Pembesaran lobster air tawar
bertujuan untuk mendapatkan lobster dewasa yang siap dikonsumsi, untuk
mendapatkan indukan dan untuk dijadikan lobster hias. Pembesaran lobster sangat
berhubungan dengan laju pertumbuhan. Semakin tinggi laju pertumbuhannya, waktu
yang dibutuhkan untuk menghasilkan lobster ukuran konsumsi akan semakin pendek.
Pertumbuhan pada lobster dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pertumbuhan mutlak dan pertumbuhan nisbi.
Pertumbuhan mutlak yaitu ukuran rata-rata yang dicapai oleh lobster dalam
satuan waktu tertentu. Sementara pertumbuhan nisbi didefinisikan sebagai ukuran
panjang apa berat yang dicapai dalam periode tertentu yang di hubungkan dengan
panjang atau berat pada awal periode tersebut.
Secara umum, pertumbuhan di
pengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal meliputi sifat genetis dan kondisi fisiologi. Sementara faktor
eksternal berkaitan dengan lingkungan yang menjadi media pemeliharaan, antara
lain kimia air, substrak dasar, suhu air, dan ketersediaan pakan.
Dalam pembesaran, pilih benih
yang berjenis kelamin jantan saja karena pertumbuhannya lebih cepat daripada
yang betina apalagi ketika memasuki tahap pembesaran energi yang dimiliki
lobster betina tidak hanya untuk membesarkan dagingnya, tapi juga untuk
memelihara telurnya.
1.
Persiapan Kolam
Wadah pembesaran lobster perlu
dibersihkan dari zat beracun terutama bagian dasar kolam umumnya, zat beracun
berasal dari polutan pakan dan bangkai lobster pada periode pemeliharaan
sebelumnya. Untuk membersihkannya, lapisan tanah yang berbau tersebut dikerok
dan dibuang. Selanjutnya, kolam dikeringkan dan dipupuk seperti pada persiapan
pembenihan.
2.
Persiapan Instalasi/infrastruktur Kolam
Sebelum kolam diisi dengan
benih, sebaiknya sistem pemasukan dan pengeluaran air sudah bisa di operasikan.
Jumlah dan jenisnya perlu disesuaikan dengan jumlah benih yang akan ditebar.
Sistem aerasi dan sirkulasi air sudah dapat bekerja dengan baik.
1.
Persiapan Benih
Rekondisi pertama dilakukan
dengan mencipratkan air pada benih pada sebuah wadah, misalnya ember.
Pencipratan dilakukan pada seluruh tubuh benih, terutama insang. Kolam
karantina diaerasi kuat dan diusahakan kondisi kolam gelap (diberi penutup).
Rekondisi dilakukan selama 1-2 hari.
Sebelum menebar benih, hal-hal
yang perlu diperhatikan sebagai berikut;
1)
Cek kualitas air, terutama suhu, pH, dan DO. Pastikan suhu air berkisar 26-290C,
pH 7-8, dan DO sekitar 4 ppm
2)
Cek kondisi kolam jangan sampai masih ada kebocoran
3)
Sistem aerasi sudah berjalan dengan baik. Areator atau blower
harus sudah dinyalakan 24 jam sebelum ditebar
2.
Menebarkan Benih
Jika media pembesaran berupa
kolam semen, bagian atas kolam tersebut sebaiknya diaci apa dikeramik atau
paling tidak 10-20 cm bagian paling atas dari wadah pembesaran harus dibuat
licin. Untuk kolam tanah, bagian pinggirnya harus diberi pagar dari karpet
talang air selain itu, selang masuknya air atau kabel listrik sebaiknya
dimasukan ke dalam pipa paralon agar tidak dijadikan sebagai tempat memanjat
lobster.
Ukuran benih yang akan ditebar
sebisa mungkin seragam. Namun mendapatkan benih yang demikian memang agak
sulit. Oleh karenanya, perbedaan ukuran benih masih bisa ditoleransi hingga
tidak lebih dari 10 gram.
Tingkat kepadatan dalam
penebaran berkisar 5-10 ekor/m2 dengan masa pemeliharaan 6-8 bulan.
Kepadatan tinggi dapat meningkatkan mortalitas atau memperlambat laju
pertumbuhan. Benih ditebar dengan cara meletakannya diatas permukaan kolam
tanah/ semen. Jangan sekali-kali menebar benih dengan cara dilempar karena
dapat merusak organ dalam dan organ luar.
3.
Pemberian pakan
Lobster adalah jenis hewan
omnivora atau hewan pemakan segala. Sebaiknya, makanan untuk lobster diberikan
dalam kondisi mentah, baik itu sayuran maupun daging. Lobster makan didasar
kolam, sehingga makanan harus ditenggelamkan ke dasar kolam. Pakan lain yang
cuckup baik di beri untuk lobster adalah daging, cacing sutera dan blood
worm. Namun, jika cacing sutera atau cacing tanah diberikan harus ada
perlakuan khusus.Ketika baru diambil dari sungai atu baru dibeli dari pedagang
harus diendapkan terlebih dahulu selama satu hari. Tujuannya agar cacing
membuang kotoran didalam perutnya sehingga yang tersisa hanya dagingnya. Para
pembudidaya pemula disarankan menggunakan cacing beku untuk pakan
lobster-lobsternya.
Dalam sehari, pakan yang
diberikan sebanyak 3% dari berat badan lobster. Pakan tersebut diberikan dua
kali sehari, yakni pagi hari pukul 07.00 - 10.00 pakan sebnayak
25% dan sore hari pada pukul 17.00 sebanyak 75%. Persentase pemberian makan
malam lebih banyak karena lobster termasuk hewan nokturnal yang aktif pada
malam hari.
Cara lain untuk mengetahui jumlah pakan yang akan diberikan adalah dengan
menetapkan target pertumbuhan yang diinginkan secara periodikal, kemudian
menghitung kebutuhan pakan yang menunjang pertumbuhan tersebut. Cara ini sangat
bermanfaat untuk mengetahui secara logis antara pertumbuhan dengan pakan yang
dapat dijadikan pola yang lebih terukur.
4.
Pertumbuhan Benih
Pertumbuhan erat kaitannya
dengan konsumsi pakan, lingkungan tumbuhan dan faktor genetis. Pemberian
pakan memegang peranan yang paling tinggi. Dengan pemberian pakan yang sesuai,
pertumbuhan lobster bisa diprediksi. Semakin besar atau bertambahnya umur
lobster, tingkat pertumbuhannya akan semakin menurun (persentase pertumbuhannya
semakin kecil).
5.
Pencegahan Hama dan Penyakit
Meskipun lobster air tawar
termasuk tahan terhadap serangan hama dan penyakit karena kulitnya yang keras
dan tebal, tetapi kewaspadaan tetap saja diperlukan. Beberapa penyakit yang
sering menyerang lobster dan menyebabkan kematian adalah sebagai berikut :
1)
Saprolegnia dan Achyla
Kedua pathogen ini menyerang
jaringan luar lobster dan menyerang telurnya. Mereka dapat menghambat
pernapasan lobster sehingga telur akan mati dan tidak menetas. Tanda lobster
terserang penyakit ini adalah pada tubuhnya ditumbuhi sekumpulan benang halus
seperti kapas. Cendawan ini menyebabkan nafsu makan lobster menurun dan
akhirnya mati. Cara mengatasi Saprolegnia sp adalah dengan merendam
lobster yang terinfeksi ke dalam Malachite Green 2-3 ppm selama 30-60 menit.
2)
Cacing jangkar
Cacing Lernea cyprinacea
dan Lernaea carasii menembus jaringan tubuh dengan kaitnya yang
menyerupai jangkar. Bagian insang pada lobster yang terjangkit tampak dihuni
cacing dan terdapat cairan atau lender yang memanjang. Akibatnya, lobster
kekurangan darah kehilangan bobot tubuh, dan kemudian mati. Cacing jangkar
dapat diatasi dengan merendam lobster yang terinfeksi kedalam larutan garam (20
gram garam dilarutkan ke dalam 1 liter air) selama 10-20 menit.
3)
Argulus foliaceus
Serangan argulus pada lobster
ditandai dengan adanya bintik merah pada tubuh. Racun argulus ini menyebabkan
kematian pada lobster akibat anemia dan kehilangan banyak darah. Racun yang
melukai kulit bisa mengundang infeksi saprolegnia yang semakin menambah
penderitaan lobster. Penyakit ini bisa diatasi dengan merendam lobster kedalam
1 mililiter Lysol yang dilarutkan dalam 5 liter air selama 15-60 detik. Setelah
itu, rendam lobster ke dalam sodium permanganate sebanyak 1 gram yang
dilarutkan dalam 100 liter air selama 1,5 jam. Pemberiaan Neguvon, Masoten, dan
Lindane dilakukan jika serangan telah mencapai stadium puncak karena ketiganya
bersifat racun yang justru bisa membahayakan lobster.
4)
Larva cybister (ucrit)
Larva cybister (ucrit) adalah
hewan yang bentukya seperti ulat, tubuhnya berwarna agak kehijauan, dan
panjangnya dapat mencapai 2 cm. hewan ini memiliki gigi taring yang terletak di
kepala sebagai alat untuk menggigit mangsanya. Sementara di bagian tubuh
belakang, ucrit memilik alat penyengat. Meskipun demikian tubuhnya kaku, tetapi
gerakannya terbilang cepat. Dilihat dari jenis darahnya, larva
cybister termasuk hewan berdarah putih.
5)
Linsang
Linsang atau sero adalah hewan
berkaki empat, berbulu, dan berekor panjang. Tubuhnya mirip kucung, tetapi
ukurannya lebih panjang. Bila terkena sinar, matanya mengeluarkan cahaya
berwarna biru. Hewan ini banyak ditemukan di daerah kaki gunung atau daerah
berbukit. Tempat persembunyian sero sangat susah ditemukan.
Sejauh ini, pemberantasan sero
masih sulit dilakukan karena sangat susah ditangkap. Selain itu, penciumannya
juga sangat tajam, meskipun dipancing dengan ikan dan lobster yang sudah diberi
racun. Hanya pencegahan yang baru bisa dilakukan dengan yang dibuat mendadak.
Pencegahan lainnya dengan memagar areal kandang, tetapi cara ini membutuhkan
biaya yang sangat besar.
6.
Penyaing
Golongan penyaing (kompetitor)
adalah hewan yang menyaingi lobster air tawar dalam hicdupnya, baik mengenai
pakan maupun ruang untuk bergerak. Keberadaan kompotitor dikolam akan membuat
bias dalam perhitungan FCR. Jumlah pakan yang diberikan ternyata tidak
seluruhnya dikonsumsi oleh lobster air tawar. Penyaing ikut memanfaatkan pakan
yang di tebar oleh pembudidaya. hitungan FCR menjadi lebih tinggi.
Beberapa jenis penyaing yang
sering hidup bersama lobster air tawar dikolam itu yaitu bangsa siput, seperti
trisipan dan concong, ikan liar seperti mujair, ketaman-ketaman serta udang
kecil-kecil.
Untuk mengendalikan beberapa
kompetitor ini, perlu dilakukannya upaya pemberantasan agar tidak bersaing
dalam mendapatkan pakan dengan lobster air tawar. Berikut ini adalah cara yang
bisa dilakukan dalam pemberantasan kompotitor:
1)
Biji Teh
Bungkil biji teh adalah ampas
yang dihasilkan biji teh yang diperas minyaknya. Sejauh ini, biji teh banyak
diproduksi dicina. Kadar saponin dalam setiap bungkil biji teh tidak sama
tetapi biasanya dengan 150-200 kg bungkil biji teh per hektar kolam, sudah
cukup relatif mematikan ikan liar atau buas tanpa mematikan lobster air tawar
yang dipelihara.
Dosis yang digunakan sekitar
200-250 kg/ha kolam. Sebelum ditebar, volume air dalam kolam dikurangi hingga
1/3-nya saja. Dengan demikian, dosis yang digunakan saponin menjadi lebih
encer. Penggunaan bungkil ini akan lebih efektif jika dilakukan pada siang
hari, pukul 12.00 atau 13.00
Sebelum digunakan, bungkil
ditumbuk dulu menjadi tepung, kemudian direndam didalam air selama beberapa jam
atau semalam. Setelah itu, air tersebut dipercik-percikan kedalam tambak,
sementara menabur bungkil, aerasi dalam kolam dihidupkan agar saponin teraduk merata.
Hal yang perlu di antisipasi yaitu air buangan yang telah diberi saponin. Air
buangan dipastikan telah bebas dari residu saponin karena bila tidak, bisa
bersifat racun bagi lingkungan sekitar.
2)
Rotenon dari akar deris (tuba)
Akar deris dari alam
mengandung 5-8% Rotenon.Akar yang masih kecil lebih banyak mengandung rotenone.
Zat ini dapat membunuh ikan pada kadar 1-4 ppm, tetapi batas yang mematikan
lobster air tawar tidak jauh berbeda.
3)
Nikotin
Ikan liar, ikan buas, dan
siput dapat diberantas dengan nikotin pada takaran 12-15 kg/ha. Selain nikotin,
kompetitor dapat di berantas dengan sisa-sisa tembakau berdosis 200-400 kg/ha.
Sisa ditebarkan dikolam sesudah tanah dasar dikeringkan dan kemudian diairi
setinggi 10 cm. Setelah ditebarkan, sisa tembakau dibiarkan selama 2-3 hari
agar racun nikotinnya dapat membunuh kompetitor. Sementara airnya dibiarkan
sampai habis menguap selama 7 hari. Setelah itu, kolam dialiri lagi tanpa
dicuci dulu sebab sisa tembakau sudah tidak beracun lagi dan dapat berfungsi
sebagai pupuk.
7.
Penyaing
Tidak ada salahnya juga, hama
seperti tikus air, burung, dan kucing juga harus diwaspadai. Perlu diketahui
bahwa kematian lobster umumnya tidak murni disebabkan oleh serangan hama dan
penyakit. Kegagalan dalam pergantian kulit (moulting) pertama dapat mematikan
lobster. Insang pada lobster yang memaksakan diri untuk berganti kulit biasanya
akan lepas dan lobster akan mati seketika itu juga. Hal ini bisa diatasi dengan
meningkatkan pasokan oksigen terlarut dalam air. Terutama sebelum dan sesudah
pergantian kulit berlangsung.
8.
Pencagahan
Beberapa cara yang dilakukan
untuk mencegah adanya serangan hama di lokasi pembudidayaan lobster air tawar
sebagai berikut :
a)
Mengeringkan bak atau kolam yang akan digunakan sehingga hama-hama mati.
b)
Melakukan pengapuran pada saat persiapan kolam atau bak.
c)
Memasang saringan pada pintu masuk sehingga hama tidak masuk ke kolam.
d)
Melakukan filterisasi, yakni air yang masuk ke areal kolam harus melalui filter
terlebih dahulu sehingga bibit-bibit hama yang masih kecil dapat tertahan oleh filter
tersebut.
e)
Memberantas hama, baik secara mekanik, biologis, maupun secara kimiawi.
f)
Memberi pagar pada seputaran areal kolam setinggi 60 cm. Bahan pagar yang
digunakan yaitu seng, semen, atau jaringan.
Sementara upaya pencegahan
terhadap datangnya serangan penyakit dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut
:
a)
Mengeringkan kolam atau bak untuk memotong siklus hidup penyakit.
b)
Mengapur kolam sebelum penebaran benih sehingga dapat membunuh hama dan
penyakit, selain itu juga dapat meningkatkan pH.
c)
Menjaga kualitas air agar parameternya tetap pada kondisi normal.
d)
Menjaga kebersihan sekitar areal perkolaman
e)
Melakukan penebaran dengan padat tebar yang optimal dan ukuran yang seragam
untuk menurunkan tingkat kanibalisme.
f)
Melakukan penanganan yang baik agar tidak menimbulkan luka pada tubuh lobster.
g)
Menghindari masuknya binatang-binatang pembawa penyakit, seperti burung, dan
siput.
9.
Pemanenan
Pemanenan lobster air tawar
dilakukan ketika ukurannya telah mencapai ukuran standar yang diminta pasar.
Saat ini, ukuran yang banyak diminta pasar sekitar 10-12 ekor/kg atau 85-100
gram. Semakin besar ukuran, semakin dicari oleh pasar. Permintaan pasar oleh
lobster air tawar tidak hanya semata-mata hanya pada ukuran. Keutuhan capit
juga menjadi syarat yang mutlak untuk diterima pasar. cara memanen lobster
tergantung pada sistem kolam yang digunakan.
1)
Pemanenan pada kolam sistem monik
Kolam sistem monik memiliki
saluran pembuangan dari papan. Sementara pada bagian dasarnya memiliki kemalir
yang kedalamnya melebihi dasar kolam lainnya. Jenis kolam ini bisa digunakan
untuk pembenihan maupun pembesaran lobster air tawar. Cara pemanennya sebagai
berikut ;
a)
Pasang saringan didepan pintu pengeluaran (monik).
b)
Cabut papan monik yang paling atas dan biarkan airnya terbuang hingga mencapai
ketinggian papan dibawahnya. Cabut papan kedua dan biarkan air terbuang.
c)
Siapkan ember yang telah berisi air. Sebaiknya ember diisi dengan air yang
berasal dari kolam agar suhu dan pH nya sama ketika dipindahkan, bibit tidak
terlalu stres.
d)
Sambil menunggu air surut, angkat subtract. Bibit-bibit akan menempel pada
subtract. Masukan subtract dengan bibit kedalam ember.
e)
Jika telah penuh dengan subtract, pindahkan bibit beserta dengan subtractnya ke
hapa yang dipasang tidak jauh dari tempat pemanenan.
f)
Bila airnya sudah surut lagi, cabut papan ketiga agar airnya lebih surut.
Biasanya bibit yang tidak menempel pada subtract akan berkumpul di kemalir.
Tangkap sisa bibit tersebut menggunakan scoop net, lalu masukan keember atau ke
hapa.
2)
Pemanenan di kolam bersistem sipon.
Adapun tahap pemanenan lobster
air tawar sistem sipon sebagai berikut ;
a)
Cabut pipa PVCD yang menghubungkan saluran pembuangan mendatar. Air akan keluar
dengan sendirinya.
b)
Pada pintu saluran pembuangan didalam kolam pasang saringan dari jaring agar
bibit atau ukuran konsumsi tidak ikut terbuang bersama air.
c)
Sambil menunggu air surut, ambil subtract yang terisi oleh lobster air tawar
dan masukan kedalam ember
d)
Jika embernya penuh, pindahkan lobster tersebut kedalam tempat penampungan.
3)
Pemanenan pada kolam Jenis Lain
Kolam jenis lain disini yaitu
kolam dengan sistem pembuangan selain sistem sipon dan monik. Biasanya, kolam
ini tidak memiliki sistem pembuangan yang baik oleh karenanya, cara pemanenan
lobster pada kolam ini sedikit berbeda dengan jenis kolam lainnya. Adapun cara
pemanenan pada kolam sebagai berikut ;
a.
Sambungkan selang pada mesin pompa dan ujung selang dipasang jaring atau kawat
ram
b.
Masukan ujung selang kedalam dasar dan hidupkan pompa
c.
Ketika air sudah mulai surut, ambil lobster beserta subtractnya dan masukan
kedalam ember.
d.
Jika embernya penuh, pindahkan lobster tersebut kedalam penampungan
3
Simulasi Usaha Pembesaran
Simulasi pembesaran lobster
air tawar dilakukan di kolam tembok adalah sebagai berikut :
a)
Luas lahan seluas wadah pembesaran
b)
Wadah pembesaran kolam berukuran 2 m x 1 m x 1 m sebanyak 40 kolam
c)
Sarana dan prasarana
1)
Prasarana
- Pengadaan
benih yang ditebar berukuran 2-5 cm
- Perbaikan/pembuatan
kolam.
- Pengadaan
peralatan :
o Water heater.
o Thermometer.
o Pompa air
2)
Sarana
- Pakan
lobster selama pemeliharaan berupa cacing atau pakan pelet. Dosis pakan
sebanyak 3-5% dari berat biomas dengan frekuensi pemberian 3-4 kali sehari
d)
Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk operasional cukup 1 orang
e)
Jumlah benih yang ditebar dengan kepadatan 50 ekor/m2 adalah 50 x (2
x 1 x 1) x 40 = 4.000 ekor.
f)
Frekuensi pembesaran sebanyak dua kali dalam setahun.
g)
Jumlah lobster yang dihasilkan dari ukuran penebaran 2-3 cm:
- Lobster
dipanen ukuran 30-40 ekor/kg membutuhkan waktu 2-3 bulan.
- Lonster
dipanen ukuran 8-10 ekor/kg membutuhkan waktu pemeliharaan 5-6 bulan dengan
tingkat kehidupan 80% adalah 80% x 4.000 : 10 ekor/kg = 320 kg.
h)
Siklus periode pembesaran lobster air tawar 5-6 bulan. Tergantung dari ukuran
benih ditebar dan ukuran panen.
A.
Pakan Lobster Air Tawar
Pakan memegang peranan penting untuk pertumbuhan dan perkembangan lobster.
Pemberian pakan jenis, jumlah, dan frekuensi yang tepat diharapkan lobster akan
tumbuh dengan cepat dalam kondisi sehat, kuat, dan terbebas dari serangan
penyakit. Pakan yang baik adalah pakan dengan kandungan zat-zat gizi yang
dibutuhkan lobster, seperti protein, lemak, mineral, dan vitamin.
Protein mutlak dibutuhkan lobster karena fungsinya sebagai pemacu pertumbuhan
dan pengganti jaringan yang rusak. Seperti halnya protein, kecukupan lemak
dalam tubuh lobster juga diperlukan Karena terkait erat dengan karbohidrat.
Keduanya merupakan sumber energi utama.
Kebutuhan mineral seperti mineral kalsium, besi, fosfor, magnesium,dan
lain-lain memang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit bila
dibandingkan dengan kebutuhan protein, karbohidrat dan lemak.
Meskipun sedikit, peranan mineral dalam menjaga kondisi tubuh lobster agar
senantiasa prima sangat dibutuhkan. Vitamin bagi lobster dibutuhkan untuk
membentuk warna yang cemerlang. Zat-zat gizi dapat diperoleh dari berbagai
jenis pakan alami dan pakan buatan.
B.
Budidaya di Kolam Terpal
1.
Pemberian Pakan
Lobster termasuk pemakan
segalanya (omnivora), misalnya plankton, benthos, cacing, peripithon, atau
lumut. Namun,dalam kolam budi daya, lobster dapat diberi pakan pelet.
Lobster dapat diberi pakan berupa cincangan wortel, ketela rambat oranye,
kecambah, atau cacing rambut. Untuk mempercepat pertumbuhan dan menjaga
kesehatannya, ketika masih larva sebaiknya diberi pakan berupa moina, daphnia,
atau artemia dan setelah mulai besar pemberian pakan yang paling praktis adalah
dengan pakan buatan atau pelet. Pakan buatan selain komposisinya mengandung
gizi yang lebih baik (kandungan protein 35-42%), juga lebih praktis dalam
pemberian dan penyimpanannya.
Lobster lebih senang bila pemberian pakan dilakukan sedikit demi sedikit karena
lobster memiliki kebiasaan memakan sedikit demi sedikit, makanan yang telah
dimakan biasanya akan dicerna habis selama 2-3 jam. Lobster akan lapar lagi
setelah tiga jam tersebut. Dalam sehari frekuensi pemberian pakan sebaiknya 4
kali, yaitu pukul 07.00, 13.00, 17.00, dan 19.00.
Semakin besar tubuh lobster, persentase kebutuhan pakan menjadi lebih sedikit,
tetapi frekuensi pemberiannya menjadi lebih banyak. metode pemberian pakan
seperti ini dianggap cukup efektif karena sisa pakan yang tidak termakan hanya
sedikit.
2.
Perawatan
Dalam budi daya lobster, penggantian air merupakan hal yang mutlak dan sering
untuk dilakukan. Hal ini karena lobster sensitif terhadap kondisi kualitas air
yang kurang baik. Selain untuk membersihkan sisa kotoran pada media budi daya,
penggantian air yang sering akan merangsang lobster untuk moulting.
Penyiponan sebaiknya dilakukan dua hari sekali. Sedangkan, untuk mempertahankan
suhu tubuh lobster akibat penurunan suhu lingkungan yang mendadak, sebaiknya
dipasang penghangat (water heater) di kolam budi daya, terutama untuk
benih lobster yang masih kecil. Untuk budi daya pembesaran dengan kepadatan
yang cukup tinggi sebaiknya ke dalam kolam diberikan aerasi agar lobster lebih
mudah untuk memanfaatkan oksigen dari media air. Sedangkan untuk pembenihan
gunakan air media yang mengalir pelan, gemericik, dan diberi aerasi sehingga
suplai air dibuat sedemikian rupa agar mengalir dengan gemericik. Kondisi ini
sangat disukai oleh lobster dan merangsang lobster untuk melakukan pemijahan.
Bila menggunakan air dari sungai atau ingin mengelola air dengan resirkulasi
dapat dilakukan penyaringan air dengan treatment bak biofilter. Bak biofilter
dibuat dari lapisan yang paling bawah gravel besar, ijuk, arang aktif, pecahan
karang, koral kecil, kerikil, gravel dan spon.
Air dari sungai atau dari hasil pembuangan dari budi daya dimasukkan kedalam
bak biofilter, untuk disaring hingga bersih. Selanjutnya air saringan baru
dialirkan ke kolam pemeliharaan.
Sumber:
Kristiany M.G.E.,
dan Mulyanto. 2011. Materi Penyuluhan Perikanan: Budidaya Lobster Air Tawar.
Jakarta, Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan BPSDMKP.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar