PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA IKAN LELE
PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA IKAN LELE
1. SEJARAH SINGKAT
Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar
dengan tubuh memanjang dan kulit licin. Di Indonesia ikan lele mempunyai
beberapa nama daerah, antara lain: ikan kalang (Padang), ikan maut (Gayo,
Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi
(Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di negara lain dikenal
dengan nama mali (Afrika), plamond (Thailand), ikan keli (Malaysia), gura
magura (Srilangka), ca tre trang (Jepang).
Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish,
siluroid, mudfish dan walking catfish. Ikan lele tidak pernah ditemukan di air
payau atau air asin. Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa,
telaga, waduk, sawah yang tergenang air.
Ikan lele bersifat noctural, yaitu aktif
bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam
diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam ikan lele memijah pada
musim penghujan.
2. SENTRA PERIKANAN
Ikan lele banyak ditemukan di benua Afrika
dan Asia. Dibudidayakan di Thailand, India, Philipina dan Indonesia. Di
Thailand produksi ikan lele ± 970 kg/100m2/tahun. Di India (daerah Asam)
produksinya rata-rata tiap 7 bulan mencapai 1200 kg/Ha.
3. JENIS
*
Klasifikasi ikan lele menurut Hasanuddin Saanin dalam Djatmika et al (1986)
adalah:
*
Kingdom : Animalia
*
Sub-kingdom : Metazoa
*
Phyllum : Chordata
*
Sub-phyllum : Vertebrata
*
Klas : Pisces
*
Sub-klas : Teleostei
*
Ordo : Ostariophysi
*
Sub-ordo : Siluroidea
*
Familia : Clariidae
*
Genus : Clarias
Di Indonesia ada 6 (enam) jenis ikan lele
yang dapat dikembangkan:
1)
Clarias
batrachus, dikenal sebagai ikan lele (Jawa), ikan kalang (Sumatera Barat), ikan
maut (Sumatera Utara), dan ikan pintet (Kalimantan Selatan).
2)
Clarias
teysmani, dikenal sebagai lele Kembang (Jawa Barat), Kalang putih (Padang).
3)
Clarias
melanoderma, yang dikenal sebagai ikan duri (Sumatera Selatan), wais (Jawa
Tengah), wiru (Jawa Barat).
4)
Clarias
nieuhofi, yang dikenal sebagai ikan lindi (Jawa), limbat (Sumatera Barat),
kaleh (Kalimantan Selatan).
5)
Clarias
loiacanthus, yang dikenal sebagai ikan keli (Sumatera Barat), ikan penang
(Kalimantan Timur).
6)
Clarias
gariepinus, yang dikenal sebagai lele Dumbo (Lele Domba), King cat fish,
berasal dari Afrika.
4. MANFAAT
1)
Sebagai
bahan makanan
2)
Ikan
lele dari jenis C. batrachus juga dapat dimanfaatkan sebagai ikan pajangan atau
ikan hias.
3)
Ikan
lele yang dipelihara di sawah dapat bermanfaat untuk memberantas hama padi
berupa serangga air, karena merupakan salah satu makanan alami ikan lele.
4)
Ikan
lele juga dapat diramu dengan berbagai bahan obat lain untuk mengobati penyakit
asma, menstruasi (datang bulan) tidak teratur, hidung berdarah, kencing darah
dan lain-lain.
5. PERSYARATAN LOKASI
1)
Tanah
yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak
berporos, berlumpur dan subur. Lahan yang dapat digunakan untuk budidaya lele
dapat berupa: sawah, kecomberan, kolam pekarangan, kolamkebun, dan blumbang.
2)
Ikan
lele hidup dengan baik di daerah dataran rendah sampai daerah yang tingginya
maksimal 700 m dpl.
3)
Elevasi
tanah dari permukaan sumber air dan kolam adalah 5-10%.
4)
Lokasi
untuk pembuatan kolam harus berhubungan langsung atau dekat dengan sumber air
dan tidak dekat dengan jalan raya.
5)
Lokasi
untuk pembuatan kolam hendaknya di tempat yang teduh, tetapi tidak berada di
bawah pohon yang daunnya mudah rontok.
6)
Ikan
lele dapat hidup pada suhu 200 C, dengan suhu optimal antara 25-280C. Sedangkan
untuk pertumbuhan larva diperlukan kisaran suhu antara 26- 300C dan untuk
pemijahan 24-280 C.
7)
Ikan
lele dapat hidup dalam perairan agak tenang dan kedalamannya cukup, sekalipun
kondisi airnya jelek, keruh, kotor dan miskin zat O2.
1.
Perairan
tidak boleh tercemar oleh bahan kimia, limbah industri, merkuri, atau
mengandung kadar minyak atau bahan lainnya yang dapat mematikan ikan.
8)
Perairan
yang banyak mengandung zat-zat yang dibutuhkan ikan dan bahan makanan alami.
Perairan tersebut bukan perairan yang rawan banjir.
9)
Permukaan
perairan tidak boleh tertutup rapat oleh sampah atau daundaunan hidup, seperti
enceng gondok.
10)
Mempunyai
pH 6,5–9; kesadahan (derajat butiran kasar ) maksimal 100 ppm dan optimal 50
ppm; turbidity (kekeruhan) bukan lumpur antara 30–60 cm; kebutuhan O2 optimal
pada range yang cukup lebar, dari 0,3 ppm untuk yang dewasa sampai jenuh untuk
burayak; dan kandungan CO2 kurang dari 12,8 mg/liter, amonium terikat
147,29-157,56 mg/liter.
12) Persyaratan untuk pemeliharaan ikan lele
di keramba :
a. Sungai atau saluran
irigasi tidak curam, mudah dikunjungi/dikontrol.
b. Dekat dengan rumah
pemeliharaannya.
c. Lebar sungai atau
saluran irigasi antara 3-5 meter.
d. Sungai atau saluran
irigasi tidak berbatu-batu, sehingga keramba mudah dipasang.
e. Kedalaman air 30-60 cm.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
Dalam pembuatan kolam pemeliharaan ikan lele
sebaiknya ukurannya tidak terlalu luas. Hal ini untuk memudahkan pengontrolan
dan pengawasan. Bentuk dan ukuran kolam pemeliharaan bervariasi, tergantung
selera pemilik dan lokasinya. Tetapi sebaiknya bagian dasar dan dinding kolam
dibuat permanen. Pada minggu ke 1-6 air harus dalam keadaan jernih kolam, bebas
dari pencemaran maupun fitoplankton.
Ikan pada usia 7-9 minggu kejernihan airnya
harus dipertahankan. Pada minggu 10, air dalam batas-batas tertentu masih
diperbolehkan. Kekeruhan menunjukkan kadar bahan padat yang melayang dalam air
(plankton). Alat untuk mengukur kekeruhan air disebut secchi.
Prakiraan kekeruhan air berdasarkan usia lele
(minggu) sesuai angka secchi :
- Usia 10-15
minggu, angka secchi = 30-50
- Usia 16-19
minggu, angka secchi = 30-40
- Usia 20-24
minggu, angka secchi = 30
6.2. Penyiapan Bibit
1)
Menyiapkan
Bibit
a.
Pemilihan
Induk
1. Ciri-ciri induk lele jantan:
-
Kepalanya
lebih kecil dari induk ikan lele betina.
-
Warna
kulit dada agak tua bila dibanding induk ikan lele betina.
-
Urogenital
papilla (kelamin) agak menonjol, memanjang ke arah belakang, terletak di
belakang anus, dan warna kemerahan.
-
Gerakannya
lincah, tulang kepala pendek dan agak gepeng (depress).
-
Perutnya
lebih langsing dan kenyal bila dibanding induk ikan lele betina.
-
Bila
bagian perut di stripping secara manual dari perut ke arah ekor akan
mengeluarkan cairan putih kental (spermatozoa-mani).
-
Kulit
lebih halus dibanding induk ikan lele betina.
2. Ciri-ciri induk lele betina
-
Kepalanya
lebih besar dibanding induk lele jantan.
-
Warna
kulit dada agak terang.
-
Urogenital
papilla (kelamin) berbentuk oval (bulat daun), berwarna kemerahan, lubangnya
agak lebar dan terletak di belakang anus.
-
Gerakannya
lambat, tulang kepala pendek dan agak cembung.
-
Perutnya
lebih gembung dan lunak.
-
Bila
bagian perut di stripping secara manual dari bagian perut ke arah ekor akan
mengeluarkan cairan kekuning-kuningan (ovum/telur).
3. Syarat induk lele yang baik:
-
Kulitnya
lebih kasar dibanding induk lele jantan.
-
Induk
lele diambil dari lele yang dipelihara dalam kolam sejak kecil supaya terbiasa
hidup di kolam.
-
Berat
badannya berkisar antara 100-200 gram, tergantung kesuburan badan dengan ukuran
panjang 20-5 cm.
TTG BUDIDAYA PERIKANAN
-
Bentuk
badan simetris, tidak bengkok, tidak cacat, tidak luka, dan lincah.
-
Umur
induk jantan di atas tujuh bulan, sedangkan induk betina berumur satu tahun.
-
Frekuensi
pemijahan bisa satu bula sekali, dan sepanjang hidupnya bisa memijah lebih dari
15 kali dengan syarat apabila makanannya mengandung cukup protein.
4. Ciri-ciri induk lele siap memijah adalah
calon induk terlihat mulai berpasang-pasangan, kejar-kejaran antara yang jantan
dan yang betina. Induk tersebut segera ditangkap dan ditempatkan dalam kolam
tersendiri untuk dipijahkan.
5. Perawatan induk lele:
-
Selama
masa pemijahan dan masa perawatan, induk ikan lele diberi makanan yang berkadar
protein tinggi seperti cincangan daging bekicot, larva lalat/belatung, rayap
atau makanan buatan (pellet).
·
Ikan
lele membutuhkan pellet dengan kadar protein yang relative tinggi, yaitu ± 60%.
Cacing sutra kurang baik untuk makanan induk lele, karena kandungan lemaknya
tinggi. Pemberian cacing sutra harus dihentikan seminggu menjelang perkawinan
atau pemijahan.
-
Makanan
diberikan pagi hari dan sore hari dengan jumlah 5-10% dari berat total ikan.
-
Setelah
benih berumur seminggu, induk betina dipisahkan, sedangkan induk jantan
dibiarkan untuk menjaga anak-anaknya.
·
Induk
jantan baru bisa dipindahkan apabila anak-anak lele sudah berumur 2 minggu.
-
Segera
pisahkan induk-induk yang mulai lemah atau yang terserang penyakit untuk segera
diobati.
-
Mengatur
aliran air masuk yang bersih, walaupun kecepatan aliran tidak perlu deras,
cukup 5-6 liter/menit.
b. Pemijahan Tradisional
1. Pemijahan di Kolam Pemijahan
Kolam induk:
-
Kolam
dapat berupa tanah seluruhnya atau tembok sebagian dengan dasar tanah.
-
Luas
bervariasi, minimal 50 m2.
-
Kolam
terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian dangkal (70%) dan bagian dalam (kubangan)
30 % dari luas kolam. Kubangan ada di bagian tengah kolam dengan kedalaman
50-60 cm, berfungsi untuk bersembunyi induk, bila kolam disurutkan airnya.
-
Pada
sisi-sisi kolam ada sarang peneluran dengan ukuran 30x30x25 cm3, dari tembok
yang dasarnya dilengkapi saluran pengeluaran dari pipa paralon diamneter 1
inchi untuk keluarnya banih ke kolam pendederan.
TTG BUDIDAYA PERIKANAN
-
Setiap
sarang peneluran mempunyai satu lubang yang dibuat dari pipa paralon (PVC)
ukuran ± 4 inchi untuk masuknya induk-induk lele.
-
Jarak
antar sarang peneluran ± 1 m.
-
Kolam
dikapur merata, lalu tebarkan pupuk kandang (kotoran ayam) sebanyak 500-750
gram/m2.
-
Airi
kolam sampai batas kubangan, biarkan selama 4 hari.
-
Kolam
Rotifera (cacing bersel tunggal):
-
Letak
kolam rotifera di bagian atas dari kolam induk berfungi untuk menumbuhkan
makanan alami ikan (rotifera).
-
Kolam
rotifera dihubungkan ke kolam induk dengan pipa paralon untuk mengalirkan
rotifera.
-
Kolam
rotifera diberi pupuk organik untuk memenuhi persyaratan tumbuhnya rotifera.
-
Luas
kolam ± 10 m2.
-
Pemijahan:
-
Siapkan
induk lele betina sebanyak 2 x jumlah sarang yang tersedia dan induk jantan
sebanyak jumlah sarang; atau satu pasang per sarang; atau satu pasang per 2-4
m2 luas kolam (pilih salah satu).
-
Masukkan
induk yang terpilih ke kubangan, setelah kubangan diairi selama 4 hari.
-
Beri/masukkan
makanan yang berprotein tinggi setiap hari seperti cacing, ikan rucah, pellet
dan semacamnya, dengan dosis (jumlah berat makanan) 2-3% dari berat total ikan
yang ditebarkan .
-
Biarkan
sampai 10 hari.
-
Setelah
induk dalam kolam selama 10 hari, air dalam kolam dinaikkan sampai 10-15 cm di
atas lubang sarang peneluran atau kedalaman air dalam sarang sekitar 20-25 cm.
Biarkan sampai 10 hari. Pada saat ini induk tak perlu diberi makan, dan
diharapkan selama 10 hari berikutnya induk telah memijah dan bertelur. Setelah
24 jam, telur telah menetas di sarang, terkumpullah benih lele. Induk lele yang
baik bertelur 2-3 bulan satu kali bila makanannya baik dan akan bertelur terus
sampai umur 5 tahun.
-
Benih
lele dikeluarkan dari sarnag ke kolam pendederan dengan cara: air kolam
disurutkan sampai batas kubangan, lalu benih dialirkan melalui pipa
pengeluaran.
-
Benih-benih
lele yang sudah dipindahkan ke kolam pendederan diberi makanan secara intensif,
ukuran benih 1-2 cm, dengan kepadatan 60 -100 ekor/m2.
-
Dari
seekor induk lele dapat menghasilkan ± 2000 ekor benih lele. Pemijahan induk
lele biasanya terjadi pada sore hari atau malam hari.
2. Pemijahan di Bak Pemijahan Secara
Berpasangan
Penyiapan bak pemijahan secara berpasangan:
-
Buat
bak dari semen atau teraso dengan ukuran 1 x 1 m atau 1 x 2 m dan tinggi 0,6 m.
-
Di
dalam bak dilengkapi kotak dari kayu ukuran 25 x 40×30 cm tanpa dasar sebagai
sarang pemijahan. Di bagian atas diberi lubang dan diberi tutup untuk melihat
adanya telur dalam sarang. Bagian depan kotak/sarang pemijahan diberi enceng
gondok supaya kotak menjadi gelap.
-
Sarang
pemijahan dapat dibuat pula dari tumpukan batu bata atau ember plastik atau
barang bekas lain yang memungkinkan.
-
Sarang
bak pembenihan diberi ijuk dan kerikil untuk menempatkan telur hasil pemijahan.
-
Sebelum
bak digunakan, bersihkan/cuci dengan air dan bilas dengan formalin 40 % atau
KMnO4 (dapat dibeli di apotik); kemudian bilas lagi dengan air bersih dan
keringkan.
-
Pemijahan:
-
Tebarkan
I (satu) pasang induk dalam satu bak setelah bak diisi air setinggi ± 25 cm.
Sebaiknya airnya mengalir. Penebaran dilakukan pada jam 14.00–16.00.
-
Biarkan
induk selama 5-10 hari, beri makanan yang intensif. Setelah ± 10 hari, diharapkan
sepasang induk ini telah memijah, bertelur dan dalam waktu 24 jam telur-telur
telah menetas. Telur-telur yang baik adalah yang berwarna kuning cerah.
-
Beri
makanan anak-anak lele yang masih kecil (stadium larva) tersebut berupa kutu
air atau anak nyamuk dan setelah agak besar dapat diberi cacing dan telur
rebus.
3. Pemijahan di Bak Pemijahan Secara Masal
Penyiapan bak pemijahan secara masal:
-
Buat
bak dari semen seluas 20 m2 atau 50 m2, ukuran 2×10 m2 atau 5×10 m2.
-
Di
luar bak, menempel dinding bak dibuat sarang pemijahan ukuran 30x30x30 cm3,
yang dilengkapi dengan saluran pengeluaran benih dari paralon (PVC) berdiameter
1 inchi. Setiap sarang dibuatkan satu lubang dari paralon berdiameter 4 inchi.
-
Dasar
sarang pemijahan diberi ijuk dan kerikil untuk tempat menempel telur hasil
pemijahan.
-
Sebelum
digunakan, bak dikeringkan dan dibilas dengan larutan desinfektan atau
formalin, lalu dibilas dengan air bersih; kemudian keringkan.
Pemijahan:
o
Tebarkan
induk lele yang terpilih (matang telur) dalam bak pembenihan sebanyak 2xjumlah
sarang , induk jantan sama banyaknya dengan induk betina atau dapat pula
ditebarkan 25-50 pasang untuk bak seluas 50 m2 (5×10 m2), setelah bak
pembenihan diairi setinggi 1 m.
o
Setelah
10 hari induk dalam bak, surutkan air sampai ketinggian 50- 60 cm, induk beri
makan secara intensif.
o
Sepuluh
hari kemudian, air dalam bak dinaikkan sampai di atas lubang sarang sehingga
air dalam sarang mencapai ketinggian 20-25 cm.
o
Saat
air ditinggikan diharapkan induk-induk berpasangan masuk sarang pemijahan,
memijah dan bertelur. Biarkan sampai ± 10 hari.
o
Sepuluh
hari kemudian air disurutkan lagi, dan diperkirakan telurtelur dalam sarang
pemijahan telah menetas dan menjadi benih lele.
o
Benih
lele dikeluarkan melalui saluran pengeluaran benih untuk didederkan di kolam
pendederan.
c. Pemijahan Buatan
Cara ini disebut Induced Breeding atau
hypophysasi yakni merangsang ikan lele untuk kawin dengan cara memberikan
suntikan berupa cairan hormon ke dalam tubuh ikan. Hormon hipophysa berasal
dari kelenjar hipophysa, yaitu hormon gonadotropin. Fungsi hormon gonadotropin:
-
Gametogenesis:
memacu kematangan telur dan sperma, disebut Follicel Stimulating Hormon.
Setelah 12 jam penyuntikan, telur mengalami ovulasi (keluarnya telur dari
jaringan ikat indung telur).Selama ovulasi, perut ikan betina akan membengkak
sedikit demi sedikit karena ovarium menyerap air. Saat itu merupakan saat yang
baik untuk melakukan pengurutan perut (stripping).
-
Mendorong
nafsu sex (libido)
2) Perlakuan dan Perawatan Bibit
a. Kolam untuk pendederan:
1.
Bentuk
kolam pada minggu 1-2, lebar 50 cm, panjang 200 cm, dan tinggi 50 cm. Dinding
kolam dibuat tegak lurus, halus, dan licin, sehingga apabila bergesekan dengan
tubuh benih lele tidak akan melukai. Permukaan lantai agak miring menuju
pembuangan air.
2.
Kemiringan
dibuat beda 3 cm di antara kedua ujung lantai, di mana yang dekat tempat
pemasukan air lebih tinggi. Pada lantai dipasang pralon dengan diameter 3-5 cm
dan panjang 10 m.
3.
Kira-kira
10 cm dari pengeluaran air dipasang saringan yang dijepit dengan 2 bingkai kayu
tepat dengan permukaan dalam dinding kolam.
4.
Di
antara 2 bingkai dipasang selembar kasa nyamuk dari bahan plastic berukuran
mess 0,5-0,7 mm, kemudian dipaku.
5.
Setiap
kolam pendederan dipasang pipa pemasukan dan pipa air untuk mengeringkan kolam.
Pipa pengeluaran dihubungkan dengan pipa plastik yang dapat berfungsi untuk
mengatur ketinggian air kolam. Pipa plastik tersebut dikaitkan dengan suatu
pengait sebagai gantungan.
6.
Minggu
ketiga, benih dipindahkan ke kolam pendederan yang lain. Pengambilannya tidak
boleh menggunakan jaring, tetapi dengan mengatur ketinggian pipa plastik.
7.
Kolam
pendederan yang baru berukuran 100 x 200 x 50 cm, dengan bentuk dan konstruksi
sama dengan yang sebelumnya.
b. Penjarangan:
1. Penjarangan adalah mengurangi padat
penebaran yang dilakukan karena ikan lele berkembang ke arah lebih besar,
sehingga volume ratio antara lele dengan kolam tidak seimbang.
-
Apabila
tidak dilakukan penjarangan dapat mengakibatkan :
-
Ikan
berdesakan, sehingga tubuhnya akan luka.
-
Terjadi
perebutan ransum makanan dan suatu saat dapat memicu mumculnya kanibalisme
(ikan yang lebih kecil dimakan oleh ikan yang lebih besar).
-
Suasana
kolam tidak sehat oleh menumpuknya CO2 dan NH3, dan O2 kurang sekali sehingga
pertumbuhan ikan lele terhambat.
2. Cara penjarangan pada benih ikan lele :
- Minggu 1-2,
kepadatan tebar 5000 ekor/m2
- Minggu 3-4,
kepadatan tebar 1125 ekor/m2
- Minggu 5-6,
kepadatan tebar 525 ekor/m2
c. Pemberian pakan:
1.
Hari
pertama sampai ketiga, benih lele mendapat makanan dari kantong kuning telur
(yolk sac) yang dibawa sejak menetas.
2.
Hari
keempat sampai minggu kedua diberi makan zooplankton, yaitu
Daphnia dan Artemia
yang mempunyai protein 60%. Makanan tersebut diberikan dengan dosis 70% x
biomassa setiap hari yang dibagi dalam 4 kali pemberian. Makanan ditebar
disekitar tempat pemasukan air.
Kira-kira 2-3 hari
sebelum pemberian pakan zooplankton berakhir, benih lele harus dikenalkan
dengan makanan dalam bentuk tepung yang berkadar protein 50%. Sedikit dari
tepung tersebut diberikan kepada benih 10-15 menit sebelum pemberian
zooplankton. Makanan yang berupa teoung dapat terbuat dari campuran kuning
telur, tepung udang dan sedikit bubur nestum.
3. Minggu ketiga diberi
pakan sebanyak 43% x biomassa setiap hari.
4. Minggu keempat dan
kelima diberi pakan sebanyak 32% x biomassa setiap hari.
5. Minggu kelima diberi
pakan sebanyak 21% x biomassa setiap hari.
6. Minggu ketiga diberi
pakan sebanyak 43% x biomassa setiap hari.
7. Minggu keenam sudah bisa
dicoba dengan pemberian pelet apung.
d. Pengepakan dan pengangkutan benih
1. Cara tertutup:
-
Kantong
plastik yang kuat diisi air bersih dan benih dimasukkan sedikit demi sedikit.
Udara dalam plastik dikeluarkan. O2 dari tabung dimasukkan ke dalam air sampai
volume udara dalam plastik 1/3–1/4 bagian. Ujung plastik segera diikat rapat.
-
Plastik
berisi benih lele dimasukkan dalam kardus atau peti supaya tidak mudah pecah.
2. Cara terbuka dilakukan bila jarak tidak
terlalu jauh:
a.
Benih
lele dilaparkan terlebih dahulu agar selama pengangkutan, air tidak keruh oleh
kotoran lele. (Untuk pengangkutan lebih dari 5 jam).
b.
Tempat
lele diisi dengan air bersih, kemudian benih dimasukkan sedikit demi sedikit.
Jumlahnya tergantung ukurannya. Benih ukuran 10 cm dapat diangkut dengan
kepadatan maksimal 10.000/m3 atau 10 ekor/liter. Setiap 4 jam, seluruh air
diganti di tempat yang teduh.
6.3. Pemeliharaan Pembesaran
1) Pemupukan
a.
Sebelum
digunakan kolam dipupuk dulu. Pemupukan bermaksud untuk menumbuhkan plankton
hewani dan nabati yang menjadi makanan alami bagi benih lele.
b.
Pupuk
yang digunakan adalah pupuk kandang (kotoran ayam) dengan dosis 500-700
gram/m2. Dapat pula ditambah urea 15 gram/m2, TSP 20 gram/m2, dan amonium
nitrat 15 gram/m2. Selanjutnya dibiarkan selama 3 hari.
c.
Kolam
diisi kembali dengan air segar. Mula-mula 30-50 cm dan dibiarkan selama satu
minggu sampai warna air kolam berubah menjadi coklat atau kehijauan yang
menunjukkan mulai banyak jasad-jasad renik yang tumbuh sebagai makanan alami
lele.
d.
Secara
bertahap ketinggian air ditambah, sebelum benih lele ditebar.
2) Pemberian Pakan
a. Makanan Alami Ikan Lele
1.
Makanan
alamiah yang berupa Zooplankton, larva, cacing-cacing, dan serangga air.
2.
Makanan
berupa fitoplankton adalah Gomphonema spp (gol. Diatome), Anabaena spp (gol.
Cyanophyta), Navicula spp (gol. Diatome), ankistrodesmus spp (gol.
Chlorophyta).
3.
Ikan
lele juga menyukai makanan busuk yang berprotein.
4.
Ikan
lele juga menyukai kotoran yang berasal dari kakus.
b. Makanan Tambahan
1.
Pemeliharaan
di kecomberan dapat diberi makanan tambahan berupa sisa-sisa makanan keluarga,
daun kubis, tulang ikan, tulang ayam yang dihancurkan, usus ayam, dan bangkai.
2.
Campuran
dedak dan ikan rucah (9:1) atau campuran bekatul, jagung, dan bekicot (2:1:1).
c. Makanan Buatan (Pellet)
1. Komposisi bahan (% berat): tepung
ikan=27,00; bungkil kacang kedele=20,00; tepung terigu=10,50; bungkil kacang
tanah=18,00; tepung kacang hijau=9,00; tepung darah=5,00; dedak=9,00;
vitamin=1,00; mineral=0,500;
2. Proses pembuatan:
Dengan cara menghaluskan bahan-bahan,
dijadikan adonan seperti pasta, dicetak dan dikeringkan sampai kadar airnya
kurang dari 10%. Penambahan lemak dapat diberikan dalam bentuk minyak yang
dilumurkan pada pellet sebelum diberikan kepada lele. Lumuran minyak juga dapat
memperlambat pellet tenggelam.
3. Cara pemberian pakan:
-
Pellet
mulai dikenalkan pada ikan lele saat umur 6 minggu dan diberikan pada ikan lele
10-15 menit sebelum pemberian makanan yang berbentuk tepung.
-
Pada
minggu 7 dan seterusnya sudah dapat langsung diberi makanan yang berbentuk
pellet.
-
Hindarkan
pemberian pakan pada saat terik matahari, karena suhu tinggi dapat mengurangi
nafsu makan lele.
3) Pemberian Vaksinasi
Cara-cara vaksinasi sebelum benih ditebarkan:
a.
Untuk
mencegah penyakit karena bakteri, sebelum ditebarkan, lele yang berumur 2
minggu dimasukkan dulu ke dalam larutan formalin dengan dosis 200 ppm selama
10-15 menit. Setelah divaksinasi lele tersebut akan kebal selama 6 bulan.
b.
Pencegahan
penyakit karena bakteri juga dapat dilakukan dengan menyutik dengan terramycin
1 cc untuk 1 kg induk.
c.
Pencegahan
penyakit karena jamur dapat dilakukan dengan merendam lele dalam larutan
Malachite Green Oxalate 2,5–3 ppm selama 30 menit.
4) Pemeliharaan Kolam/Tambak
a.
Kolam
diberi perlakuan pengapuran dengan dosis 25-200 gram/m2 untuk memberantas hama
dan bibit penyakit.
b.
Air
dalam kolam/bak dibersihkan 1 bulan sekali dengan cara mengganti semua air
kotor tersebut dengan air bersih yang telah diendapkan 2 malam.
c.
Kolam
yang telah terjangkiti penyakit harus segera dikeringkan dan dilakukan
pengapuran dengan dosis 200 gram/m2 selama satu minggu.
Tepung kapur (CaO) ditebarkan merata di dasar
kolam, kemudian dibiarkan kering lebih lanjut sampai tanah dasar kolam
retak-retak.
TTG BUDIDAYA PERIKANAN
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama dan Penyakit
a.
Hama
pada lele adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu kehidupan
lele.
b.
Di
alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang lele antara lain:
berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air, ikan gabus dan belut.
c.
Di
pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering menyerang hanya
katak dan kucing. Pemeliharaan lele secara intensif tidak banyak diserang hama.
Penyakit parasit adalah penyakit yang
disebabkan oleh organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan
protozoa yang berukuran kecil.
1) Penyakit karena bakteri Aeromonas
hydrophilla dan Pseudomonas hydrophylla
Bentuk bakteri ini
seperti batang dengan polar flage (cambuk yang terletak di ujung batang), dan
cambuk ini digunakan untuk bergerak, berukuran 0,7–0,8 x 1–1,5 mikron. Gejala:
iwarna tubuh menjadi gelap, kulit kesat dan timbul pendarahan, bernafas megap-megap
di permukaan air. Pengendalian: memelihara lingkungan perairan agar tetap
bersih, termasuk kualitas air.
Pengobatan melalui
makanan antara lain: (1) Terramycine dengan dosis 50 mg/kg ikan/hari, diberikan
selama 7–10 hari berturut-turut. (2) Sulphonamid sebanyak 100 mg/kg ikan/hari
selama 3–4 hari.
2) Penyakit Tuberculosis
Penyebab: bakteri
Mycobacterium fortoitum). Gejala: tubuh ikan berwarna gelap, perut bengkak
(karena tubercle/bintil-bintil pada hati, ginjal, dan limpa). Posisi berdiri di
permukaan air, berputar-putar atau miring-miring, bintik putih di sekitar mulut
dan sirip. Pengendalian: memperbaiki kualitas air dan lingkungan kolam.
Pengobatan: dengan Terramycin dicampur dengan makanan 5–7,5 gram/100 kg
ikan/hari selama 5–15 hari.
3) Penyakit karena jamur/candawan
Saprolegnia.
Jamur ini tumbuh
menjadi saprofit pada jaringan tubuh yang mati atau ikan yang kondisinya lemah.
Gejala: ikan ditumbuhi sekumpulan benang halus seperti kapas, pada daerah luka
atau ikan yang sudah lemah, menyerang daerah kepala tutup insang, sirip, dan
tubuh lainnya. Penyerangan pada telur, maka telur tersebut diliputi benang
seperti kapas. Pengendalian: benih gelondongan dan ikan dewasa direndam pada
Malachyte Green Oxalate 2,5–3 ppm selama 30 menit dan telur direndam Malachyte
Green Oxalate 0,1–0,2 ppm selama 1 jam atau 5–10 ppm selama 15 menit.
TTG BUDIDAYA PERIKANAN
4) Penyakit Bintik Putih dan
Gatal/Trichodiniasis
Penyebab: parasit
dari golongan Ciliata, bentuknya bulat, kadang-kadang amuboid, mempunyai inti
berbentuk tapal kuda, disebut Ichthyophthirius multifilis. Gejala: (1) ikan
yang diserang sangat lemah dan selalu timbul di permukaan air; (2) terdapat
bintik-bintik berwarna putih pada kulit, sirip dan insang; (3) ikan sering
menggosok-gosokkan tubuh pada dasar atau dinding kolam. Pengendalian: air harus
dijaga kualitas dan kuantitasnya.
Pengobatan: dengan
cara perendaman ikan yang terkena infeksi pada campuran larutan Formalin 25
cc/m3 dengan larutan Malachyte Green Oxalate 0,1 gram/m3 selama 12–24 jam,
kemudian ikan diberi air yang segar. Pengobatan diulang setelah 3 hari.
5) Penyakit Cacing Trematoda
Penyebab: cacing
kecil Gyrodactylus dan Dactylogyrus. Cacing Dactylogyrus menyerang insang,
sedangkan cacing Gyrodactylus menyerang kulit dan sirip. Gejala: insang yang
dirusak menjadi luka-luka, kemudian timbul pendarahan yang akibatnya pernafasan
terganggu.
Pengendalian: (1)
direndam Formalin 250 cc/m3 air selama 15 menit; (2)
Methyline Blue 3 ppm
selama 24 jam; (3) mencelupkan tubuh ikan ke dalam larutan Kalium -Permanganat
(KMnO4) 0,01% selama ± 30 menit; (4) memakai larutan NaCl 2% selama ± 30 menit;
(5) dapat juga memakai larutan NH4OH 0,5% selama ± 10 menit.
6) Parasit Hirudinae
Penyebab: lintah Hirudinae, cacing berwarna
merah kecoklatan. Gejala: pertumbuhannya lambat, karena darah terhisap oleh
parasit, sehingga menyebabkan anemia/kurang darah. Pengendalian: selalu diamati
pada saat mengurangi padat tebar dan dengan larutan Diterex 0,5 ppm.
7.2. Hama Kolam/Tambak
Apabila lele menunjukkan tanda-tanda sakit,
harus dikontrol factor penyebabnya, kemudian kondisi tersebut harus segera
diubah, misalnya :
1)
Bila
suhu terlalu tinggi, kolam diberi peneduh sementara dan air diganti dengan yang
suhunya lebih dingin.
2)
Bila
pH terlalu rendah, diberi larutan kapur 10 gram/100 l air.
3)
Bila
kandungan gas-gas beracun (H2S, CO2), maka air harus segera diganti.
4)
Bila
makanan kurang, harus ditambah dosis makanannya.
TTG BUDIDAYA PERIKANAN
8. PANEN
8.1. Penangkapan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemanenan:
1)
Lele
dipanen pada umur 6-8 bulan, kecuali bila dikehendaki, sewaktu-waktu dapat
dipanen. Berat rata-rata pada umur tersebut sekitar 200 gram/ekor.
2)
Pada
lele Dumbo, pemanenan dapat dilakukan pada masa pemeliharaan 3-4 bulan dengan
berat 200-300 gram per ekornya. Apabila waktu pemeliharaan ditambah 5-6 bulan
akan mencapai berat 1-2 kg dengan panjang 60-70 cm.
3)
Pemanenan
sebaiknya dilakukan pada pagi hari supaya lele tidak terlalu kepanasan.
4)
Kolam
dikeringkan sebagian saja dan ikan ditangkap dengan menggunakan seser halus,
tangan, lambit, tangguh atau jaring.
5)
Bila
penangkapan menggunakan pancing, biarkan lele lapar lebih dahulu.
6)
Bila
penangkapan menggunakan jaring, pemanenan dilakukan bersamaan dengan pemberian
pakan, sehingga lele mudah ditangkap.
7)
Setelah
dipanen, piaralah dulu lele tersebut di dalam tong/bak/hapa selama 1-2 hari
tanpa diberi makan agar bau tanah dan bau amisnya hilang.
Lakukanlah penimbangan secepat mungkin dan
cukup satu kali.
8.2. Pembersihan
Setelah ikan lele dipanen, kolam harus
dibersihkan dengan cara:
1)
Kolam
dibersihkan dengan cara menyiramkan/memasukkan larutan kapur sebanyak 20-200
gram/m2 pada dinding kolam sampai rata.
2)
Penyiraman
dilanjutkan dengan larutan formalin 40% atau larutan permanganat kalikus (PK)
dengan cara yang sama.
3)
Kolam
dibilas dengan air bersih dan dipanaskan atau dikeringkan dengan sinar matahari
langsung. Hal ini dilakukan untuk membunuh penyakit yang ada di kolam.
9. PASCAPANEN
1)
Setelah
dipanen, lele dibersihkan dari lumpur dan isi perutnya. Sebelum dibersihkan
sebaiknya lele dimatikan terlebih dulu dengan memukul kepalanya memakai muntu
atau kayu.
2)
Saat
mengeluarkan kotoran, jangan sampai memecahkan empedu, karena dapat menyebabkan
daging terasa pahit.
3)
Setelah
isi perut dikeluarkan, ikan lele dapat dimanfaatkan untuk berbagai ragam
masakan.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
10.1.Analisis Usaha Budidaya
Analisis Usaha Pembenihan Ikan Lele Dumbo di
Desa Bendosewu, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar adalah sebagai berikut:
1)
Biaya
produksi
a.
Lahan
o
Tanah
123 m2 Rp. 123.000,-
o
Kolam
9 buah Rp. 1.230.000,-
o
Perawatan
kolam Rp. 60.000,-
b.
Bibit/benih
-
betina
40 ekor @ Rp. 12.000,- Rp. 480.000,-
-
jantan
10 ekor @ Rp. 10.000,- Rp. 100.000,-
c.
Pakan
-
Pakan
benih Rp. 14.530.300,-
-
Pakan
induk Rp. 4.818.000,-
d.
Obat-obatan
Rp. 42.000,-
e.
Peralatan
-
pompa
air3 bh @ Rp. 110.000,- Rp. 330.000,-
-
diesel
1 bh @ Rp. 600.000,- Rp. 600.000,-
-
sikat
1.bh @.Rp. 25.000,- Rp. 25.000,-
-
jaring
1 bh @.Rp. 150.000,- Rp. 150.000,-
-
bak
5 bh @ Rp. 3.000,- Rp. 15.000,-
-
timba
7 bh @.Rp. 3.000,- Rp. 21.000,-
-
alat
seleksi 6 bh @.Rp. 4.000,- Rp. 24.000,-
-
ciruk
5 bh @. Rp. 1.500,- Rp. 7.500,-
-
gayung
5 bh @. Rp.1.000,- Rp. 5.000,-
-
selang
Rp. 90.000,-
-
paralon
Rp. 70.000,-
-
Perawatan
alat Rp. 120.000,-
f.
Tenaga
kerja Rp. 420.000,-
g.
Lain-lain
Rp. 492.000,-
h.
Biaya
tak terduga 10% Rp. 2.522.800,-
Jumlah biaya produksi Rp. 5.045.600,-
2) Pendapatan Rp. 2.220.000,-
3) Keuntungan Rp. 7.174.400,-
4) Parameter kelayakan usaha 25%
5) BEP dalam unit (ekor)
- ukuran 1
1.138
- ukuran 2
325.049
- ukuran 3
65.010
- ukuran 4
6.501
- ukuran 5
11.377
- ukuran 6 260
10.2.Gambaran Peluang Agribisnis
Budidaya ikan lele, baik dalam bentuk
pembenihan maupun pembesaran mempunyai prospek yang cukup baik. Permintaan
konsumen akan keberadaan ikan lele semakin meningkat. Dengan teknik
pemeliharaan yang baik, maka akan diperoleh hasil budidaya yang memuaskan dan
diminati konsumen.
11. DAFTAR PUSTAKA
1)
Arifin,
M.Z. 1991. Budidaya lele. Dohara prize. Semarang.
2)
Djamiko,
H., Rusdi, T. 1986. Lele. Budidaya, Hasil Olah dan Analisa Usaha.C.V. Simplex.
Jakarta.
3)
Djatmika,
D.H., Farlina, Sugiharti, E. 1986. Usaha Budidaya Ikan Lele. C.V. Simplex.
Jakarta.
4)
Najiyati,
S. 1992. Memelihara Lele Dumbo di Kolam Taman. Penerbit Swadaya. Jakarta.
5)
Simanjutak,
R.H. 1996. Pembudidayaan Ikan Lele Lokal dan Dumbo. Bhratara. Jakarta.
6)
Soetomo,
M.H.A. 1987. Teknik Budidaya Ikan Lele Dumbo. Sinar Baru. Bandung.
7)
Susanto,
H. 1987. Budidaya ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta.
12. KONTAK HUBUNGAN
Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat
Pedesaan – BAPPENAS; Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax.
021 390 9829
Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi
Masyarakat Pedesaan, Bappenas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar