seperti menguasai bahasa asing. Tak dapat dipungkiri bila
penguasaan bahasa asing terutama bahasa inggris sebagai bahasa internasional
merupakan salah satu keharusan mengingat di era global seperti sekarang kita
akan berkomunikasi dengan banyak orang dari penjuru dunia yang menjadikan
bahasa inggris sebagai alat komunikasi. Menguasai teknologi informasi juga
salah satu aplikasi yang mesti kita terapkan. Alasannya, saat ini kita sudah
memakai peralatan kerja atau peralatan lainnya yang telah memakai tenaga mesin
atau sistem komputerisasi dan bersifat dinamis.
Disamping itu, rasa nasionalisme
menjadi begitu penting di era global karena banyaknya budaya luar termasuk
produk yang masuk sehingga kita tetap harus mengenal dan mencintai budaya dan
produk buatan negeri sendiri. Sementara saat ini banyak masyarakat yang
menerima begitu saja budaya luar tanpa menilai baik-buruknya. Sejalan dengan
era globalisasi yang terus bergulir, aturan/norma/ kebudayaan yang baik harus
tetap kita jaga dan pelihara supaya tidak terpengaruhi oleh dampak negatif arus
globalisasi. Aturan-aturan sosial di masyarakat perikanan yang harus tetap kita
jaga seperti larangan bagi nelayan untuk pergi melaut yaitu pada hari Jum’at
dengan tujuan selain mengkhusukan waktu beribadah dan istirahat sekaligus juga
untuk menjaga kondisi ekosistem perairan supaya tidak terkuras habis
setiap hari. Kebudayaan sasi di Maluku, awig-awig di Lombok Barat,
panglima laut di Aceh dan berbagai kebudayaan dalam menjaga kelestarian
sumberdaya perikanan di daerah lainnya. Beberapa aturan/norma/ kebudayaan di
atas sudah mulai terkikis oleh waktu. Pelaku utama/ pelaku usaha perikanan
tidak lagi mengindahkan aturan/norma/ kebudayaan yang telah diwariskan oleh
para leluhur terdahulu karena terpengaruh oleh globalisasi. Penerapan lainnya
yang tidak kalah penting adalah tidak meninggalkan ajaran agama karena ajaran
agama akan menuntun kita untuk berbuat baik dan benar. Jika kita mampu
menerapkan itu semua, mewujudkan pelaku utama/ pelaku usaha perikanan yang siap
menghadapi era global semakin mudah.
Beberapa tindakan think globally
and act locally dalam penyuluhan perikanan adalah :
§ Terus belajar dalam rangka
meningkatkan kapasitas sumber daya manusia pelaku utama/ pelaku usaha perikanan
yang memiliki nilai saing tinggi
§ Terus berkarya dan berinovasi
dalam menumbuh kembangkan usaha perikanan dalam negeri dengan mengadopsi
perkembangan global tanpa meninggalkan khasana lokal
§ Terus mempelajari hal-hal baru
seperti menguasai bahasa asing dan teknologi informasi
§ Tetap mengenal dan mencintai
aturan/norma/ kebudayaan yang baik negeri sendiri dalam menjaga kelestarian
sumberdaya perikanan seperti sasi di Maluku, awig-awig di Lombok Barat,
panglima laut di Aceh
§ Melakukan tindakan nyata yang
sederhana seperti menanam mangrove di kawasan abrasi, erosi dan kawasan yang
sudah mengalami alih fungsi lahan, tidak membuang sampah ke perairan dan
tindakan-tindakan positif lainnya untuk menekan pemanasan global (global
warming).
§ Terlibat langsung dalam
sosialisasi stop penebangan hutan di kawasan pesisir, cara budidaya ikan yang
baik, usaha penangkapan ikan yang bertanggung jawab/lestari dan cara pengolahan
mutu hasil perikanan yang standar nasional/internasional.
Aksi think globally and act
locally dalam penyuluhan perikanan di atas akan memberikan dampak positif bagi
pengurangan kemiskinan, pelestarian dan pemanfaatan sumber daya perikanan
kelautan untuk pembangunan berkelanjutan seperti yang tertuang dalam SDGs.
Kontributor :
Markus Sembiring,S.Pi.,M.I.L
Penyuluh Perikanan Muda
Dinas Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Langkat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar