MAKALAH BUDIDAYA IKAN NILA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara genetik ikan nila GIFT ( Genetic Improvement for Farmed Tilapia ) telah
terbukti memiliki keunggulan pertumbuhan dan produktivitas yang lehih tinggi
dibandingkan dengan jenis ikan nila lain. Selain itu, ikan nila mempunyai
sifat omnivora, sehingga dalam budidayanya akan sangat efisien, dalam biaya
pakannya rendah. Padahal Komponen biaya pakan dalam usaha budidaya
mencapai 70% dari biaya produksi. Sebagai perbandingan nilai efisiensi
pakan atau konversi pakan ( Food Conversion Ratio ), ikan nila yang
dibudidayakan di tambak atau karamba jaring apung adalah 0,5 - 1,0 ; sedang
ikan mas sekitar 2,2 - 2,8.
Pertumbuhan ikan nila jantan dan betina dalam satu populasi akan selalu jauh
berbeda, nila jantan 40% lebih cepat dari pada nila betina. Disamping
itu, yang betina apabila sudah mencapai ukuran 200 g pertumbuhannya semakin
lambat, sedangkan yang jantan tetap tumbuh dengan pesat. Hal ini akan
menjadi kendala dalam memproyeksikan produksi. untuk mengantisipasi kendala
ini, saat ini sudah dilakukan proses jantanisasi atau membuat populasi ikan
menjadi jantan semua ( S e x-reversal ) yaitu dengancara pemberian hormon 17
Alpa methyltestosteron selama perkembangan larva sampai umur 17 hari.
Pembenihan ikan nila dapat dilakukan secara massal di perkolaman secara
terkontrol ( pasangan ) dalam bak-bak beton. Pemijahan secara massal
ternyata lebih efisien, karena biaya yang dibutuhkan relatif lebih kecil dalam
memproduksi larva untuk jumlah yang hampir sama.
Pembesaran ikan nila dapat dilakukan di kolam, karamba jaring apung atau di
tambak. Budidaya nila secara monokultur di kolam rata-rata produksinya
adalah 25.000 kg/ha/panen, di karamba jaring apung 1.000 kg/unit (50 m2)/panen
(200.000 kg/ha/panen), dan di tambak sebanyak 15.000 kg/ha/panen.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ikan Nila
Ikan nila adalah sejenis ikan konsumsi air tawar. Ikan ini diintroduksi dari
Afrika, tepatnya Afrika bagian timur, pada tahun 1969, dan kini menjadi ikan
peliharaan yang populer di kolam-kolam air tawar di Indonesia sekaligus hama di
setiap sungai dan danau Indonesia. Nama ilmiahnya adalah Oreochromis niloticus,
dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Nile Tilapia.
1. Pemerian
Ikan peliharaan yang berukuran sedang, panjang total (moncong hingga ujung
ekor) mencapai sekitar 30 [[sentimeter|cmdan]] kadang ada yang lebih dan ada
yang kurang dari itu. Sirip punggung ('' pinnae dorsalis'') dengan 16-17 duri
(tajam) dan 11-15 jari-jari (duri lunak); dan sirip dubur (''pinnae analis'')
dengan 3 duri dan 8-11 jari-jari.
Tubuh berwarna kehitaman atau keabuan, dengan beberapa pita gelap melintang
(belang) yang makin mengabur pada ikan dewasa. Ekor ''bergaris-garis tegak'',
7-12 buah. Tenggorokan, sirip dada, sirip perut, sirip ekor dan ujung sirip
punggung dengan warna merah atau kemerahan (atau kekuningan) ketika musim
berbiak.ada garis linea literalis pada bagian truncus fungsinya adalah untuk
alat keseimbangan ikan pada saat berenang.
Ikan nila yang masih kecil belum tampak perbedaan alat [[kelamin]]nya. Setelah
berat badannya mencapai 50 [[gram]], dapat diketahui perbedaan antara
[[jantan]] dan [[betina]]. Perbedaan antara ikan jantan dan betina dapat
dilihat pada lubang [[genital]]nya dan juga ciri-ciri kelamin
sekundernya. Pada ikan jantan, di samping lubang [[anus]] terdapat lubang
genital yang berupa tonjolan kecil meruncing sebagai saluran pengeluaran
[[kencing]] dan [[sperma]]. Tubuh ikan jantan juga berwarna lebih gelap,
dengan [[tulang]] [[rahang]] melebar ke belakang yang memberi kesan kokoh,
sedangkan yang betina biasanya pada bagian perutnya besar.
2. Kebiasaan dan penyebaran
Ikan nila dilaporkan sebagai pemakan segala (omnivora), pemakan plankton,
sampai pemakan aneka tumbuhan sehingga ikan ini diperkirakan dapat dimanfaatkan
sebagai pengendali gulma air.
Ikan ini sangat peridi, mudah berbiak. Secara alami, ikan nila (dari perkataan
Nile, Sungai Nil) ditemukan mulai dari Syria di utara hingga Afrika timur
sampai ke Kongo dan Liberia; yaitu di Sungai Nil (Mesir), Danau Tanganyika,
Chad, Nigeria, dan Kenya. Diyakini pula bahwa pemeliharaan ikan ini telah berlangsung
semenjak peradaban Mesir purba.
Telur ikan nila berbentuk bulat berwarna kekuningan dengan diameter sekitar 2,8
mm. Sekali memijah, ikan nila betina dapat mengeluarkan telur sebanyak
300-1.500 butir, tergantung pada ukuran tubuhnya. Ikan nila mempunyai kebiasaan
yang unik setelah memijah, induk betinanya mengulum telur-telur yang telah
dibuahi di dalam rongga mulutnya. Perilaku ini disebut mouth breeder (pengeram
telur dalam mulut).
Karena mudahnya dipelihara dan dibiakkan, ikan ini segera diternakkan di banyak
negara sebagai ikan konsumsi, termasuk di pelbagai daerah di Indonesia. Akan
tetapi mengingat rasa dagingnya yang tidak istimewa, ikan nila juga tidak
pernah mencapai harga yang tinggi. Di samping dijual dalam keadaan segar,
daging ikan nila sering pula dijadikan filet.
Ikan ini menjadi hama di seluruh sungai-sungai dan danau di Indonesia ketika di
tebar ke dalam sungai dan danau karena ikan ini memakan banyak tumbuhan air dan
menggantikian posisi ikan pribumi indonesia, akan tetapi ikan nila masih tetap
ditebar oleh pemerintah di sungai-sungai dan danau Indonesia tanpa
memperhatikan dampaknya.
B. Pembenihan
Lahan
atau kolam untuk pembenihan nila dibagi dalam dua kelompok yaitu kolam
pemijahan dan kolam pendederan. Kolam-kolam sebaiknya dibuat dengan
pematang yang kuat , tidak porous ( rembes ), ketinggian pematang aman (
minimal 30 cm dari permukaan air ), sumber pemasukan air yang terjamin
kelancarannya, dan luas kolam masing - masing 200 m2. Di samping itu
perlu di perhatikan juga keamanan dari hama pemangsa ikan seperti anjing air,
burung hantu, kucing dan lain-lain, sehingga dianjurkan agar agar
lingkungan perkolaman babas dari pohon pohon yang tinggi dan rindang, sementara
sinar matahari pun dapat masuk ke dalam kolam.
Induk
ikan nila mempunyai bobot rata-rata 300 g/ekor. perbandingan betina
dan jantan untuk pemijahan adalah 3:1 dengan padat tebar 3 ekor
/m2. Pemberian pakan berbentuk pellet sebanyak 2% dari bobot
biomassa per hari dan diberikan tiga kali dalam sehari. Induk ikan
ini sebaiknya didatangkan dari instansi resmi yang melakukan seleksi dan
pemuliaan calon induk diantaranya Balai Penelitian Perikanan Air Tawar
Sukamandi, sehingga kualitas kemurnian dan keunggulannya terjamin.
Induk
nila betina dapat matang telur setiap 45 hari. Setiap induk betina
menghasilkan larva ( benih baru menetas ) pada tahap awal sekitar 300 g
sebanyak 250-300 ekor larva. Jumlah ini akan meningkat sampai
mencapai 900 ekor larva sesuai dengan pertambahan bobot induk betina ( 900 g
). Setelah selesai masa pemijahan dalam satu siklus ( 45 hari ),
induk-induk betina diistirahatkan dan dipisahkan dari induk jantan selama 3-4
minggu dan diberi pakan dengan kandungan protein diatas 35 %.
Setelah
dua minggu masa pemeliharaan adaptasidi kolambiasanya induk-induk betina mulai
ada yang beranak, menghasikan larva yang biasanya masih berada dalam pengasuhan
induknya. Larva -larva tersebut dikumpulkan denga cara diserok memakai serokan
yang terbuat dari kain halus dan selanjutnya ditampung dalam happa ukuran 2 x
0,9 x 0,9 m3. Pengumpulan larva dilakukan beberapa kali dari pagi
sampai sore, dan duusahakan larva yang terkumpul satu hari ditampung minimal
dalam satu happa.
C. Jantanisasi Benih.
Untuk
mendapatkan benih ikan nila tunggal kelamin jantan ( monos eks ) maka dilakukan
proses jantanisasi. Untuk keperluan ini diperlukan minimal 24 buah
happa ukuran masing-masing 2 x 2 x 2 m3 yang ditempatkan dalam kolam dengan
luas kurang lebih 400 m2 dan kedalam air minimal 1,5 m. Kedalam
setiap hapa dapat diisi larva ikan sebanyak 20.000-30.000 ekor . Larva
diberi pakan berbentuk tepung yang telah dicampur dengan hormon 17 Alpha Methyl
Testosteron sampai masa masa pemeliharaan selama 17 hari.
Larva hasil proses jantanisasi selanjutnya dipelihara dalam kolam pendederan
berukuran 200 m2. Kolam sebelumnya harus dikeringkan, lumpurnya dikeduk,
diberi kapur sebanyak 50 g/m2, dan diberi pupuk kotoran ayam sebanyak 250 g/m2. Setelah
pengapuran dan pemupukan, kolam diisi secara perlahan-lahan sampai ketinggian
air sekitar 70 cm, digenangi selama 3 hari, diberi pupuk urea dan TSP masing
-masing sebanyak 2,5 g/m2 dan 1,25 g/m2. Setelah kolam pendederan
terisi air selam 7 hari, benih ikan hasil proses jantanisasi dimasukkan dengan
kepadatan 250 ekor/m2. Pemberian pakan tambahan dapat dilakukan dengan
pakan berbentuk tepung yang khusus untuk benih ikan. Pemupukan ulang
dengan urea dan dan TSP dilakukan seminggu sekali dengan takaran masing-masing
2,5 g/m2 dan 1,25 g/m2 kolam dan diberikan selama pemeliharaan ikan.
Setelah
masa pemeliharaan 21 hari, ikan denga bobot rata-rata 1,25 g ( ukuran panjang
3-5 cm ) bisa dipanen. Untuk panen benih ikan nila sebaiknya digunakan
jaring eret pada pengankapan awal. Bila jumlah ikan dalam kolam
diperkirakan tinggal sedikit baru dilakukan pengeringan airnya.
Ikan
mempunyai daya tahan yang baik selama diangkut apabila perutnya dalam keadaan
kosong dan suhu air media relatif dingin. Karena itu apabila akan
panen dan diangkut sebaiknya ikan tidak diberi makan minimal 1
hari. Pengangkutan menggunakan kantong plastik, dimana seper empat
bagian berisi air dan tiga per empat bagian berisi oksigen murni yang diberi es
balok ukuran 20 x 20 x 20 cm3 ( es balok berada dalam media air bersama
benih ikan ). Kantong plastik dengan volume 20 L bisa diisi ikan
ukuran 5 cm maksimal 1.500 ekor/kantong, dengan lama masa toleransi dalam
kantong sekitar 10 jam.
Sekilas tentang kolam untuk ikan
nila:
Kolam bisa diartikan suatu genangan air yang sengaja dibuat manusia yang
keadaannya dapat dikendalikan. Kolam harus memenuhi tiga persyaratan, yaitu
dapat menampung air dalam volume yang besar, mudah diairi dan dikeringkan serta
dapat terhindar dari banjir.
Kolam yang baik memiliki lima bagian penting, yaitu pematang, pintu pemasukan,
pintu pengeluaran, kema-lir dan kobakan. Pematang dibuat keliling dengan
ketinggian antara 80 – 100 cm. Pematang juga dibuat miring ke dalam dan keluar
kolam. Lebar bagian atas minimal 40 cm dan lebar bagian bawah minimal 80 cm.
Pintu pemasukan dibuat dekat saluran pemasukan dengan pipa paralon berdiameter
4 inchi. Bagian itu tidak boleh menyentuh permukaan air untuk menjaga agar ikan
tidak keluar. Jarak antara pintu pemasukan dengan permukaan air minimal 20 cm.
Selain untuk menjaga agar ikan tidak keluar, tingginya bagian ini bertujuan
agar selalu terjadi difusi oksigen dalam kolam.
Pintu pengeluaran dibuat dekat saluran pembuangan dengan menggunakan monik,
salah satu bentuk pintu pengeluaran yang paling praktis. Selain monik, lubang
pengeluaran air, bisa juga dibuat dengan bentuk L, yaitu dibuat dari pipa
paran. Hanya bentuk ini kurang praktis.
Untuk lebih jelasnya, lubang pengeluaran monik dapat dilihat dalam buku
Pembenihan dan pembesaran nila GIFT, karya Usni Arie yang diterbitkan oleh
Penebar Swadaya Jakarta.
Kemalir dibuat di dasar kolam dengan lebar antara 40-50 cm dan tinggi 10-20 cm.
Arahnya memanjang dari pintu pemasukan ke pintu pengeluaran. Fungsi utama
kemalir untuk memudahkan saat panen. Fungsi lainnya untuk tempat berlindung
ikan pada siang hari.
Kobakan dibuat di dasar, depan pintu pengeluaran dengan panjang 1,5 m, lebar 1
m dan tinggi 20-30 cm. Kobakan berfungsi sebagai tempat berkumpulnya ikan waktu
panen, sehinga mudah menangkapnya.
Artikel Cara Budidaya Ikan Nila semoga bermanfaat bagi yang membutuhkanikan
nila merah, klasifikasi ikan nila, budidaya ikan nila, ternak ikan nila
download, morfologi ikan nila, manfaat ikan nila
D. Pembesaran di Tambak
Usaha
pembesaran ikan nila di tambak dengan sistem monokultur, mempunyai sasaran
produksi untuk pasar domestik maupun ekspor.
Untuk
pembesaran nila di tambak, yang pertama dilakukan adalah tambak diperbaiki
pematangnya, saluran air dan pintu-pintu airnya. Lumpur dasar tambak
diangkat, selanjutnya tambak dikeringkan, sehingga semua hama ikan yang suka
mengganggu bisa musnah. Pengapuran dilakukan dengan takaran 50
g/m2 dan pemupukan dengan pupuk kandang sebanyak 250 g/m2. Kemudian
tambak diisi air sampai ketinggian 70 cm, setelah tiga hari dilakukan pemupukan
dengan urea dan TSP dengan takaran masing-masing 2,5 g/m2 dan 1,25
g/m2. Pada awal pengisian air diusahakan kadar garamnya sekitar 5
ppt dan selanjutnya bisa dinaikan selam masa pemeliharaan sampai 15 ppt.
Benih
yang ditebar sebaiknya berukuran + 1,25 g ( panjang 3-5 cm ) dengan
ukuran yang seragam dan sehat ditandai dengan warna cerah, gerakan yang gesit
dan responsif terhadap pakan. Untuk target panen ukuran rata-rata 15
g/ekor (+ 1 bulan ), padat penebaran sebanyak 20
ekor/m2. Sedangkan untuk terget panen ukuran 500 g/ekor (+ 6
bulan pemeliharaan), padat penebaran sebanyak 4 ekor/m2.
Selama
masa pemeliharaan ini ikan diberi pakan tambahan berbentuk pelet sebanyak 3%-5%
per hari dari biomassa, dan diberikan dengan frekuensi tiga kali sehari, pakan
tersebut harus berkualitas dengan komposisi protein minimal 25% ( Lampiran 2 ).
Pada
awal pemeliharaan, ketinggian air dipertahankan minimal 70 cm, dan bila masa
pemeliharaan telah telah mencapai dua bulan ketinggian air dinaikan, sehingga
menjelang pemeliharaan empat bulan ketinggian diusahakan mencapai 1,5 m.
Pemupukan
ulang dengan pupuk kandang dilakukan dua bulan sekali dengan takaran 250 g/m2,
sedangkan pemupukan ulang urea dan TSP dilakukan setiap minggu dengan takaran
masing-masing 2,5 g/m2 dan 1,25 g/m2 selama masa pemeliharaan.
Dengan
target produksi ukuran 500 g atau lebih per ekor terutama diperlukan untuk
produksi fillet, maka masa pemeliharaan adalah sekitar enam
bulan. Pemanenan dilakukan dengan cara disusur dari ujung
menggunakan jaring seser. Bila dirasakan populasi ikan dalam tambak
sudah tinggal sedikit, baru air tambak dikeringkan. Diusahakan ikan
hasil tangkapan harus dalam keadaan segar dan prima. Selainitu,
untuk pasar ekspor komoditas nila ini diperlukan penanganan yang lebih hati-hati
terutama sekali dari aspek higienis dan penampilan produk.
Untuk
keperluan konsumsi lokal umumnya ikan dengan ukuran rata-rata 200
g/m2 sudah dapat dipasarkan dalam keadaan segar. Dalam proses
penyimpanan, pengankutan dan pemasaran dapat menggunakan es sebagai media untuk
mempertahankan kesegaran ikan.
1. Peralatan
Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan nila diantaranya
adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung
sementara induk maupun benih), seser, ember-ember, baskom berbagai ukuran,
timbangan skala kecil (gram) dan besar (kg),cangkul, arit, pisau serta piring
secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar kekeruhan. Sedangkan peralatan lain
yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan nila antara lain adalah
warring/scoopnet yang halus, ayakan panglembangan diameter 100 cm, ayakan
penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba
kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan jarak dekat), kekaban (untuk tempat penempelan
telur yang bersifat melekat), hapa dari kain tricote (untuk penetasan telur
secara terkontrol) atau kadang-kadang untuk penangkapan benih, ayakan
penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut benih), sirib
(untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untuk menangkap ikan),
lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi), scoopnet (untuk
menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas), seser (gunanya=
scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk segiempat (untuk
menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).
2. Persiapan Media
Yang dimaksud dengan persiapan adalah melakukan penyiapan media untuk
pemeliharaan ikan, terutama mengenai pengeringan, pemupukan dlsb. Dalam
menyiapkan media pemeliharaan ini, yang perlu dilakukan adalah pengeringan
kolam selama beberapa hari, lalu dilakukan pengapuran untuk memberantas hama
dan ikan-ikan liar sebanyak 25-200 gram/meter persegi, diberi pemupukan berupa
pupuk buatan, yaitu urea dan TSP masing-masing dengan dosis 50-700 gram/meter
persegi, bisa juga ditambahkan pupuk buatan yang berupa urea dan TSP
masing-masing dengan dosis 15 gram dan 10 gram/meter persegi.
E. Sarana Budidaya
Alat/sarana yang digunakan oleh masyarakat pembudidaya Desa Sei Tatas
Kecamatan, Pulau Petak Kabupaten Kapuas adalah hampir sama semua, misalnya
- Kapur dolomit Yang gunanya untuk menaikkan kadar pH kolam dan mengendapkan lumpur yang baru dibuat.
- Pupuk kandang Pupuk yang gunanya untuk membuat kolam ditumbuhi oleh makanan alami dan membuat kolam menjadi
subur.
- Benih ikan Benih ikan didapatkan dari Balai Benih yang ada di Kuala Kapuas yaitu dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kapuas, ukuran
benih yang ditebarkan ukurannya berkisar antara
3-5 cm yang seragam.
- Pakan ikan Pakan yang diberikan berupa Pellet (buatan pabrik) yaitu ukuran pakan No. 1 (satu) yaitu PF 118 dengan
kandungan Protein 30 %.
F. Penebaran Benih
Setelah kolam dinyatakan sudah siap, lalu dilakukan penebaran benih nila dengan
ukuran 3-5 cm dengan padat penebaran 10-15 ekor/m2. Untuk kolam ukuran 100 m2
dapat ditebari benih 1.000 ekor. Benih yang dipilih benar-benar sehat dengan
ciri-ciri : warna cerah, gerakannya lincah dan tidak sakit. Agar benih tidak
menderita stress oleh perbedaan suhu udara dan air. Penebaran benih dilakukan
pada pagi atau sore hari. Penebaran pada siang hari dapat membahayakan
keselamatan benih.
Penebaran benih harus dilakukan dengan hati-hati. Cara yang aman dan praktis
dengan mendiamkan wadah berisi air beberapa saat hingga suhunya sama dengan
suhu air kolam pembesaran. Kemudian wadahnya digulingkan secara perlahan-lahan.
Biarkan benih keluar dengan sendirinya. Tinggal saat pertama kali menebar benih
harus dicatat agar waktu panen dapat dipastikan.
G. Pemberian Pakan
Untuk benih ikan sampai hari ketiga, benih tidak perlu diberi makan karena
pakan alami hasil pemupukan masih tersedia. Menginjak hari keempat barulah kita
memberikan pakan buatan berupa pellet berkadar protein 25%. Pakan berupa pellet
diberikan setiap hari sebanyak tiga kali pemberian, disesuaikan dengan umur dan
ukuran ikan.
Untuk mengetahui pertambahan berat badan ikan yang ada di kolam, dilakukan
penangkapan seminggu sekali kurang lebih 30% dari jumlah ikan keseluruhan.
Untuk ukuran 20-50 gr diberikan pellet sebanyak 4% - 5% dari bobot total ikan,
50-200 gr diberikan pellet sebanyak 3% dan ukuran 200-500 gr sebanyak 2% dengan
frekuensi pemberian 3 kali sehari.
H. Penerban Benih Ikan Nila
Setelah tahapan proses persiapan kolam terlaksana dengan baik, maka pada hari
yang kelima samapai hari ketujuh setelah masa pengisian air kolam dilakukan
akan dilakukan penebaran benih ikan nila. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan
adalah ukuran benih ikan yang disebarkan hendaknya berukuran antara 8-12 cm
atau dengan ukuran berat 30 gram/ekor dengan pada tebar sekitar 5-10 ekor/m2.
Pemeliharaan ikan nila dilakukan selama 6 bulan atau hingga ukuran berat ikan
nila sudah mencapai 400-600 gram/ekor.
I. Pemberian Makanan
Dalam pemberian makanan ikan nila diberikan setiap hari dengan komposisi
makanan alami dan juga makanan tambahan. Makanan ikan nila ini bisa terdiri
dari dedak, ampas kelapa, pelet dan juga sisa-sisa makanan dapur.
Umumnya pemberian pakan dilakukan
dengan ukuran seperti berikut ini:
1.
Protein 20-30%;
2.
Lemak 70% (maksimal.);
3.
Karbohidrat 63 - 73%.
4.
Pakanyaberupa hijau-hijauan diantaranya adalah :
- Kaliandra
- Kalikina atau kecubung;
- Kipat
- Kihujan
J. Penyakit
Ikan nila pada umumnya dapat diserang oleh penyakit serius yang disebabkan oleh
lingkan dan keadaan yang tidak menyenangkan, seperti populasi yang terlalu
padat, kekurangan makanan, penanganan yang kuran baik dan sebagainya. Penanggulangan
yang paling efektif dilakukan adalah dengan memberikan kondisi yang lebih baik
pada kolam ikan tersebut.
Apabila sudah terjadi penyakit yang serius pada sebuah kolam ikan nila, maka
semua upaya yang dilakukan akan terlambat dan sia-sia. Penyembuhan dengan
memberikan antibiotic atau fungisida ke seluruh kolam memerlukan biaya yang
cukup mahal.
Untuk mengatasi hal ini, maka salah satu hal yang paling umum dilakukan adalah
melakukan pencegahan akan lebih murah dibandingkan dengan melakukan pengobatan,
yaitu dengan jalan lain melakukan pengeringan pada kolam dan melakukan
penyiapan dari permulaan.
K. Pemanenan Ikan Nila
Masa pemanenan ikan nila sudah dapat dilakukan setelah masa pemeliharaan 4 - 6
bulan. Ikan nila pada usia 4-6 bulan pemeliharaan akan memiliki berat yang
bevariasi, yaitu antara 400-600 gram/ekor.
Bila ukuran berat dari masing-masing ikan dirasa belum maksimal, maka pemanenan
bisa juga dilakukan dengan sistem bertahap, dimana hanya dipilih ukuran
konsumsi (pasar). Pada tahap pertama dengan menggunakan jaring dan setiap bulan
berikutnya secara bertahap.
Untuk melakukan pemanenan secara mudah bisa juga dilakukan dengan cara
mengeringkan kolam secara total atau sebagian. Bila ikan dipanen secara
keseluruhan, maka kolam dikeringkan sama sekali. Akan tetapi apabila akan
memanen sekaligus maka hanya sebagian air yang dibuang.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Usaha pemeliharaan Ikan Nila
(Oreochormis Niloticus) di Kabupaten Kapuas mempunyai prospek yang cukup baik
dikembangkan, karena permintaan pasar yang cenderung sangat meningkat dan
rasanya yang gurih serta ditunjang pula harganya yang relatif mahal
dibandingkan dengan ikan hasil budidaya air tawar lainnya di sekitar Kuala
Kapuas.
Pemeliharaan Ikan Nila
(Oreochormis Niloticus) di kolam merupakan salah satu cara budidaya ikan yang
mudah dikembangkan di Kabupaten Kapuas karena wilayahnya yang banyak air dan
sungai serta pola budidaya ikan yang mulai digandrungi masyarakat. Juga sebagai
alternatif sumber pendapatan dan pemenuhan gizi keluarga.
Makanan bagi Ikan Nila
(Oreochormis Niloticus) juga tidak sulit, karena ia mau menyantap segala jenis
makanan alami ataupun buatan (pellet), bahkan diberi dedak halus ataupun ampas
tahu ia mau juga. Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) termasuk jenis ikan pemakan
campuran (omnivora).
B. Saran
Selama masa pemeliharaan perlu
diawasi kemungkinan adanya serangan hama dan penyakit. Cara yang paling aman
untuk mengendalikan hama adalah secara fisik menangkap langsung hewan liar/hama
tadi atau mencegahnya masuk ke dalam kolam.
Sedangkan penyakit ikan dapat
dicegah dengan pengapuran yang seimbang untuk mempertahankan kualitas air,
serta diupayakan suhu air tidak kurang dari 28 0C.