BUDIDAYA IKAN NILA GIFT
Ikan nila adalah sejenis ikan konsumsi air
tawar. Ikan ini diintroduksi dari Afrika, tepatnya Afrika bagian timur, pada
tahun 1969, dan kini menjadi ikan peliharaan yang populer di kolam-kolam air
tawar di Indonesia sekaligus hama di setiap sungai dan danau Indonesia. Nama
ilmiahnya adalah Oreochromis niloticus, dan dalam bahasa Inggris dikenal
sebagai Nile Tilapia (sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Ikan_nila)
Secara genetik ikan nila GIFT ( Genetic
Improvement for Farmed Tilapia ) telah terbukti memiliki keunggulan pertumbuhan
dan produktivitas yang lehih tinggi dibandingkan dengan jenis ikan nila lain.
Selain itu, ikan nila mempunyai sifat omnivora, sehingga dalam budidayanya akan
sangat efisien, dalam biaya pakannya rendah. Padahal Komponen biaya pakan dalam
usaha budidaya mencapai 70% dari biaya produksi. Sebagai perbandingan nilai
efisiensi pakan atau konversi pakan ( Food Conversion Ratio ), ikan nila yang
dibudidayakan di tambak atau karamba jaring apung adalah 0,5 - 1,0 ; sedang
ikan mas sekitar 2,2 - 2,8.
Pertumbuhan ikan nila jantan dan betina dalam
satu populasi akan selalu jauh berbeda, nila jantan 40% lebih cepat dari pada
nila betina. Disamping itu, yang betina apabila sudah mencapai ukuran 200 g
pertumbuhannya semakin lambat, sedangkan yang jantan tetap tumbuh dengan pesat.
Hal ini akan menjadi kendala dalam memproyeksikan produksi. untuk
mengantisipasi kendala ini, saat ini sudah dilakukan proses jantanisasi atau
membuat populasi ikan menjadi jantan semua ( Sex-reversal ) yaitu dengancara
pemberian hormon 17 Alpa methyltestosteron selama perkembangan larva sampai
umur 17 hari.
Pembenihan ikan nila dapat dilakukan secara
massal di perkolaman secara terkontrol ( pasangan ) dalam bak-bak beton.
Pemijahan secara massal ternyata lebih efisien, karena biaya yang dibutuhkan
relatif lebih kecil dalam memproduksi larva untuk jumlah yang hampir sama.
Pembesaran ikan nila dapat dilakukan di
kolam, karamba jaring apung atau di tambak. Budidaya nila secara monokultur di
kolam rata-rata produksinya adalah 25.000 kg/ha/panen, di karamba jaring apung
1.000 kg/unit (50 m2)/panen (200.000 kg/ha/panen), dan di tambak sebanyak
15.000 kg/ha/panen.
Ada segi positif dari budidaya ikan nila di
tambak yaitu pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan di kolam atau di jaring
apung. Ikan nila ukuran 5-8 cm yang dibudidayakan di tambak selam 2,5 bulan
dapat mencapai 200 g, sedangkan di kolam untuk mencapai ukuran yang sama
diperlukan waktu 4 bulan.
Tekstur daging ikan nila memiliki ciri tidak
ada duri kecil dalam dagingnya. Apabila dipelihara di tambak akan lebih kenyal,
dan rasanya lebih gurih, serta tidak berbau lumpur. Oleh kerena itu, ikan nila
layak untuk digunakan sebagai bahan baku dalam industri fillet dan
bentuk-bentuk olahan lain.
Pembenihan
Lahan atau kolam untuk pembenihan nila dibagi
dalam dua kelompok yaitu kolam pemijahan dan kolam pendederan. Kolam-kolam
sebaiknya dibuat dengan pematang yang kuat tidak porous ( rembes ), ketinggian
pematang aman ( minimal 30 cm dari permukaan air ), sumber pemasukan air yang
terjamin kelancarannya, dan luas kolam masing - masing 200 m2. Di samping itu
perlu di perhatikan juga keamanan dari hama pemangsa ikan seperti anjing air,
burung hantu, kucing dan lain-lain, sehingga dianjurkan agar agar lingkungan
perkolaman babas dari pohon pohon yang tinggi dan rindang, sementara sinar
matahari pun dapat masuk ke dalam kolam.
Induk ikan nila mempunyai bobot rata-rata 300
g/ekor. perbandingan betina dan jantan untuk pemijahan adalah 3:1 dengan padat
tebar 3 ekor /m2. Pemberian pakan berbentuk pellet sebanyak 2% dari bobot
biomassa per hari dan diberikan tiga kali dalam sehari. Induk ikan ini
sebaiknya didatangkan dari instansi resmi yang melakukan seleksi dan pemuliaan
calon induk sehingga kualitas kemurnian dan keunggulannya terjamin.
Induk nila betina dapat matang telur setiap
45 hari. Setiap induk betina menghasilkan larva ( benih baru menetas ) pada
tahap awal sekitar 300 g sebanyak 250-300 ekor larva. Jumlah ini akan meningkat
sampai mencapai 900 ekor larva sesuai dengan pertambahan bobot induk betina (
900 g ). Setelah selesai masa pemijahan dalam satu siklus ( 45 hari ),
induk-induk betina diistirahatkan dan dipisahkan dari induk jantan selama 3-4
minggu dan diberi pakan dengan kandungan protein diatas 35 %.
Setelah dua minggu masa pemeliharaan adaptasi
di kolam biasanya induk-induk betina mulai ada yang beranak, menghasikan larva
yang biasanya masih berada dalam pengasuhan induknya. Larva -larva tersebut
dikumpulkan denga cara diserok memakai serokan yang terbuat dari kain halus dan
selanjutnya ditampung dalam happa ukuran 2 x 0,9 x 0,9 m3. Pengumpulan larva
dilakukan beberapa kali dari pagi sampai sore, dan duusahakan larva yang
terkumpul satu hari ditampung minimal dalam satu happa
.
B. Jantanisasi Benih.
Untuk mendapatkan benih ikan nila tunggal
kelamin jantan ( monoseks ) maka dilakukan proses jantanisasi. Untuk keperluan
ini diperlukan minimal 24 buah happa ukuran masing-masing 2 x 2 x 2 m3 yang
ditempatkan dalam kolam dengan luas kurang lebih 400 m2 dan kedalam air minimal
1,5 m. Kedalam setiap hapa dapat diisi larva ikan sebanyak 20.000-30.000 ekor .
Larva diberi pakan berbentuk tepung yang telah dicampur dengan hormon 17 Alpha
Methyl Testosteron sampai masa masa pemeliharaan selama 17 hari.
Larva hasil proses jantanisasi selanjutnya
dipelihara dalam kolam pendederan berukuran 200 m2. Kolam sebelumnya harus
dikeringkan, lumpurnya dikeduk, diberi kapur sebanyak 50 g/m2, dan diberi pupuk
kotoran ayam sebanyak 250 g/m2. Setelah pengapuran dan pemupukan, kolam diisi
secara perlahan-lahan sampai ketinggian air sekitar 70 cm, digenangi selama 3
hari, diberi pupuk urea dan TSP masing -masing sebanyak 2,5 g/m2 dan 1,25 g/m2.
Setelah kolam pendederan terisi air selam 7 hari, benih ikan hasil proses jantanisasi
dimasukkan dengan kepadatan 250 ekor/m2. Pemberian pakan tambahan dapat
dilakukan dengan pakan berbentuk tepung yang khusus untuk benih ikan. Pemupukan
ulang dengan urea dan dan TSP dilakukan seminggu sekali dengan takaran
masing-masing 2,5 g/m2 dan 1,25 g/m2 kolam dan diberikan selama pemeliharaan
ikan.
Setelah masa pemeliharaan 21 hari, ikan denga
bobot rata-rata 1,25 g ( ukuran panjang 3-5 cm ) bisa dipanen. Untuk panen
benih ikan nila sebaiknya digunakan jaring eret pada pengankapan awal. Bila
jumlah ikan dalam kolam diperkirakan tinggal sedikit baru dilakukan pengeringan
airnya.
Ikan mempunyai daya tahan yang baik selama
diangkut apabila perutnya dalam keadaan kosong dan suhu air media relatif
dingin. Karena itu apabila akan panen dan diangkut sebaiknya ikan tidak diberi
makan minimal 1 hari. Pengangkutan menggunakan kantong plastik, dimana seper
empat bagian berisi air dan tiga per empat bagian berisi oksigen murni yang
diberi es balok ukuran 20 x 20 x 20 cm3 ( es balok berada dalam media air
bersama benih ikan ). Kantong plastik dengan volume 20 L bisa diisi ikan ukuran
5 cm maksimal 1.500 ekor/kantong, dengan lama masa toleransi dalam kantong
sekitar 10 jam.
C. Pembesaran di Tambak
Usaha pembesaran ikan nila di tambak dengan
sistem monokultur, mempunyai sasaran produksi untuk pasar domestik maupun
ekspor.
Untuk pembesaran nila di tambak, yang pertama
dilakukan adalah tambak diperbaiki pematangnya, saluran air dan pintu-pintu
airnya. Lumpur dasar tambak diangkat, selanjutnya tambak dikeringkan, sehingga
semua hama ikan yang suka mengganggu bisa musnah. Pengapuran dilakukan dengan
takaran 50 g/m2 dan pemupukan dengan pupuk kandang sebanyak 250 g/m2. Kemudian
tambak diisi air sampai ketinggian 70 cm, setelah tiga hari dilakukan pemupukan
dengan urea dan TSP dengan takaran masing-masing 2,5 g/m2 dan 1,25 g/m2. Pada
awal pengisian air diusahakan kadar garamnya sekitar 5 ppt dan selanjutnya bisa
dinaikan selam masa pemeliharaan sampai 15 ppt.
Benih yang ditebar sebaiknya berukuran + 1,25
g ( panjang 3-5 cm ) dengan ukuran yang seragam dan sehat ditandai dengan warna
cerah, gerakan yang gesit dan responsif terhadap pakan. Untuk target panen
ukuran rata-rata 15 g/ekor (+ 1 bulan ), padat penebaran sebanyak 20 ekor/m2.
Sedangkan untuk target panen ukuran 500 g/ekor (+ 6 bulan pemeliharaan), padat
penebaran sebanyak 4 ekor/m2.
Selama masa pemeliharaan ini ikan diberi
pakan tambahan berbentuk pelet sebanyak 3%-5% per hari dari biomassa, dan
diberikan dengan frekuensi tiga kali sehari, pakan tersebut harus berkualitas
dengan komposisi protein minimal 25% ( Lampiran 2 ).
Pada awal pemeliharaan, ketinggian air
dipertahankan minimal 70 cm, dan bila masa pemeliharaan telah telah mencapai
dua bulan ketinggian air dinaikan, sehingga menjelang pemeliharaan empat bulan
ketinggian diusahakan mencapai 1,5 m.
Pemupukan ulang dengan pupuk kandang
dilakukan dua bulan sekali dengan takaran 250 g/m2, sedangkan pemupukan ulang
urea dan TSP dilakukan setiap minggu dengan takaran masing-masing 2,5 g/m2 dan
1,25 g/m2 selama masa pemeliharaan.
Dengan target produksi ukuran 500 g atau
lebih per ekor terutama diperlukan untuk produksi fillet, maka masa
pemeliharaan adalah sekitar enam bulan. Pemanenan dilakukan dengan cara disusur
dari ujung menggunakan jaring seser. Bila dirasakan populasi ikan dalam tambak
sudah tinggal sedikit, baru air tambak dikeringkan. Diusahakan ikan hasil
tangkapan harus dalam keadaan segar dan prima. Selain itu, untuk pasar ekspor
komoditas nila ini diperlukan penanganan yang lebih hati-hati terutama sekali
dari aspek higienis dan penampilan produk.
Untuk keperluan konsumsi lokal umumnya ikan
dengan ukuran rata-rata 200 g/m2 sudah dapat dipasarkan dalam keadaan segar.
Dalam proses penyimpanan, pengankutan dan pemasaran dapat menggunakan es
sebagai media untuk mempertahankan kesegaran ikan.
Sekian postingan tentang Budidaya Ikan Nila
Gift, semoga menambah info bagi kita sehingga mampu mendorong timbulnya ide
bisnis baru yang dapat kita kerjakan agar pengganguran di negeri kita berkurang
dan ekonomi keluarga kita meningkat.
Postingan yang saya jabarkan mungkin saja
secara detail kurang lengkap, saran saya bagi yang ingin serius berusaha ada
baiknya bertanya kepada penyuluh TTG yang ada didaerah saudara atau membeli
buku Cara Budidaya Ikan Nila yang dilengkapi gambar sehingga pada prakteknya
tidak salah dan merugikan baik untuk pribadi (modal dan waktu) maupun bagi
lingkungan
Sumber Artikel :
http://shampankbie.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar