Penerapan Teknologi Tepat Guna untuk Mengoptimalkan
Produksi Garam Rakyat di Desa Tanjakan, Kecamatan Krangkeng,
Kabupaten Indramayu
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Produksi garam di Indonesia memang
sangat tergantung pada cuaca, seperti pada tahun 2009 di kabupaten Indramayu
dengan luas lahan produktif seluas 1.533 ha dapat menghasilkan 103.662,10 ton
atau sekitar 5,6% dari total produksi garam di Indonesia, sedangkan untuk
pemenuhan kebutuhan garam di Jawa Barat Kabupaten Indramayu menyumbang sebesar
19,5 % pertahun (Dinas Perikanan dan Kelautan Idramayu).
Biasanya pada musim kemarau para
petambak garam di Desa Tanjakan mulai menggarap lahannya pada bulan Juni. Mereka
mulai menguras, mengeringkan dan membersihkan tambak-tambak mereka guna
mempersiapkan lahan untuk proses pembuatan garam. Pada bulan Juli tambak-tambak
mulai diisi dengan air laut dan memulai proses peminihan garam selama 1 – 1,5
bulan. Pada bulan Agustus – November mereka mulai memanen garam.
Iklim yang tidak menentu akibat dari
pemanasan gobal sehingga di Indonesia terjadi hujan sepanjang tahun. Hal
ini sangat berdampak pada pemenuhan kebutuhan garam dikarenakan produksi garam
di Indonesia sangat tergantung dari panas matahari, sehingga pada tahun 2010
terjadi penurunan produksi garam lokal bahkan di beberapa daerah para petambak
tidak memproduksi garam dan menyebabkan kelangkaan garam, sehingga pemerintah
melakukan impor garam dari Australia dan India yang note bene bermutu lebih
baik.
Salah satu program unggulan dari
Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada tahun 2011 yang akan digunakan
guna mendukung mengimplementasikan Konsep Minapolitan di Indonesia.
Pengembangan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) KKP telah mengalokasikan anggaran yang
akan di distribusikan kepada 40 kabupaten/kota di sebanyak 10 provinsi untuk
menyiapkan 32.000 hektar lahan tambak garam baru (Dinas Kelautan dan Perikanan
Jawa Barat).
Menteri KKP Fadel Muhammad mengemukakan,
melalui PUGAR diharapkan pada tahun 2011 impor garam dapat dikurangi. Komponen
kegiatan yang diberikan kepada masyarakat melalui program PUGAR yakni
penyususnan rencana rinci pemberdayaan tingkat desa, peningkatan kapasitas
kelembagaan dan SDM petambak garam, fasilitas kemitraan , dan penyaluran
Bantuan Langsung Tunai (BLM).
Dengan adanya Program Minapolitan Garam
diharapkan produksi garam lokal semakin meningkat dan dapat mengurangi masuknya
garam impor dari luar. Tetapi tidak lupa diharapkan pemerintah melakukan
program untuk meningkatkan produksi garam tidak hanya dengan memperluas lahan
dengan membuka lahan-lahan baru tetapi lebih di fokuskan pada memanfaatkan
lahan yang sudah ada dengan meningkatkan dan mengoptimalkan produksinya
sehingga tidak banyak berdampak pada penurunan fungsi ekologis yang berakibat
pada biota-biota suatu wilayah.
Dilatar belakangi hal tersebut kami
membuat karya tulis ilmiah berjudul Penerapan Teknologi Tepat Guna untuk
Mengoptimalkan Produksi Garam Rakyat di Desa Tanjakan, Kecamatan Kerangkeng,
Kabupaten Indramayu. Penerapan teknologi tepat guna ini merupakan suatu metode
untuk meningkatkan produksi garam rakyat dalam membantu pemerintah dalam
swasembada garam.
TUJUAN DAN MANFAAT
Tujuan :
Berdasarkan rumusan diatas maka karya
tulis ini bertujuan untuk :
1. Meningkatkan produksi garam di Desa
Tanjakan
2. Menjelaskan metode penerapan
teknologi tepat guna
Manfaat :
Penulis mempunyai harapan nantinya karya
tulis ini dapat bermanfaat bagi :
1. Petambak Garam Rakyat
Petambak garam rakyat mengetahui metode
penerapan teknologi tepat guna sehingga dapat mengoptimalkan hasil produksi
Peningkatan kesejahteraan petambak garam
rakyat di Desa Tanjakan
2. Pemerintah
Sebagai referensi pemerintah untuk
meningkatkan produksi garam
Terwujudnya Minapolitan melalui
Swasembada Garam
3. Ekologi
Dengan mengoptimalkan lahan yang sudah
ada maka tidak perlu lagi adanya pembukaan lahan baru yang dikhawatirkan akan
berpengaruh terhadap penurunan fungsi ekologis wilayah tersebut.
GAGASAN
Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan
Masyarakat Desa Tanjakan, Kecamatan
Krangkeng pada umumnya tinggal di daerah sekitar muara sampai pinggir pantai
yang umumnya bermata pencaharian sebagian besar sebagai petambak garam. Data
dari Dinas Perikanan dan Kelautan Indramayu Desa Tanjakan merupakan salah satu
desa penghasil garam terbesar di Indramayu dilihat dari angka produksi pada
tahun 2009 sebesar 12.347 ton dengan luas lahan tambak produktif sebesar 182,5
hektar.
Dalam memproduksi garam di Desa Tanjakan
sendiri masih menggunakan metode tradisional dengan berbagai kendala yang
terjadi baik dalam segi kuantitas maupun segi kualitas, seperti kualitas dan
mutu produksi yang rendah, banyaknya lumpur yang bercampur dengan air laut,
menurunnya salinitas air laut, cuaca hujan, lamanya waktu peminihan sehingga
memperlama waktu pemanenan, Pengetahuan tata persil garam yang terbatas
sehingga jumlah produksi kurang optimal bila dibandingkan dengan lahan yang
ada.
Apalagi pada tahun 2010 akibat dari
Tingginya curah hujan di Indonesia menyebabkan hilangnya produksi garam di Desa
Tanjakan bahkan hampir seluruh Kabupaten Indramayu tidak melakukan produksi
garam akibat gagal panen, hal ini menyebabkan Indonesia megimpor garam hampir
55 % dari Australia dan India guna memenuhi garam konsumsi dan garam industri.
Kondisi penggaraman nasional saat ini tingkat produktivitas lahan penggaraman
rata-rata 60-70 ton/hektar/tahun. Angka ini cukup rendah dibandingkan Australia
atau India yang mencapai 140 ton/hektar/tahun, rendahnya harga jual garam di
tingkat petambak pada saat panen raya.
Solusi yang Pernah Ditawarkan atau
Diterapkan Sebelumnya untuk Memperbaiki Keadaan Pencetus Gagasan
Untuk menangani masalah kurangnya
pasokan garam lokal maka Kementrian Perikanan dan Kelautan membuat
Program Minapolitan Garam, yaitu dengan pemberian dana sebesar Rp 470 miliar
lebih untuk 40-an sentra, untuk Kabupaten Indramayu sendiri diberi dana sekitar
Rp 11 miliar yang salah satu desa penghasil garamnya yaitu Desa Tanjakan.
Program minapolitan garam yang akan di terapkan di Indramayu seperti pembukaan
lahan-lahan baru, pemberian Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) kepada para
petambak, pelatihan dan pendampingan terhadap masyarakat petambak garam (Dinas
Perikanan Kelautan Indramayu).
Saat ini program minapolitan garam masih
dalam tahap identifikasi dan sosialisasi. Program ini sangat baik apabila
dapat diterapkan dimana produksi dapat meningkat sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan petambak garam. Namun program ini dapat berdampak lebih baik
apabila lebih difokuskan pada pengoptimalan lahan tambak yang sudah ada dengan
menciptakan teknologi tepat guna, yang dimana tidak harus serba modern tetapi
hemat, efisien, efektif, mudah digunakan dan memiliki nilai lebih.
Berdasarkan keterangan dari salah satu
mantan pejabat terkait di Kementrian Perindustrian yang melakukan studi banding
ke China, menunjukan bahwa pemerintah Negri Tirai Bambu itu turun tangan
membantu petani garam melalui teknologi tepat guna. Beliau mengatakan dengan
penggunaan teknologi tepat guna ini China berhasil meningkatkan produksi
garamnya.
Seberapa Jauh Kondisi Kekinian Pencetus
Gagasan Dapat Diperbaiki Melalui Gagasan yang Diajukan
Apabila kita merajuk pada penggunaan
teknologi tepat guna seperti yang dilakukan di china kita bisa ambil
contoh perbandingan antara proses produksi garam skala industri seperti PT
GARAM (Persero) dengan produksi garam tradisional seperti di Desa Tanjakan.
Dari situ kita dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan dari masing-masing
metode sehingga kita dapat menerapkan metode yang dapat dipakai pada metode
skala industri dengan menambahkan teknologi terbarukan sehingga produksi garam
tradisional dapat menyaingi garam industri baik dari segi kuantitas maupun
kualitas.
Perbedaan tersebut disebabkan oleh
keterbatasan lahan yang dimiliki oleh penggarap garam tradisional sehingga tata
persil tambak garam pun dibuat sesederhana dan seminim mungkin mengikuti luasan
lahan yang mereka punyai. Berikut tata persil yang ada di wilayah Desa Tanjakan
:
A. Saluran Inlet
Air laut dimasukan ke saluran tambak
dengan bantuan kincir. Tinggi saluran ini berkisar antara 80 – 120 cm. Saluran
inlet ini dibuat tinggi agar tidak terpengaruh oleh pasang surut air laut.
B. Kolam I (Air 2-3 bittern)
Air dari saluran inlet dimasukan kedalam
kolam I dengan bantuan kincir untuk dibuat menjadi jenuh. Tinggi pematang
saluran ini antara 70 – 80 cm. Setelah air di kolam ini berubah menjadi 10
bittern, air lalu dipindahkan ke kolam II. Kolam I ini kemudian diisi kembali dengan
air dari saluran inlet (air 0).
C. Kolam II (Air 10 bittern)
Air dari kolam I yang telah mencapai 10
bittern dipindahkan ke kolam II dengan bantuan kincir untuk dibuat menjadi
jenuh. Tinggi pematang saluran ini antara 60 – 70 cm. Setelah air di kolam ini
berubah menjadi 15 bittern, air lalu dipindahkan ke kolam III. Kolam II ini
kemudian diisi kembali dengan air dari kolam I (air 10 bittern).
D. Kolam III (Air 15 bittern)
Air dari kolam II yang telah mencapai 15
bittern dipindahkan ke kolam III dengan bantuan kincir untuk dibuat menjadi
jenuh. Tinggi pematang saluran ini antara 50 – 60 cm. Setelah air di kolam ini
berubah menjadi 20 bittern, air lalu dipindahkan ke kolam IV. Kolam III ini
kemudian diisi kembali dengan air dari kolam II (air 15 bittern).
E. Kolam IV (Air 20 bittern)
Air dari kolam III yang telah mencapai
20 bittern dipindahkan ke kolam IV tanpa bantuan kincir tetapi hanya dengan
bantuan saluran air saja. Kolam penjenuhan terakhir ini membuat air menjadi tua
(jenuh) dengan kisaran 25 bittern. Tinggi pematang saluran ini antara 30 – 50
cm. Setelah air di kolam ini berubah menjadi 25 bittern, air lalu dipindahkan
ke meja garam. Kolam IV ini kemudian diisi kembali dengan air dari kolam III
(air 20 bittern).
F. Meja Garam I (Air 25 bittern)
Air tua dari kolam IV yang telah
mencapai 25 bittern dipindahkan ke meja garam I dengan bantuan saluran air atau
serok (semacam gayung) untuk diubah menjadi kristal garam. Tinggi pematang meja
garam ini antara 20 – 30 cm. Air dari saluran ini kemudian berubah menjadi
kristal garam muda. Setelah garam dipanen, meja garam I ini kemudian diisi
kembali air tua (25 bittern) dari kolam IV.
G. Meja Garam II (Air ≥ 29 bittern)
Sisa air tua (29 ≥ bittern) dari meja
garam 1 kembali dialirkan ke meja garam II dengan bantuan saluran air atau
serok (semacam gayung) untuk diubah menjadi kristal garam. Tinggi pematang meja
garam ini antara 10 – 20 cm. Pada kolam ini dilakukan penguapan total hingga
seluruh air berubah menjadi kristal garam tua. Setelah garam dipanen, meja
garam II ini kemudian diisi kembali sisa air tua (29 ≥ bittern) dari meja garam
I
F. Gudang garam i
Hasil kristal garam yang telah dipanen
dari meja garam I dan II kemudian disimpan di dalam gudang garam. Konstruksi gudang
garam ini umumnya terbuat dari bahan bambu dan bilik untuk menekan biaya
produksi meski masa pakainya singkat (1 – 2 tahun).Saluran Inlet (Air 2 – 3
bittern)
Air laut dimasukan ke sodetan tanah yang
menyerupai sungai yang mengelilingi PT Garam melalui mekanisme pasang surut.
G. Peminihan I (Air 5 bittern)
Air dari sodetan tanah (inlet) dimasukan
kedalam peminihan I dengan bantuan saluran air untuk dibuat menjadi jenuh.
Peminihan I difungsikan juga sebagai tandon sumber air laut bagi proses
produksi PT. Garam. Setelah mencapai 10 bittern, air dari peminihan I kemudian
dipindahkan ke peminihan II dan diisi kembali oleh air dari inlet (2 – 3
bittern).
H. Peminihan II (Air 10 bittern)
Air dari peminihan I dimasukan kedalam
peminihan II dengan bantuan pompa air berukuran besar serta saluran air untuk
dibuat menjadi lebih jenuh. Setelah mencapai 15 bittern, air dari peminihan II
kemudian dipindahkan ke peminihan III dan diisi kembali oleh air dari peminihan
I (5 bittern).
I. Peminihan III (Air 15 bittern)
Air dari peminihan II yang telah
mencapai 15 bittern dipindahkan ke kolam III dengan bantuan pompa air berukuran
besar serta saluran air untuk dibuat menjadi jenuh. Setelah mencapai 20
bittern, air dari peminihan III kemudian dipindahkan ke peminihan IV dan diisi
kembali oleh air dari peminihan II (15 bittern).
J. Peminihan IV (Air 20 bittern)
Air dari peminihan III yang telah
mencapai 20 bittern dipindahkan ke kolam IV tanpa bantuan kincir atau pompa
tetapi hanya dengan bantuan saluran air saja. Kolam penjenuhan terakhir ini
membuat air menjadi tua (jenuh) dengan kisaran 23 – 25 bittern. Tinggi pematang
saluran ini antara 30 – 50 cm. Setelah mencapai 23 – 25 bittern, air dari
peminihan IV kemudian dimasukan ke meja-meja garam dan diisi kembali oleh air
dari peminihan III (20 bittern).
K. Meja Garam (Air 23 – 25 bittern)
Air tua dari peminihan IV yang telah
mencapai 23 – 25 bittern dipindahkan ke meja-meja garam dengan bantuan saluran
air untuk diubah menjadi lantai dan kristal garam. Air dari meja garam ini
kemudian berubah menjadi kristal. Setelah garam dipanen, meja garam ini
kemudian diisi kembali air tua (23 – 25 bittern) dari peminihan IV.
L. Saluran Outlet (Air ≥ 29 bittern)
Sisa air tua (29 ≥ bittern) dari
meja-meja garam kemudian dialirkan ke saluran outlet dengan bantuan saluran
air. Air tua ini kemudian dibuang dan dialirkan kembali ke laut.
M. Gudang Garam
Hasil kristal garam yang telah dipanen
dari meja-meja garam kemudian disimpan di dalam gudang garam. Konstruksi gudang
garam ini umumnya terbuat dari bahan bata dan rangka baja (permanen).
N. Kantor Pengelola
Kantor pengelola juga terdapat di lahan
PT. Garam untuk memudahkan masalah administrasi dan teknis produksi. Selain
kantor, juga terdapat bangunan mess bagi petambak serta bangunan keamanan
berupa pos jaga.
Dari perbandingan diatas perbedaan yang
menonjol dari kedua metode tersebut yaitu dari segi luas lahan, kualitas garam,
kuantitas yang di hasilkan, teknologi dan fasilitas yang menunjang. Dari sana
bisa kita lihat bahwa dalam proses pembuatan garam dibutuhkan kriteria lahan.
Lahan yang dikatakan sesuai untuk lahan garam adalah lahan dengan kriteria
sebagai Evaporasi / penguapan (tinggi), Kecepatan dan arah angin (>5
m/detik), Suhu udara (>32°C), Penyinaran matahari (100%), Kelembaban udara
(<50% H), Curah hujan (rendah) dan hari hujan (kurang), Pasang surut.
Bahan yang diperlukan antara lain : Air laut yang bebas dari polusi (dipompa),
Natrium karbonat (teknis), Natrium Oksalat (teknis)
Standar sistem produksi berdasarkan
peraturan iodinisasi adalah sebagai berikut:
Desain Lahan Garam Basis Perhitungan
Luas lahan 1 hektar :
–
Satu
musim garam enam bulan kerja
–
Satu
ton garam (NaCl) 97,78 % db, dihasilkan oleh 50 m3 air laut 2,50 Bittern
–
Safety
factor 20 %, sehingga 60 m3 air laut untuk satu ton produksi garam.
Penyiapan Air Laut
–
Target
produksi 80 ton / musim garam
–
Kebutuhan
air laut = 80 x 60 m3 = 4.800 m3
–
Kebutuhan
air laut = 4.800 m3 : 6 = 800 m3 / bulan
–
Pasang
naik 2 kali / bulan (tanggal muda dan pertengahan)
–
Persiapan
air laut 800 m3 : 2 = 400 m3 setiap kali pasang naik
Kolam
–
Ukuran
panjang 40 m, lebar 30 m, luas 15 % dari luas lahan
–
Kapasitas
400 m3 diolah 15 hari
–
Kedalaman
air waduk 0,4 m
–
Luas
lahan 400 m3 : 0,4 = 1.000 m3
–
Total
luas lahan 1.500 m3 untuk saluran dan pematang
Tenaga Kerja
–
Untuk
memindahkan air, kemampuan tenaga manusia 12 l air laut / angkatan
–
Air
laut yang diolah per hari 400 m3 : 15 = 27.000 liter
–
Jumlah
angkatan 27.000 : 12 = 2.250 kali
–
Satu
menit 15 angkatan
–
Waktu
yang dibutuhkan 2.250 : 15 = 2,5 jam, dengan 1 jam istirahat. Total waktu = 3,5
jam
Garam Kualitas I
–
Merupakan
hasil proses kristalisasi pada larutan 24,0- 29,50 Bittern dengan kadar NaCl
minimal 97,1 %.
Garam Kualitas II
–
Merupakan
sisa kristalisasi di atas pada kondisi kelarutan 29,50-350 Bittern dengan kadar
NaCl minimal 94,7%.
Garam Kualitas III
–
Merupakan
sisa larutan kepekatan di atas pada kondisi >35,0 Bittern dengan kadar NaCl
<94,7%. Pada kondisi ini akan diperoleh garam dengan kadar impuritas yang
cukup tinggi sehingga garam menjadi kotor karena unsur-unsur ikutan seperti
bromida, magnesium, kalium dan sulfat, pada larutan semakin sulit terpisahkan
dari senyawa NaCl.
Dari hasil penelitian salinitas di
perairan Indonesia berkisar 30-35 0/00. Untuk daerah pesisir, salinitas
berkisar antara 32-34 0/00, sedangkan untuk laut lepas, salinitas umumnya
berkisar antara 33-37 0/00 dengan rata-rata 35 0/00 (Romimohtarto & Thayib,
1982).Atas dasar itu maka kami mencoba mebuat gagasan penerapan teknologi tepat
guna untuk mengoptimalkan produksi garam di Desa Tanjakan. Berikut skema tata
persil yang kami buat :
Laut
Air laut yang merupakan sumber air bagi
tambakan garam, yang berada sekitar 10-20 m dari bibir pantai.
Pompa Tekan (Dengan Teknologi
Sederhana)2.
Parit/saluran air
Air laut yang dimasukan ke dalam
parit/saluran air dengan menggunakan pompa tekan, merupakan sumber air bagi
tambak-tambak garam yang ada di Desa Tanjakan
3. Tandon/waduk
Air laut yang dimasukan ke tandon/waduk
dengan pompa atau kincir. Dibuat agar pada saat bukan bulan produksi garam air
laut yang ditampung dalam tandon dibuat menjadi jenuh, sehingga pada saat musim
penggaraman air laut sudah jenuh dan salinitasnya tinggi. Tinggi tandon
ini berkisar antara 80 – 150 cm. Tandon ini dibuat tinggi agar tidak
terpengaruh oleh pasang surut air laut.
4. Kolam I (Air
7-10 bittern)
Air dari tandon/waduk dimasukan kedalam
kolam I dengan bantuan kincir atau pompa untuk dibuat menjadi jenuh. Tinggi
pematang saluran ini antara 70 – 80 cm. Setelah air di kolam ini berubah
menjadi 10 bittern, air lalu dipindahkan ke kolam II. Kolam I ini kemudian
diisi kembali dengan air dari tandon/waduk (air 7 – 10 bittern).
5. Kolam II (Air 10
bittern)
Air dari kolam I yang telah mencapai 10
bittern dipindahkan ke kolam II dengan bantuan kincir atau pompa untuk dibuat
menjadi jenuh. Tinggi pematang saluran ini antara 60 – 70 cm. Setelah air di
kolam ini berubah menjadi 15 bittern, air lalu dipindahkan ke kolam III. Kolam
II ini kemudian diisi kembali dengan air dari kolam I (air 10 bittern).
6. Kolam III (Air 15
bittern)
Air dari kolam II yang telah mencapai 15
bittern dipindahkan ke kolam III dengan bantuan kincir atau pompa untuk dibuat
menjadi jenuh. Tinggi pematang saluran ini antara 50 – 60 cm. Setelah air di
kolam ini berubah menjadi 20 bittern, air lalu dipindahkan ke kolam IV. Kolam III
ini kemudian diisi kembali dengan air dari kolam II (air 15 bittern).
7. Kolam IV (Air 20
bittern)
Air dari kolam III yang telah mencapai
20 bittern dipindahkan ke kolam IV tanpa bantuan kincir atau pompa tetapi hanya
dengan bantuan saluran air saja. Kolam penjenuhan terakhir ini membuat air
menjadi tua (jenuh) dengan kisaran 25 bittern. Tinggi pematang saluran ini
antara 30 – 50 cm. Setelah air di kolam ini berubah menjadi 25 bittern, air
lalu dipindahkan ke meja garam. Kolam IV ini kemudian diisi kembali dengan air
dari kolam III (air 20 bittern).
8. Meja Garam I (Air
25 bittern)
Air tua dari kolam IV yang telah
mencapai 25 bittern dipindahkan ke meja garam I dengan bantuan saluran air atau
serok (semacam gayung) untuk diubah menjadi kristal garam. Tinggi pematang meja
garam ini antara 20 – 30 cm. Air dari saluran ini kemudian berubah menjadi
kristal garam muda. Setelah garam dipanen, meja garam I ini kemudian diisi
kembali air tua (25 bittern) dari kolam IV.
9. Meja Garam II
(Air ≥ 29 bittern)
Sisa air tua (29 ≥ bittern) dari meja
garam I kembali dialirkan ke meja garam II dengan bantuan saluran air atau
serok (semacam gayung) untuk diubah menjadi kristal garam. Tinggi pematang meja
garam ini antara 10 – 20 cm. Pada kolam ini dilakukan penguapan total hingga
seluruh air berubah menjadi kristal garam tua. Setelah garam dipanen, meja
garam II ini kemudian diisi kembali sisa air tua (29 ≥ bittern) dari meja garam
I.
10. Gudang Garam
Hasil kristal garam yang telah dipanen
dari meja garam I dan II kemudian disimpan di dalam gudang garam. Konstruksi
gudang garam ini umumnya terbuat dari bahan bambu dan bilik untuk menekan biaya
produksi meski masa pakainya singkat (1 – 2 tahun).
Beberapa kelebihan dari metode
penggaraman Rakyat Gagasan :
Kualitas bahan baku utama (air laut)
yang baik karena diambil dari laut sehingga tidak banyak mengandung lumpur dan
lebih bersih, mempunyai salinitas yang lebih tinggi dari pada air laut yang
berada di daerah pesisir
Penggunaan dan pemanfaatan pompa tekan
(dengan teknologi sederhana) yang selama bertahun-tahun yang sudah digunakan di
daerah Indramayu. Dan telah di modifikasi dan di rancang bangun kembali oleh
BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), dalam hal ini P3TPSE (Pusat
Pengkajian dan Penerapan Teknologi Pengembangan Sumber Daya Energi) yang telah
di sumbangkan masing-masing kecamatan di Indramayu.
Waktu yang diperlukan untuk mengisi
bahan baku utama (air laut) karena dengan bantuan pompa tekan (dengan teknologi
sederhana) ini dapat memindahkan air sebesar 5000 liter/menit atau
300.000 liter/jam dengan menggunakan enggine 8 hp atau sama dengan 300
m3/jam. sehingga dalam standar sistem produksi iodinisasi untuk pemenuhan
kebutuhan air laut yang sebesar 4.800 m3 dalam 1 ha yang memakan waktu 6
bulan dan harus menunggu setiap waktu pasang naik, dengan pompa ini hanya
memakan waktu 16 jam dan tidak tergantung waktu pasang naik.
Tandon/waduk yang berfungsi sebagai
penampung sumber air untuk tambak, tempat pengendapan zat-zat agar air laut
yang digunakan lebih bersih, pada saat bukan musim penggaraman tandon/waduk ini
untuk membantu penuan air laut sehingga pada saat musim penggaraman air yang
dipakai sudah dalam kondisi salinitas yang tinggi sehingga mempercepat proses
peminihan yang biasanya berlangsung lama sehingga dapat memperbanyak produksi
garam. Kita ambil contoh dalam satu tahun (12 bulan) hanya pada musim kemarau
saja yaitu bulan juni-november atau sekitar 6 bulan dilakukan proses
penggaraman. Dengan di buatnya tandon/waduk ini selama 6 bulan sisanya
dimanfaatkan untuk memproses penuaan sumber air.
Dengan metode penggaraman rakyat gagasan
maka produksi garam di Desa Tanjakan meningkat sehingga pembukaan lahan baru
dapat diminimalkan dengan di terapkannya gagasan Penerapan Teknologi Tepat Guna
untuk Mengoptimalkan Produksi Garam di Desa Tanjakan ini diharapkan dapat
membantu jalannya program pemerintah dalam meningkatkan produksi garam lokal
melalui swasembada garam dengan tetap menjaga lingkungan sehingga menjadi
program yang berkelanjutan dan dengan Penerapan Teknologi Tepat Guna untuk
mengoptimalkan Produksi garam di Desa Tanjakan dapat berdampak pada peningkatan
pendapatan penggarap atau petani garam sehingga berakibat pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat Desa Tanjakan.
Pihak-pihak yang Dipertimbangkan Dapat
MembantuMengimplementasikan Gagasan dan Uraian Peran atau Kontribusi
Masing-masingnya
Penerapan Teknologi Tepat Guna untuk
Mengoptimalkan Produksi Garam Rakyat di Desa Tanjakan dapat membantu
pertambakan garam di Desa Tanjakan dalam meningkatkan produksi garamnya. Fokus
utama dari Penerapan teknologi Tepat Guna untuk Mengoptimalkan Produksi Garam
Rakyat di Desa Tanjak yaitu pada teknis pembuatan garamnnya yang di terapkan
teknologi tepat guna pada model metode penggaramannya demi membantu Program
Minapolitan Garam. Untuk mewujudkan hal tersebut adapun beberapa pihak yang
dapat membantu mengimplementasikan program ini, yaitu : (1) koperasi garam Desa
Tanjakan; (2) Gabungan kelompok petambak garam Desa Tanjakan; (3) Kelompok
petambak garam Desa Tanjakan; (4) Dinas Perikanan Kelautan Indramayu. Program
Penerapan Teknologi Tepat Guna untuk mengoptimalkan Produksi Garam di Desa
Tanjakan akan berjalan baik apabila dilaksanakan dengan adanya dukungan dari
masing-masing pihak.
Gabungan kelompok petambak garam menjadi
koordinaator pelaksana, selanjutnya Dinas Perikanan dan Kelautan Indramayu
sebagai pendukung dan penyokong dana untuk memberikan modal dan membangun
infrastruktur dan alat yang dibutuhkan, kelompok petambak garam yang
menjalankan program dengan baik, dan koperasi garam Desa Tanjakan berperan
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan aktivitas ekonomi
secara keseluruhan, yang akhirnya dapat meningkatkan pendapatan petambak garam
Desa Tanjakan.
Langkah-langkah Strategis Teknik
Implementasi yang Harus Dilakukan untuk Mengimplementasikan Gagasan sehingga
Tujuan atau Perbaikan yang Diharapkan Dapat Tercapai
Tabel 1. Tahapan Mengimplementasikan
Gagasan
TAHAPAN
KEGIATAN
Sosialisasi Metode 1. Memasukan metode gagasan kedalam
Program pelatihan dan pendampingan minapolitan garam oleh Dinas Perikanan dan
Kelautan Indramayu.2. Sosialisasi pelaksanakan program pelatihan dan
pendampingan.
Pemberian modal 1. Mengidentifikasi calon penerima modal2. Laporan hasil
identifikasi3. Penyaluran modal pada setiap penerima modal
Penerapan metode 1. Dilakukan pembuatan dan pengadaan infrastruktur yang
menunjang2. Pelatihan penggunaan alat dan perawatan alat3. penerapan teknologi
tepat guna
Lanjutan 1.
Pengawasan berjalannya metode2. Keberadaan koperasi garam dalam menjamin
harga jual garam
Dari tabel diatas dapat diketahui
beberapa tahap yang ditempuh dalam Penerapan Teknologi Tepat Guna untuk
Mengoptimalkan Produksi garam di Desa Tanjakan. Tahap awal dalam
mengimplementasikan gagasan dilakukan sosialisasi metode terlebih dahulu.
Pertama memasukan metode gagasan kedalam Program pelatihan dan pendampingan
minapolitan garam oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Indramayu, hal ini perlu
karena gagasan yang kita buat sejalan dan mendukung program minapolitan garam.
Kedua sosialisasi pelaksanakan program pelatihan dan pendampingan, sesuai
dengan jadwal yang dibuat Dinas Perikanan dan Kelautan Indramayu, disini
kelompok petambak garam di berikan pelatihan mengenai tambak garam yang baik
dan menerapkan metode gagasan.
Tahapan selanjutnya Pemberian Modal
untuk menerapkan metode gagasan. Pertama identifikasi calon penerima modal, hal
ini dilakukan agar dapat mengetahui calon-calon yang layak untuk diberikan
modal agar tidak terjadi penyimpangan dalam pemberian modal. Kedua laporan
hasil identifikasi hasil laporan ini diberikan kepada Dinas Perikanan dan
Kelautan Indramayu untuk di proses agar diketahui anggaran yang di perlukan.
Ketiga Penyaluran modal pada setiap penerima modal, para calon penerima modal
yang terdata setelah proses identifikasi di berikan bantuan modal dalam
menerapkan metode gagasan.
Tahapan selanjutnya yaitu penerapan
metode gagasan. Pertama dilakukan pembuatan dan pengadaan infrastruktur yang menunjang
dalam penerapan metode, seperti perbaikan lahan, pembuatan tandon/waduk, pipa
saluran air, pompa tekan (dengan teknologi sederhana), gudang penyimpanan dan
akses jalan. Kedua pelatihan penggunaan alat dan perawatan alat, alat yang
digunakan disini adalah pompa tekan (dengan teknologi sederhana) walaupun alat
ini sangat mudah digunakan serta suku cadang yang mudah didapat, tetapi setiap
mesin dibutuhkan perawatan yang benar agar kondisi mesin yang digunakan baik
dan tetap dapat berjalan dengan lancar. Ketiga penerapan teknologi tepat guna.
Disini proses diterapkannya metode gagasan
Kemudian tahapan yang terakhir yaitu
lanjutan, Pertama pengawasan berjalannya metode. Setelah penerapan metode perlu
dilakukan pengawasan agar metode yang diterapkan dapat berjalan dengan baik dan
sesuai harapan. Kedua keberadaan koperasi garam dalam menjamin harga jual
garam. Disini peran koperasi sangat penting untuk menghindari harga jual garam
yang rendah pada musim produksi garam. Hal ini perlu adanya sistem atau aturan
yang mengatur harga garam agar sesuai dan dapat meningkatkan kesejahteraan
petambak garam.
KESIMPULAN
Gagasan yang Diajukan
Penerapan Teknologi Tepat Guna untuk
Mengoptimalkan Produksi Garam Rakyat di Desa Tanjakan merupakan program yang
dilatar belakangi permasalahan garam yang terjadi di Indonesia dan mengambil
daerah kajian di Desa Tanjakan, Kecamatan Kerangkeng, Kabupaten Indramayu dalam
hal kurangnya pasokan garam di Indonesia sehingga diperlukannya peningkatan
produksi garam. Dari gagasan yang diajukan lebih kepada metode yang diambil
dari proses produksi garam industri dengan produksi garam tradisional, dari
sana diambil teknologi tepat guna yang dapat digunakan oleh petambak garam
tradisional sehingga kuantitas dan kualitas garamnya dapat bersaing dengan
garam industri.
Metode yang dipakai dalam gagasan yaitu
penggunaan pompa tekan (dengan teknologi sederhana) dimana pompa ini dapat
mengambil air laut dari 10-20 meter dari pantai agar air laut yang diambil
lebih bersih dan memiliki salinitas yang lebih tinggi sebagai bahan baku utama
garam dengan kemampuan 5000 liter/menit, kemudian air laut ini masuk kedalam
parit/saluran air yang digunakan untuk mengairi tambak-tambak garam di Desa
Tanjakan., air dari parit kemudian masuk kedalam tandon/waduk yang dibuat agar
pada saat bukan musim penggaraman air laut ditampung, mengendapkan zat-zat yang
tidak diperlukan dan di buat jenuh disini sehingga saat musim penggaraman air
laut yang digunakan sudah dalam kondisi jenuh dan memiliki salinitas yang
tinggi, untuk seterusnya proses penggaraman sama seperti proses penggaraman
yang sudah biasa dilakukan di Desa Tanjakan.
Dengan metode Penerapan Teknologi Tepat
Guna untuk Mengoptimalkan Produksi Garam Rakyat di Desa Tanjakan dapat membantu
program pemerintah dalam minapolitan garam dalam hal mengoptimalkan produksi
garam dari lahan yang sudah ada, sehingga dapat mengurangi pembukaan lahan
tambak baru yang dapat menurunkan fungsi ekologi dan berdampak pada biota-biota
yang berada di suatu wilayah.
Teknik Implementasi yang Akan Dilakukan
Dalam Penerapan Teknologi Tepat Guna
untuk Mengoptimalkan Produksi Garam Rakyat di Desa Tanjakan dapat terwujud
dengan beberapa mekanisme atau tahapan yaitu : (1) Sosialisasi metode, dimana
terdapat : (a) memasukan metode gagasan kedalam program minapolitan garam oleh
Dinas Perikanan dan Kelautan Indramayu, (b) sosialisasi pelaksanakan program
pelatihan dan pendampingan, (c) sosialisasi. (2) Pemberian modal, terdiri dari
: (a) mengidentifikasi calon penerima modal, (b) laporan hasil identifikasi,
(c) penyaluran modal pada setiap penerima modal. (3) Penerapan metode, terdiri
dari : (a) dilakukan pembuatan dan pengadaan infrastruktur yang menunjang, (b)
pelatihan penggunaan alat dan perawatan alat, (c) penerapan teknologi tepat
guna. (4) Lanjutan, terdiri dari : (a) pengawasan berjalannya metode, (b)
keberadaan koperasi garam dalam menjamin harga jual garam.
Prediksi Hasil yang Akan Diperoleh (
Manfaat dan Dampak Gagasan)
Dengan diterapkannya Penerapan Teknologi
Tepat Guna untuk Mengoptimalkan Produksi Garam di Desa Tanjakan ini yang
bertujuan dalam meningkatkan produksi garam baik dari segi kuntitas maupun kualitas.
Adapun beberapa prediksi hasil yang akan diperoleh dari metode gagasan yaitu :
Pertama garam yang dihasilkan akan lebih baik karena bahan baku yang diambil
dari air laut yang tidak banyak tercampur zat-zat yang tidak diinginkan dan
bersalinitas tinggi. Kedua produksi akan lebih cepat karena dengan pompa tekan
(dengan teknologi sederhana) dapat mempercepat pasokan air yang dibutuhkan dan
penggunaan air yang sudah di lakukan proses penuaan di waduk/tandon sehingga
mempercepat proses pada kolam peminihan. Ketiga akibat dari produksi garam
lokal yang memiliki kualitas yang baik dan kuantitas yang banyak maka garam
lokal dapat bersaing dengan garam industri. Keempat dengan meningkatnya
produksi garam lokal maka program minapolitan dalam swasembada garam dapat
terwujud sehingga Indonesia tidak perlu lagi mengimpor garam dari luar,
Kelima apabila minapolitan ini dapat terwujud maka kesejahteraan petambak garam
akan meningkat.
TULISAN INI DIKUTIP DARI MAKALAH
PKM-GT YANG DIUSULKAN OLEH Sdr. Rezha Adviana Refrial dan
Sdr. Theissen Khadafi
(ILMU KELAUTAN, UNIVERSITAS PADJADJARAN)
DAFTAR PUSTAKA
Boyd CE. 1982. Water Quality Management
for Pond Fish Culture. New York: Elsevier Scientific Publishing Company.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air,
Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan, Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
KKP (Kementrian Kelautan dan Perikanan).
2008. Profil Garam Rakyat, Jakarta.
Romimohhtarto, K. 1985. Kualitas Air
Dalam Budidaya Laut, FAO. Bandar lampung. Salt Institute. Annual Report 2007
Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP)
Indramayu. 2009. Profil garam Indramayu. Indramayu
Burhanudin, S.BE. 2003. Pompa Tekan
(Dengan Teknologi Sederhana). BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi).
Bandung
Purbani, Dini. 2001. Proses Pembentukan
Kristalisasi Garam. Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Nonhayati. Jakarta
Djumena, Erlangga. 2010. Fadel haramkan
impor garam 2-3 tahun lagi.
(http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/12/09/21382666/Fadel.Haramkan.Impor.Garam.2-3.Tahun.Lagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar