TINJAUAN TEORI PSIKOLOGI DALAM KEGIATAN PENYULUHAN
PERIKANAN
9 Februari
2016 09:24
JAKARTA (09/2/2016) www.pusluh.kkp.go.id
Penyuluhan menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 didefinisikan sebagai proses pembelajaran bagi pelaku utama agar mau dan mampu menolong dan mengorganisasi dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraan serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian lingkungan hidup. Jika kita mencermati kalimat dalam Undang-Undang di atas,dapat kita ketahui bahwa kata kunci dari kegiatan penyuluhan adalah proses belajar. Kata “belajar” menurut teori Belajar Behavioristik adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Di dalam kegiatan penyuluhan, dapat kita katakan bahwa
yang dimaksud respon adalah perubahan perilaku yang diinginkan
(pengetahuan, keterampilan, dan sikap) sebagai akibat dari kegiatan penyuluhan
yang kita laksanakan (stimulus). Karena respon merupakan
perubahan perilaku yang diinginkan maka respon ini perlu dikondisikan.
Pengkondisian respon ini tentu saja didasarkan atas permasalahan yang
dihadapi oleh sasaran kita, sehingga respon ini dapat dikatakan sebagai
kondisi positif dari masalah yang dihadapi. Jika kita ilustrasikan dalam sebuah
rencana kerja penyuluhan, maka yang dimaksud dengan respon adalah kolom
tujuan dan stimulus adalah kombinasi metode dan materi penyuluhan yang akan
diberikan.
Keberhasilan tercapainya sebuah respon akan
sangat ditentukan oleh proses pengkondisian stimulus yang diberikan.
Jika kita keliru dalam mengkondisikan stimulus maka respon yang
akan dicapai juga akan keliru (tidak sesuai dengan yang ditargetkan). Oleh
karena itu proses pengkondisian stimulus perlu direncanakan secara
matang.
Lalu bagaimana cara mengkondisikan stimulus
menurut teori psikologi ?
Perlu kita ingat kembali bahwa penyuluhan adalah
sebuah proses belajar dan sangat erat dengan proses modifikasi perilaku (Behavior Modification) ataupun Behavioral Engineering. Salah satu teori yang
berkaitan dengan modifikasi perilaku adalah teori Pavlovian Classical Conditioning yang diungkapkan oleh Ivan
Petrovich Pavlov (1849-1936) seorang ilmuwan dari Rusia yang memenangkan Nobel
di bidang Physiology or Medicine di tahun 1904. Di dalam teori ini disebutkan
bahwa stimulus yang dikondisikan (Conditioned Stimulus) biasanya akan bersifat
netral atau tidak
memiliki reaksi apapun terhadap obyek/sasaran dan agar respon yang
dikondisikan (Conditioned Response) dapat dicapai, diperlukan
sebuah proses pembelajaran yang akan melibatkan Unconditioned Stimulus (Rangsangan
yang tidak dikondisikan) dan Unconditioned Response (respon
yang tidak dikondisikan).
Kegiatan penyuluhan perikanan secara praktikal pada
hakekatnya merupakan proses penyampaian pesan dari seorang penyuluh perikanan
kepada pelaku utama sebagai sasaran. Pesan tersebut merupakan materi penyuluhan
yang tentu saja mengharapkan reaksi berupa perubahan perilaku tertentu
sebagaimana yang dikehendaki oleh penyuluh perikanan itu sendiri melalui
serangkaian proses pengkondisian. Jadi sebuah materi penyuluhan perikanan
haruslah disusun sedemikian rupa dengan arah yang jelas untuk memperkuat efek respon
yang dikondisikan ketika materi tersebut diberikan kepada sasaran.
Stimulus yang dikondisikan dalam hal
ini adalah materi penyuluhan perikanan pada awalnya adalah sesuatu yang
sifatnya netral atau tidak menimbulkan reaksi apapun pada sasaran ketika
stimulus itu diberikan. Agar ia memiliki makna, maka stimulus yang
dikondisikan itu harus diikat dengan pengetahuan, pengalaman tertentu yang
beresonansi kuat dengan emosi sasaran sehingga menjadi lebih hidup. Tanpa
intervensi unsur emosi, materi penyuluhan hanyalah sebuah simbol tanpa makna.
Pengalaman dan pengetahuan dari sasaranlah yang membuat materi penyuluhan ini
memiliki arti dan persepsi tertentu di mata sasaran. Oleh sebab itu perlu
proses pengkondisian dimana materi penyuluhan digabungkan dengan stimulus
yang tidak dikondisikan (metode dan teknik penyuluhan) sehingga dapat
menimbulkan respon yang tidak dikondisikan dalam hal ini adalah tahapan
adopsi. Respon yang tidak dikondisikan inilah yang akan menjadi pintu
gerbang tercapainya tujuan dari penyuluhan perikanan itu sendiri (respon
yang dikondisikan).
Untuk lebih jelasnya mengenai konsep Pavlovian
ini, dibawah ini adalah tabel hubungan antara elemen-elemen yang ada dalam
teori ini dengan elemen-elemen di dalam kegiatan penyuluhan perikanan menurut
pandangan penulis :
Elemen-Elemen Pavlovian Classical Conditioning
|
Elemen-Elemen Kegiatan Penyuluhan
Perikanan
|
Conditioned Stimulus (CS)– Rangsangan yang terkondisikan –
Bersifat Netral artinya obyek tidak akan bereaksi apa-apa ketika stimulus ini
diberikan
|
Materi penyuluhan
|
Unconditoned Stimulus (UCS) – Rangsangan yang tidak
dikondisikan – Rangsangan yang memicu obyek untuk reaksi biologis tidak bisa
dikendalikan oleh obyek
|
Metode dan Teknik Penyuluhan
|
Unconditioned Response (UCR) – Respon yang tidak bisa
dikondisikan – Merupakan reflek dari obyek ketika ia mendapatkan rangsangan
atau stimulus berupa UCS
|
Tahapan adopsi (Sadar, Minat,
Evaluasi, Mencoba, Adopsi)
|
Conditioned Response (CR)- Respon yang dikondisikan atau
diharapkan ketika rangsangan terkondisikan atau CS diberikan pada obyek
|
Tujuan kegiatan penyuluhan yang
ditetapkan
|
Ilustrasi dalam praktek teori ini adalah sebagai
berikut :
Tahap I. Pada saat materi tentang bahaya formalin
diberikan tanpa metode dan teknik yang tepat, reaksi yang akan ditunjukan oleh
sasaran adalah netral bahkan bisa bertolak belakang dengan respon yang
diharapkan,
Tahap II. Ketika materi tersebut diberikan dengan
memanfaatkan metode dan teknik penyuluhan yang tepat akan memberikan reaksi Unconditioned
response yaitu memasuki tahapan adopsi inovasi terhadap materi bahaya
formalin,
Tahap III. Setelah tahap II dilakukan secara berulang
ulang, maka akan memberikan reaksi yang sesuai dengan harapan (respon yang
dikondisikan) yaitu mengganti formalin dengan bahan alternatif lain yang
lebih aman. Namun perlu diingat respon pada tahap III ini terjadi setelah
proses pengkondisian secara berulang-ulang pada tahap II.
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan ini
adalah untuk efektivitas pencapaian tujuan dalam pelaksanaan kegiatan
penyuluhan, seorang penyuluh perikanan harus memiliki goal atau tujuan yang
jelas, perencanaan yang matang dan tepat, serta dilaksanakan dengan
memanfaatkan metode dan teknik penyuluhan yang tepat, yang tentu saja harus
memperhatikan unsur psikologis sasaran. Sudah efektifkah kegiatan penyuluhan
perikanan kita ?
Kontributor:
Arif Rahman Hakim, S.St.Pi
Penyuluh Perikanan Muda Pada Pusat Penyuluhan
dan Pemberdayaan KP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar