Virus
adalah organisme bertubuh kecil yang tidak dapat dilihat oleh mata (patogen
yang paling kecil). Untuk melihatnya diperlukan mikroskop elektron yang
kepekaannya lebih tinggi dibandingkan dengan mikroskop biasa. Organisme ini
tergolong unik karena tidak mempunyai pencernaan sehingga harus menumpang hidup
pada tubuh ikan untuk dijadikan inang. Virus menyerang makhluk hidup,
berkembang biak di dalam organisme inang dan pada saat itulah dia akan
menyebabkan kerusakan ataupun penyakit pada organisme inang.
Virus
dapat memperbanyak diri di dalam organ pencernaan sel inang sekaligus
memproduksi asam nukleat untuk kebutuhan hidupnya. Di dalam tubuh inangnya, virus
juga membentuk selubung protein yang disebut capsid yang berguna sebagai media
pertahanan diri terhadap serangan organisme lain. Setiap virus memiliki bentuk
capsid yang berbeda-beda. Virus mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan
mikroorganisme bersel tunggal. Perbedaan Virus dengan mikroorganisme bersel
tunggal berdasarkan pada:
- Diameter virus yang sangat
kecil (kurang dari 300 nm)
- Virus tidak dapat tumbuh pada
media mati.
- Sifat-sifat pertumbuhan (siklus
hidup) virus didalam hospes (insang).
- Virus hanya mempunyai materi
genetik berupa DNA atau RNA saja, tidak pernah keduanya.
- Asam nukleat virus bersifat
infektif.
- Virus tidak dapat melakukan
metabolisme sendiri.
- Virus tidak peka terhadap
antibiotik.
Serangan
virus membawa akibat kerusakan jaringan cukup luas dan membawa kematian dalam
waktu yang relatif cepat. Infeksi oleh virus sering berlanjut pada infeksi
sekunder yang dapat melemahkan tubuh ikan terutama ikan hias. Ada 3 (tiga)
jenis virus yang sering ditemukan menyerang ikan, yaitu:
- Epithelioma papulasum
Virus
ini sering menyerang ikan mas (Cyprinus carpio), Prussian carp (Carassius
auratus) dan juga beberapa jenis ikan hias. Serangan virus ini akan
menyebabkan penyakit cacar, sehingga pada tubuh ikan timbul bercak-bercak putih
seperti susu yang secara perlahan-lahan akan membentuk lapisan lebar mirip kaca
atau lemak dengan ketebalan antara 1-2 mm. Jika serangannya gencar, maka dalam
waktu yang singkat lapisan ini akan menutupi seluruh permukaan tubuh ikan.
Serangan virus ini menimbulkan gejala penyakit cacar. Pada tubuh ikan muncul
bercak-bercak putih yang secara perlahan-lahan membentuk lapisan lemak yang
berlendir dan transparan. Serangan virus ini dapat dikendalikan dengan zat
arsenik yang telah dilarutkan ke dalam senyawa arycil. Kemudian suntikan
larutan tersebut kedalam tubuh ikan yang berukuran besar.
- Hervesvirus
Virus
ini sering menyerang ikan hias jenis catfish (berbagai jenis lele) sehingga
penyakit yang ditimbulkannya lebih dikenal dengan nama Channel Catfish Virus
Disease (CCVD). Infeksi CCVD disebabkan oleh virus Herpervirus,
dan termasuk jenis penyakit yang berbahaya karena dapat menyebabkan kematian
massal pada lele, terutama perioda pemeliharaan benih. Penyebaran penyakit ini
dapat melalui induk atau pada saat pengangkutan. Serangannya dapat menimbulkan
kematian secara massal. Langkah awal untuk mencegah serangan virus ini adalah
memberikan suntikan imunisasi hervesvirus yang telah dilemahkan. Selain itu
dapat dilakukan tindakan pencucian kolam dengan menggunakan klorin.
- Limfosistis
Limfosistis
merupakan penyakit ikan yang
disebabkan oleh sejenis virus. Penyakit ini dapat menyerang sejumlah besar
ikan, akan tetapi serangannya biasanya terbatas pada jenis-jenis ikan yang
telah mengalami evolusi lanjut, seperti keluarga cichlid. Penyakit ini tidak
menyerang golongan cyprinid maupun catfish. Virus limfosistis pada dasarnya
akan menyerang sel-sel ikan sehingga sel tersebut akan membesar 50 hingga
100000 kali dari ukuran normalnya. Pada saat infeksi berlangsung, sel-sel
disekitar sel yang terinfeksi akan dapat pula terserang dan membesar sehingga
akan membentuk kumpulan sel-sel berukuran besar yang mengandung banyak virus
dan membentuk bintil berwarna putih. Infeksi penyakit pada umumnya diawali
dengan munculnya bintil kecil berwarna putih, atau abu-abu atau kadang-kadang
merah jambu. Munculnya terutama pada bagian sirip. Tidak tertutup kemungkinan
mereka muncul dibagian tubuh lainnya.
Penyakit
limfosistis disebabkan oleh sejenis Iridovirus (kelompok virus DNA).
Virus ini memiliki ukuran 180-200 mikron sehingga cukup sulit untuk dilihat
dengan menggunakan mikroskop biasa. Sejauh ini belum diketahui pengobatan yang
tepat untuk mengatasi limfosistis. Meskipun demikian, penyakit ini dapat sembuh
dengan sendirinya dan jarang berakibat fatal.Ikan yang terserang harus dilolasi
untuk mencegah terjadinya penularan, sampai penyakit tersebut hilang. Ikan yang
terserang biasanya akan menjadi kebal sehingga tidak akan terinfeksi kembali.
Ikan harus tetap dikarantina hingga sekitar 2 bulan setengah penyakit hilang
dari ikan yang bersangkutan. Satu-satunya cara agar limfosistis tidak sampai
menyerang ikan adalah dengan melakukan karantina yang memadai. Penyakit ini
biasanya baru terlihat 10 hari hingga 2 bulan setelah infeksi. Meskipun
demikian, karantina bagi limfosistis tidak perlu dilakukan pada ikan-ikan yang
tidak dapat terserang seperti ikan dari famili cyprinid. Ikan-ikan yang telah
mengalami kontak dengan ikan terinfeksi disarankan untuk dikarantina selama 2
bulan, sampai dipastikan bahwa infeksi tidak terjadi.
Sumber:
Afriantono, E dan Evi Liviawaty. 1992. Pengendalian
Hama dan Penyakit Ikan. Kanisius, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar