Perilaku dan
Gejala Ikan Sakit-
Kesehatan ikan
sangat penting untuk diperhatikan. Kondisi ikan yang tidak sehat jelas akan
berpengaruh terhadap penampilan fisik bahkan dapat mengancam kelangsungan
hidupnya. Ikan yang sakit menunjukkan suatu keadaan pada ikan yang sedang
mengalami gangguan atau kelainan, baik fisik maupun perilakunya. Gangguan fisik
dapat berupa luka karena gesekan antar ikan, insang membusuk, sisik tampak
kusam, dan lain sebagainya. Di sisi lain, perilaku yang tampak adalah ikan lebih
senang menyendiri, cenderung di permukaan air, gerakan lemah, dan menurunnya
nafsu makan ikan. Secara umum gejala-gejala penyakit untuk ikan yang
dibudidayakan dapat dilihat/ diamati dengan tanda-tanda sebagai berikut:
Adanya kelainan
tingkah laku: misalnya salah satu atau beberapa ikan keluar dari kelompoknya
dan cara berenangnya miring atau ”driving” (ikan yang berada dipermukaan
langsung menuju dasar dengan cepat). Gejala demikian biasanya disebabkan oleh
beberapa penyakit, antara lain: penyakit insang, penyakit sistem syaraf otak,
keracunan bahan kimia logam berat, dan kekurangan vitamin.
Ikan tidak mau
makan (perhatikan sudah berapa lama keadaaan ini terjadi), penyebabnya adalah:
penyakit diabetes (oxodized fatty), kelebihan mineral yang berasal dari pakan
dan kebosanan yang terjadi karena persediaan pakan sedikit.
Adanya kelainan
pada bentuk ikan : hal ini terjadi pada rangka ikan dan permukaan tubuh ikan
atau mata yang tidak normal disebabkan oleh bakteri dan parasit Trematoda
Giganea
Sedangkan untuk
organ-organ ikan bagian dalam, gejala-gejala penyakit dapat terjadi pada:
Insang berupa
hilangnya insang dibeberapa bagian, disebabkan karena kekurangan darah dan
keracunan, atau adanya parasit berupa ciliata dan monogenik.
Otak dimana
terjadi pendarahan disebabkan oleh parasit Mycosporidia, Giganea sp,
Streptococcus sp, dan Nocardia
Jantung akan
menjadi tebal dan membesar, disebabkan oleh bakteri kelas Mycosporidia, membran
jantung membesar karena diserang bakteri Streptococcus
Hati akan
membesar atau mengecil, berwarna hijau/kuning, disebabkan oleh perubahan kadar
lemak/LLD= Lipoid Liver Degeneration (fatty change liver desease). Jamur yang
berasal dari pakan yang terkontaminasi dapat menyebabkan hati mengalami
pendarahan, keras, dan mudah pecah.
Lambung dapat
menjadi kembung, luka dan berlubang, disebabkan oleh parasit yang termasuk
kelas Cestoda.
Usus berupa
luka, pendarahan, keluar dari anus yang disebabkan oleh parasit dalam kelas
Nematoda, Trematoda, Cestoda, dan Acanthocephala.
Limpa menjadi
besar/kecil dan kekurangan darah, disebabkan oleh adanya penyakit di bagian
lain.
Otot akan
memiliki warna tidak jelas/putih, terjadi pendarahan, disebabkan oleh bakteri
Nocardia atau serangan parasit Microsporidae.
Pengamatan
visual terhadap kesehatan ikan secara teratur dapat dilakukan terhadap selera
makan, tingkah laku, badan, warna, sirip dan mulut.
1. Selera
makan
Pemberian makan
tidak teratur akan membuat ikan datang pada waktunya untuk makan. Jika tidak
ada respon pada pakan maka perlu diwaspadai bahwa ikan tidak dalam keadaan
baik, begitu pula jika pada hari berikutnya pakan masih dalam keadaan utuh.
2. Tingkah
Laku
Pengamatan
terhadap tingkah laku ikan sangat penting karena bersifat individual. Kelakuan
yang normal untuk satu jenis ikan belum tentu normal untuk ikan lainnya. Oleh
sebab itu, pengenalan tingkah laku setiap jenis ikan perlu pula diketahui.
Sebagai contoh, ikan yang lemah atau berdiam saja perlu diperhatikan karena
biasanya berenang secara aktif. Ikan yang mengapung dan diam umumnya menunjukkan
gejala sakit. Ikan catfish yang biasanya berada didasar akan tidak wajar bila
berdiri dengan kepala di atas dan berada di tengah kolam.
3. Badan
Badan yang
bengkok akibat sakit atau cacat sejak menetas akan menyebabkan ikan berenang
tidak stabil. Kembung karena sakit (dropsy) umumnya diikuti dengan warna yang
agak pudar, sisik agak berdiri, dan ikan terlihat lemah atau tidak aktif.
4. Warna
Warna tubuh ikan
tetap atau konstan dan kadang ada perubahan lebih cerah atau terang maupun
lebih gelap pada saat berahi. Warna ini dapat pula digunakan sebagai petunjuk
mendeteksi kesehatan ikan, khususnya bila diikuti oleh tanda-tanda lain. Warna
yang abnormal disertai tanda khusus, seperti ikan bersembunyi, kurang aktif,
dan kurang nafsu makan, menandakan ikan dalam kondisi sakit.
5. Mata
Jika mata yang
tidak bergerak ada kemungkinan ikan dalam keadaan sakit, terutama bila diikuti
dengan berenang yang cepat dan gemetaran (tidak stabil atau bergoyang-goyang).
6. Sirip
Ikan dengan
cacat sirip bawaan seperti sirip bengkok atau pendek (pada ikan berjenis sirip
panjang) akibat genetik sebaiknya tidak dipelihara, terutama untuk induk.
Karena sirip yang demikian, umumnya akan diturunkan ke anaknya. Apabila cacat
pada sirip disebabkan oleh penyakit maka umumnya sirip akan baik(normal)
kembali. Namun, bila penyebabnya faktor genetik, sirip yang cacar tidak dapat
normal lagi. Sirip dengan bercak merah merupakan tanda ikan terserang penyakit
bakteri. Bila sirip melengkung pada ikan yang bersirip panjang, pertanda ikan
sudah terlalu tua.
7. Mulut
Jika mulut
berwarna keputihan, kemungkinan ikan terserang penyakit jamur. Sungut yang
patah atau luka pada beberapa ikan umumnya diakibatkan kerusakan fisik
(penanganan yang tidak baik) atau substrat yang tidak cocok. Sungut yang patah
atau luka ini ada yang dapat dipulihkan dan dad yang tidak. Kondisi ikan yang
sehat dapat diartikan sebagai suatu keadaan pada ikan yang tidak menunjukkan
adanya kelainan baik fisik atau tingkah lakunya. Sebaliknya ikan yang sakit
memperlihatkan suatu keadaan gangguan atau kelainan baik fisik atau tingkah
lakunya. Kondisi stres karena kepadatan, malnutrisi, penanganan dan kualitas
air yang buruk akan memicu timbulnya penyakit ikan.
Kualitas
lingkungan yang buruk dan ikan yang stres mengakibatkan terganggunya sistem
imunitas ikan, karena sebagian besar energi hasil mengkonsumsi pakan
dialokasikam untuk penanganan stres dibandingkan untuk memproduksi sel-sel
pertahanan tubuh. Selanjutnya kondisi seperti ini menjadi yang dimanfaatkan
agen patogen sebagai ”port of entry” (pintu masuk) awal kejadian infeksi
penyakit. Oleh karena itu maka sangatlah penting untukmenciptakan suatu kondisi
lingkungan budidaya yang layak dan dapat memberikan kenyamanan hidup organisme
kultur. Ini menunjukkan bahwa bagi para pembudidaya ikan hendaknya sebagai
langkah awal dalam memulai usahanya adalah dengan sunggung-sungguh megenali dan
memahami biologi ikan/biota akuatiknya.
Penyakit ikan
diartikan sebagai suatu hal yang dapat menimbulkan gangguan fisik dan fungsi
fisiologis (abnormalitas perilaku). Berikut ini beberapa tanda ikan yang dapat
menjadi patokan akan adanya serangan penyakit yaitu:
Ikan terlihat
pasif, lemah dan kehilangan keseimbangan tubuhnya sehingga cenderung mengapung
di permukaan air.
Nafsu makan
menurun, bahkan pada ikan yang sangat lemah tidak ada nafsu makan sama sekali.
Ikan mengalami
kesulitan untuk bernafas (megap-megap) dan mempunyai reaksi lambat, sering
dijumpai ikan tidak bereaksi sama sekali.
Tubuh ikan tidak
licin lagi karena selaput lendir pada kulitnya berkurang atau habis, sehingga
ikan menjadi mudah ditangkap.
Pada
bagian-bagian tertentu dari tubuh ikan terlihat pendarahan, terutama di dada,
perut dan pangkal sirip. Pendarahan ini menunjukkan bahwa tingkat serangan
penyakit sudah tinggi.
Sisik terlihat
menjadi rusak atau rontok. Pada serangan yang lebih hebat, kulit ikan tampak
seperti melepuh.
Sirip punggung,
dada dan ekor mengalami rusak dan pecah-pecah. Sering pula sirip hanya tinggal
tulang yang kerasnya saja.
Insang mengalami
kerusakan dan tidak berfungsi lagi, sehingga ikan sering terlihat mengalami
kesulitan untuk bernafas. Warna insang yang semula merah segar berubah menjadi
keputih-putihan atau kebiru-biruan.
Jika bagian
perutnya dibelah akan terlihat organ hati menjadi berwarna kekuning-kuningan
dan ususnya agak rapuh.
Ikan peliharaan
yang mengalami kompetisi (persaingan) untuk memperoleh oksigen, pakan dan ruang
gerak akan terlihat lambat pertumbuhannya.
Di kolam di mana
terdapat organisme predator umumnya sulit dideteksi, karena tubuh ikan yang
diserang akan habis dimangsa. Untuk mengetahui organisme predator perlu
dilakukan pengamatan terhadap jenis ikan atau organisme predator lainnya yang
ada di kolam.
Penyakit yang
disebabkan oleh adanya senyawa beracun di dalam kolam umumnya sulit untuk
diidentifikasi, sebab efek dari senyawa beracun ini terhadap ikan relatif
cepat, sehingga pembudidaya sering terlambat untuk mengatasinya.
Untuk mencegah
timbulnya penyakit pada ikan budidaya dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :
Melakukan
persiapan lahan yang benar, yaitu pengeringan, pengapuran dan pemupukan.
Pengeringan bertujuan untuk memutus siklus hidup penyakit, dilakukan kira-kira
selama tiga minggu sampai dasar kolam retak-retak. Pengapuran digunakan untuk
menstabilkan pH tanah dan air serta dapat membunuh bakteri dan parasit.
Pemupukan digunakan untuk menyuburkan kolam dan menumbuhkan fitoplankton
sebagai pakan alami.
Menjaga kualitas
air pada saat pemeliharaan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara treatment di
kolam menggunakan probiotik secara teratur setiap hari. Probiotik akan
mendegradasikan bahan organik, menguraikan gas beracun dan menekan pertumbuhan
bakteri merugikan penyebab timbulnya penyakit.
Meningkatkan
ketahanan tubuh ikan melalui kekebalan non spesifik dengan aplikasi
immunostimulan secara teratur seperti vitamin, betaglukan dan lipopolisacaridae
(LPS).
Sumber:
Dailami. D, A.S.
2002. Agar Ikan Sehat. Swadaya. Jakarta.
Effendi Irzal.
2004. Pengantar Akuakultur. Swadaya. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar