MARINE
REMOTE SENSING,BIOLOGI OCEONOGRAFI, PERAMALAN UPAYA PERIKANAN TANGKAP, SILVOFISHERY
DAN SEARANCHING
1.1. Marine remote
sensing
a. Pengertian
Penginderaan Jauh (Remote Sensing)
Berikut adalah pengertian Pengindraan jauh menurut beberapa ahli :
Penginderaan jauh (remote
sensing), yaitu penggunaan sensor radiasi elektromagnetik untuk merekam gambar
lingkungan bumi yang dapat diinterpretasikan sehingga
menghasilkan informasi yang berguna. (Curran, 1985).
Penginderaan Jauh (remote
sensing) adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek
daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu
alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenomena yang
dikaji. (Lillesand dan Kiefer, 1998).
Penginderaan jauh merupakan
suatu ilmu, karena terdapat suatu sistimatika tertentu untuk dapat menganalisis
informasi dari permukaan bumi, ilmu ini harus dikoordinasi dengan beberapa
pakar ilmu lain seperti ilmu geologi, tanah, perkotaan dan lain sebagainya.
(Everett Dan Simonett 1976)
b. Aplikasi Dari Remote Sensing
1) Radar
Konvensional radar ini kebanyakan terkait dengan kontrol lalu lintas udara,
peringatan dini, dan beberapa berskala besar berhubung dgn Data cuaca. Doppler
radar digunakan untuk peraturan pemantauan batas kecepatan dan yang terhubung
dgn cuaca seperti kecepatan dan arah angin dalam sistem cuaca, Jenis koleksi
termasuk plasmas aktif di ionosfir). Interferometric sintetis kecepatan rana
radar digunakan untuk memproduksi model elevasi digital tepat besar skala
daerah (lihat RADARSAT, TerraSAR-X, Magellan).
2) Laser
altimeters dan radar pada satelit telah memberikan berbagai macam data. Dengan
mengukur bulges air yang disebabkan oleh gravitasi, radar pada satelit memiliki
fitur peta seafloor ke resolusi mil atau lebih. Dengan mengukur dan ketinggian
gelombang-panjang gelombang laut, yang altimeters mengukur kecepatan dan arah
angin, dan permukaan laut dan dasar laut.
3) LIDAR
Light Deteksi yang lebih dikenal pada contoh dari persenjataan, laser
illuminated kepulangan dari projectiles. LIDAR digunakan untuk mendeteksi dan
mengukur konsentrasi berbagai bahan kimia di udara, sementara udara LIDAR dapat
digunakan untuk mengukur tinggi dan memiliki obyek di lapangan yang lebih
akurat dibandingkan dengan teknologi radar. Vegetasi jarak jauh adalah
penerapan prinsip LIDAR.
4)
Radiometers dan photometers adalah instrumen yang paling umum digunakan, dan
mengumpulkan data tercermin emitted radiasi dalam berbagai frekuensi. Yang
paling umum yang terlihat dan sensor inframerah, diikuti oleh microwave, gamma
ray dan jarang, ultraungu. Mereka dapat juga digunakan untuk mendeteksi emisi
Spectra berbagai bahan kimia, menyediakan data kimia konsentrasi dalam suasana.
5)
Stereographic atau foto udara yang sering digunakan untuk membuat peta
topografi oleh Citra Analis, Terrain Analis di trafficability raya dan
departemen untuk rute potensial.
6)
Simultaneous multi-platform seperti Landsat telah digunakan sejak 70's. Tematik
mappers ini mengambil gambar dalam beberapa wavelengths dari radiasi
elektro-magnetik (multi-hantu) dan biasanya ditemukan pada pengamatan satelit
bumi, misalnya program lansat atau IKONOS satelit. Peta tanah dan penutup lahan
dari pemetaan tematik dapat digunakan pertambangan,mineral, mendeteksi atau
memantau penggunaan tanah, hutan, dan memeriksa kesehatan adat dan tanaman
perkebunan, termasuk seluruh daerah pertanian atau hutan.
7) Di
dalam medan peperangan dan berbahaya pengindraan jarak jauh memungkinkan untuk
tindak lanjut dan memantau daerah berisiko dalam jangka panjang, untuk
menentukan faktor desertifikasi, untuk mendukung para pengambil keputusan dalam
menentukan langkah-langkah yang relevan dari pengelolaan lingkungan hidup, dan
untuk menilai dampak – dampaknya.
c. Penerapan Teknologi
Inderaja Untuk Penangkapan Ikan
Inderaja dengan menggunakan satelit merupakan sarana yang sangat bermanfaat
dalam mengelola sumberdaya perikanan secara bijaksana, termasuk kegunaanya
untuk mendeteksi zona potensi penangkapan ikan. Untuk perikanan, bukanlah ikan
yang tampak langsung, tetapi adalah fenomena alam yang memungkinkan adanya ikan
di suatu tempat, karena pada tempat itu banyak terdapat makanan ikan dan mempunyai
kondisi lingkungan yang sesuai dengan jenis ikan tertentu.
Terdapat sejenis plankton
yang mengandung klorofil (zat hijau daun). Plankton ini merupakan makanan
ikan-ikan kecil yang pada gilirannya akan menjadi makanan bagi ikan yang lebih
besar. Jadi dengan mendeteksi lokasi klorofil, maka secara tak langsung akan
mendeteksi lokasi yang mungkin banyak ikannya. Cara mendeteksi klorofil ini,
pada dasarnya adalah sangat sederhana. Sensor yang ada pada satelit diberi
filter hijau (band hijau) secara digital, artinya detektor akan mendeteksi
sinar hijau saja. Jadi sensor mendeteksi klorofil yang ada di laut. Tentu saja
sangat perlu dilakukan beberapa sample pengukuran di laut (in-site, pengukuran
di tempat), karena belum tentu sinar hijau yang dicatat oleh sensor satelit
berasal dari klorofil. Setelah melakukan pengukuran di beberapa tempat dengan
kapal misalnya, maka kini dapat dilakukan interpolasi atau ekstrapolasi
terhadap data / citra satelit yang mempunyai liputan yang sangat luas itu;
situasi klorofil pada lokasi yang luas dapat ditentukan dengan cepat.
Seterusnya para nelayan akan diberi tahu untuk menentukan daerah operasi
mereka.
d. Pengukuran kondisi
atau faktor oseanografi perairan dilakukan dengan cara :
·
Suhu
Pengukuran suhu dilakukan
setiap jam di lokasi penangkapan ikan. Pengukuran suhu permukaan laut digunakan
untuk verifikasi perhitungan suhu dari satelit NOAA. Jadwal lintasan satelit
NOAA diperoleh dari prediksi orbit dari stasiun NOAA.
·
Salinitas
Salinitas diukur pada saat penangkapan di lokasi ZPPI.
·
Arus permukaan
Arus permukaan diukur di lokasi penangkapan ikan, baik arah maupun kecepatannya
·
Kedalaman perairan, kondisi laut, cuaca
Ketiga parameter tersebut
diukur di lokasi ZPPI pada saat penangkapan ikan dilakukan. Kedalaman perairan
diukur dengan menggunakan fish finder
e. Ada dua jenis penginderaan jarak jauh.
1)
Penginderaan Pasif , Sensor mendeteksi radiasi alam yang tercermin emitted atau
objek atau sekitarnya yang diamati. Tercermin dari sinar matahari biasanya
penginderaan ini menggunakan sumber radiasi diukur oleh sensor pasif. Contoh
penginderaan pasif termasuk sensor film fotografi, infra-merah, yang
digabungkan perangkat, dan radiometers. , di sisi lain, energi emits untuk
memindai benda dan daerah mana yang pasif Sensor kemudian mendeteksi dan
mengukur radiasi yang dipantulkan atau backscattered dari target.
2)
Penginderaan aktif, Radar adalah contoh penginderaan aktif dari jarak jauh di
mana waktu tunda antara emisi dan kembali diukur, membangun lokasi, ketinggian,
kecepatan dan arah obyek.
2.2. Biologi
oseanograffi
a. Pengertian
Oseanografi
Dengan kata lain Oceanografi itu ialah Scientific study dan
explorasi lautan dan laut-laut serta semua aspek-aspek dan fenomenanya.
Termasuk sedimen,batuan yang membentuk dasar laut, interaksi antara laut dengan
atmosfer, pergerakan air, serta faktor-faktor tenaga yang menyebabkan adanya
gerakan tersebut baik tenaga dari dalam maupun tenaga dari luar, kehidupan
organisma, susunan kimia air laut, serta asal mula terjadinya lautan dan
laut-laut purbakala. Oleh karena itu oceanografi dikatakan sebagai suatu
disiplin ilmu mengenai laut yang terdiri dari beberapa cabang ilmu pengetahuan
seperti ilmu geologi, meteorology, biologi, kimia fisis, geofisika, geokimia,
gerakan mekanis dan aspek-aspek teoritis yang harus menggunakan ilmu pasti.
Cakupan oseanografi
yaitu organisme lsut dan dinamika fluida, tektonik lempeng dan geologi dasar
laut, dan aliran berbagai zat kimia dan sifat fisik di dalam samudra dan pada
batas- batasnya, juga mengenai samudra dan memahami proses di dalamnya, seperti
proses biologi, kimia, geologi, meteorology, dan fisika.
Sahala Hutabarat dan Stewart
M.Evans (1985: 1), oseanografi dibagi menjadi empat cabang ilmu, yaitu :
1) Fisika
Oseanografi
Fisika oseanografi yaitu
ilmu yang mempelajari hubungan antara sifat-sifat fisika yang terjadi dalam
lautan sendiri dan yang terjadi antara lautan dengan atmosfer dan daratan
termasuk kejadian-kejadian seperti terjadinya tenaga pembangkit pasang dan
gelombang,arus,temperatur air laut, iklim dan sistem arus yang terdapat di
lautan.
2) Geologi
Oseanografi
Yaitu yang mempelajari
lantai samudra atau litosfer di bawah laut. Ilmu geologi penting artinya bagi
kita dalam mempelajari asal terbentuknya lautan, termasuk di dalamnya
penelitian tentang lapisan kerak bumi, gunung berapi dan terjadinya gempa bumi.
Geologi oseanografi juga menjelaskan struktur dari bebatuan dan bentuk- bentuk
fisik dari lautan tersebut, misalnya adanya palung laut, lembah laut, lubuk
laut, lembah, dll serta memelajari terjadinya patahan- patahan yang menyebabkan
gempa bumi di laut.
3) Kimia
Oseanografi
Kimia oseanografi yaitu ilmu
yang berhubungan dengan reaksi-reaksi kimia yang terjadi di dalam dan di dasar
laut dan juga menganalisa sifat-sifat dari air laut itu sendiri.Misalnya kadar
garam yang terdapat dalam air laut, zat- zat kimia yang mencemari, dll.
Garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida (55%),
natrium (31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potasium (1%) dan
sisanya (kurang dari 1%) teridiri dari bikarbonat, bromida, asam borak,
strontium dan florida. Tiga sumber utama garam-garaman di laut adalah pelapukan
batuan di darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal
(hydrothermal vents) di laut dalam.
4) Biologi
Oseanografi
Biologi oseanografi adalah
cabang ilmu oseanografi yang sering dinamakan Biologi Laut yang mempelajari
semua organisme yang hidup di lautan termasuk binatang-binatang yang berukuran
sangat kecil (plankton) sampai yang berukuran besar dan tumbuh-tumbuhan air
laut. Di lautanpun juga terdapat kehidupan seperti di daerah terestial,
misalnya fitoplankton, zooplankton, terumbu karang, nekton, bentos, dan lain-
lain.
b. Pembagian ilmu oseanografi biologi
Pada pembagian bidang ilmu
oseanografi talah disebutkan bahwa terdapat cabang ilmu biologi oseanografi.
Pada biologi oseanografi, kajian yang dipelajari adalah kehidupan di laut, baik
mempelajari tentang makhluk hidup yang ada di laut maupun interaksinya dengan
lingkunganya. Biologi oseanografi dipelajari karena beberapa alasan antara
lain; laut merupakan penyedia sumber makanan, penyedia sumber obat, tempat
rekreasi dan pariwisata. Biologi kelautan mencakup skala yang luas, dari mikro
seperti plankton dan fitoplankton sampai hewan besar seperti paus.Dalam
penerapannya, antara oseanografi dan biologi khususnya biologi kelautan
mempunyai saling keterkaitan. Seperti contoh suatu ekosistem perairan laut
mempunyai suatu keadaan lingkungan laut yang bisa mempengaruhi jumlah komunitas
mahkluk hidup yang tinggal di laut tersebut. Keadaan laut tersebut bisa
dipelajari dalam oseanografi. Keadaan laut yang dipelajari tidak hanya tentang
cuaca di atas laut, tetapi juga keadaan lautnya, bagaimana kedalaman lautnya,
bagaimana arus air lautnya serta bagaimana kandungan zat kimia yang mungkin
terlarut dalam air laut tersebut.
Faktor-faktor yang ditinjau
antara lain :
·
Batimetri,
·
Keterbukaan perairan,
·
pola arus,
·
pasang surut,
·
masukan dari daratan,
·
konsentrasi klorofil-a, dan nutrien esensial.
3.3. Peramalan upaya
perikanan tangkap
1. peramalan secara modern
dengan menggunakan remote sensing
Mengapa penting :
Untuk keakuratan estimasi fishing ground, yang perlu dilakukan
mengkolaborasikan data acoustic, citra satelit remote sensing dan data
oseanograifi dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Langkah
dasarnya dengan metode remote sensing satelit, secara ex situ kita harus
menemukan perairan yang memiliki klorofil (plankton).
b)
Kemudian, menganalisis hubungannya dengan data oseanografi (suhu, salinitas dan
arus) yang juga didapatkan dari satelit dan instrumen oseanografi yaitu argo
float.
c)
Kemudian hasil analisis data dari dua instrumen tersebut (satelit dan argo
float) dibuat peta estimasi fishing ground yang up to date. Selanjutnya peta
estimasi tersebut direlay ke armada penangkapan. Berbekal peta estimasi
tersebut armada segera menuju lokasi yang telah diestimasi, lalu
mengkolaborasikan peta tersebut dengan data acoustic yang didapatkan dengan
echosounder secara in situ (langsung) pada perairan, kemudian dilakukan
pemanfaatan (penangkapan) ikan.
a. Penerapan Teknologi
Pengindraan Jauh (remote sensing) Untuk Penangkapan Ikan
Pemanfaatan teknlogi Pengindraan jauh untuk sumberdaya perikanan didasari oleh
suatu kajian mengenai karakteristik permukaan laut dimana dari sekian banyak
karakteristik permukaan laut yang di deteksi oleh satelit pada prinsipnya ada
tiga elemen utama yang digunakan untuk penentuan potensi daerah penangkapan
ikan yaitu: suhu permukaan laut (SPL) dan persebaran klorofil. Terdapat sejenis
plankton yang mengandung klorofil (zat hijau daun). Plankton ini merupakan
makanan ikan-ikan kecil yang pada gilirannya akan menjadi makanan bagi ikan
yang lebih besar. Jadi dengan mendeteksi lokasi klorofil, maka secara tak
langsung akan mendeteksi lokasi yang mungkin banyak ikannya. Cara mendeteksi
klorofil ini, pada dasarnya adalah sangat sederhana.
Sensor yang ada pada satelit diberi filter hijau (band hijau) secara digital,
artinya detektor akan mendeteksi sinar hijau saja. Jadi sensor mendeteksi
klorofil yang ada di laut. Tentu saja sangat perlu dilakukan beberapa sample
pengukuran di laut (in-site, pengukuran di tempat), karena belum tentu sinar
hijau yang dicatat oleh sensor satelit berasal dari klorofil. Setelah melakukan
pengukuran di beberapa tempat dengan kapal misalnya, maka kini dapat dilakukan
interpolasi atau ekstrapolasi terhadap data / citra satelit yang mempunyai
liputan yang sangat luas itu; situasi klorofil pada lokasi yang luas dapat
ditentukan dengan cepat. Seterusnya para nelayan akan diberi tahu untuk
menentukan daerah operasi mereka.
Lokasi tempat berkumpulnya
ikan dapat ditentukan dengan kombinasi antara lain :
ü lokasi klorofil,
ü suhu permukaan laut
ü pola arus laut
ü cuaca, serta
karakter toleransi biologis ikan terhadap suhu air.
Terdapat beda suhu di
seantero muka laut. Hal ini disebabkan oleh naiknya lapisan air laut di sebelah
bawah ke atas (upwelling) karena perbedaan suhu. Kenaikan lapisan air ini juga
membawa zat makanan bagi kehidupan di laut. Jadi dengan mendeteksi upwelling
akan dapat pula memberi petunjuk akan adanya ikan. Di samping itu setiap jenis
ikan memiliki zona suhu yang tertentu sebagai habitatnya. Satu alternatif yang
sangat tepat untuk mengatasi masalah tersebut di atas adalah menggunakan teknologi
penginderaan jauh.
b. Aplikasi
penginderaan jauh ( remote sensing) di bidang perikanan
·
Pendeteksian Ikan secara langsung
Untuk keperluan penangkapan ikan dan pendugaan stok ikan, pendeteksian ikan
secara langsung dilakukan dengan 2 cara Menggunakan tranportasi udara Pengamat
terbang dan mencari kumpulan ikan (fish schooling). Pendeteksian yang dilakukan
adaah identifikasi jenis, ukuran dan jumlah dari kumpulan ikan tersebut.
Pendeteksian jenis ini menuntut keahlian pengamat dalam mendeteksi ikan.
Menggunakan teknologi akustik (echosounder) Dengan menggunakan teknologi sonar,
ikan dapat dideteksi secara langsung dari atas kapal. Akurasi dan luas wilayah
pendeteksian dapat diatur secara mekanik dan elektronik. Data pendeteksian dapat
disimpan untuk diolah nanti
·
Pendeteksian Ikan secara tidak langsung
Penginderaan jauh secara tidak langsung adalah dengan menggunakan kemampuan
mendeteksi habitat yang sesuai untuk tempat berkumpulnya ikan Pendeteksian
secara berkelanjutan membutuhkan data yang berkelanjutan pula. Kemampuan
menyimpan dan mengolah data ini menjadikan Penginderaan GIS (Geographical
Information SystemàJauh
·
Pendeteksian wilayah Aquakultur
Budidaya ikan sangat
tergantung dengan lokasi. Citra saletit yang komprehensif dapat membantu
memilih lokasi yang ideal Budidaya ikan dan kerang mutiara di laut juga
memerlukan data perubahan kondisi perairan yang kontinu. Budidaya jenis ini
sangat dipengaruhi kualitas air dan kondisi perairan sebagai contoh; blooming
alga terutama jenis yang beracun (Harmful Alga Blooms HAB).
2. peramalan dengan cara tradisional
Penentuan daerah penangkapan ikan yang umum dilakukan oleh nelayan sejauh
ini masih menggunakan cara-cara tradisional, yang diperoleh secara
turun-temurun. Akibatnya, tidak mampu mengatasi perubahan kondisi oseanografi
dan cuaca yang berkaitan erat dengan perubahan daerah penangkapan ikan yang
berubah secara dinamis. Ekspansi nelayan besar ke daerah penangkapan
nelayan kecil mengakibatkan terjadi persaingan yang kurang sehat bahkan sering
terjadi konflik antara nelayan besar dengan nelayan kecil.
a. Cara nelayan
tradisional menentukan daerah penangkapan ikan ( DPI)
·
Dengan pengetahuannya mengenai keadaan angin, keadaan bulan dan pasang surutnya
air
·
DenganWarna air laut
·
Mengadakan baringan dengan cara sederhana, dengan mengambil sebagai patokan
puncak gunung/puncak mercusuar/letak suatu pulau yg kelihatan dari lokasi itu
·
Memberi tanda berupa tonggak atau tanda lain yang diberi pemberat sebagai
jangkar
·
Dengan perasaan dan penglihatan orang yang berpengalaman dalam penangkapan ikan
b. Rumpon salah satu
alat tradisional menentukan daerah penangkapan
ikan
Rumpon merupakan salah
satu alat bantu untuk meningkatkan hasil tangkapan dimana mempunyai
kontruksinya menyerupai pepohonan yang di pasang (ditanam) di suatau tempat di
perairan laut yang berfungsi sebagai tempat berlindung, mencarai makan,
memijah, dan berkumpulnya ikan. Sehingga rumpon ini dapat diartikan
tempat berkumpulnya ikan di laut, untuk mengefisienkan oprasi
penangkapan bagi para nelayan.
Rumpon merupakan alat bantu penangkapan ikan yang fungsinya sebagai
pembantu untuk menarik perhatian ikan agar berkumpul disuatu tempat yang
selanjutnya diadakan penangkapan. Dengan makin majunya rumpon telah
menjadi salah satu alternatif untuk menciptakan daerah penangkapan buatan dan manfaat
keberadaannya cukup besar. Sebelum mengenal rumpon, nelayan menangkap ikan
dengan cara mengejar ikan atau menangkap kelompok ikan di laut, kini dengan
makin berkembangnya rumpon maka pada saat musim penangkapan, lokasi
penangkapan menjadi pasti di suatu tempat. Dengan telah ditentukan daerah
penangkapan maka tujuan penangkapan oleh nelayan dapat menghemat bahan bakar,
karena mereka tidak lagi mencari dan menangkap kelompok renang ikan dengan
menyisir laut yang luas. Nelayan di beberapa daerah telah banyak yang
menerapkan rumpon ini. Di Utara Pulau Jawa telah lama mengenal rumpon
untuk memikat ikan agar berkumpul di sekitar rumpon, sehingga memudahkan
penangkapan .
c. Fungsi dan Manfaat
Rumpon
Direktorat Jenderal Perikanan (1995) melaporkan beberapa keuntungan dalam
penggunaan rumpon yakni : memudahkan pencarian gerombolan ikan, biaya
eksploitasi dapat dikurangi dan dapat dimanfaatkan oleh nelayan kecil.
Fungsi rumpon sebagai alat bantu dalam penangkapan ikan adalah sebagai berikut
:
1) Sebagai
tempat mengkonsentrasi ikan agar lebih mudah ditemukan gerombolan
ikan dan menangkapanya.
2) Sebagai
tempat berlindung bagi ikan dari pemangsanya
3) Sebagai
tempat berkumpulnya ikan
4) Sebagai
tempat daerah penangkap ikan
5) Sebagai
tempat mencari makan bagi ikan.berlindung jenis ikan tertentu dari serangan
ikan predator
6) Sebagai
tempat untuk memijah bagi ikan.
7) Banyak
ikan-ikan kecil dan plankton yang berkumpul disekitar rumpon dimana
ikan dan plankton tersebut merupaka sumber makanan bagi ikan besar.
8) Ada
beberapa jenis ikan seperti tuna dan cakalang yang menjadi rumpon sebagai
tempat untuk bermain sehingga nelayan dapat dengan mudah untuk menangkapnya.
Sedangkan manfaatnya adalah
sebagai berikut :
1.
Memudahkan nelayan menemukan tempatuntuk mengoperasikan alat
tangkapnya.
2.
Mencegah terjadinya destruktif fishing, akibat penggunaan bahan peledak
dan bahan kimia/beracun.
3.
Meningkatkan produksi dan produktifitas nelayan.
Nelayan dapat mengetahui
banyak ikan di daerah rumpon dengan beberapa ciri yang khas yaitu :
1.
Banyaknya buih-buih atau gelembung udara dipermukaan air.
2. Warna
air akan telihat lebih gelap dibandingkan dengan warna air disekitarnya karena
banyak ikan yang bergerombol.
3. Adanya
burung yang berkeliaran di permukaan laut.
4. Adanya
gelondong-gelondong kayu yang hanyut di permukaan laut.
5. Adanya
kelompok ikan lumba-lumba di permukaan laut.
4.4. Silvofishery
Pengertian dan Definisi dari Silvofishery atau Wanamina adalah suatu pola
agroforestri yang digunakan dalam pelaksanaan program perhutanan sosial di
kawasan hutan mangrove. Petani dapat memelihara ikan dan udang atau jenis
komersial lainnya untuk menambah penghasilan, di samping itu ada kewajiban
untuk memelihara hutan Mangrove. Jadi prinsip silvofishery adalah perlindungan
tanaman mangrove dengan memberikan hasil dari sektor perikanan. Sistem ini
mampu menambah pendapatan masyarakat dengan tetap memperhatikan kelestarian
hutan mangrove. Silvofishery yang telah dikembangkan selama ini menggunakan
jenis Rhyzophora sp.
Silvofishery Pengelolaan
terpadu mangrove-tambak diwujudkan dalam bentuk sistem budidaya perikanan yang
memasukkan pohon mangrove sebagai bagian dari sistem budidaya yang dikenal
dengan sebutan wanamina (silvofishery). Silvofishery pada dasarnya ialah
perlindungan terhadap kawasan mangrove dengan cara membuat tambak yang
berbentuk saluran yang keduanya mampu bersimbiosis sehingga diperoleh kuntungan
ekologis dan ekonomis (mendatangkan penghasilan tambahan dari hasil
pemeliharaan ikan di tambak. Pemanfaatan mangrove untuk silvofishery saat ini
mengalami perkembangan yang pesat, karena system ini telah terbukti
mendatangkan keuntungan bagi pemerintah dan nelayan secara ekonomis. Fungsi mangrove
sebagai nursery ground sering dimanfaatkan untuk kepentingan pengembangan
perikanan (sivofishery). Keuntungan ganda telah diperoleh dari simbiosis ini.
Selain memperoleh hasil perikanan yang lumayan, biaya pemeliharaannya pun
murah, karena tanpa harus memberikan makanan setiap hari. Hal ini disebabkan
karena produksi fitoplankton sebagai energi utama perairan telah mampu memenuhi
sebagai energi utama perairan telah mampu memenuhi kebutuhan perikanan
tersebut. Oleh karena itu keberhasilan silvofishery sangat ditentukan oleh
produktivitas fitoplankton.
a. Model Silvofishery
Atau Model Wanamina
Secara
umum terdapat tiga model tambak wanamina, yaitu; model empang parit,
komplangan, dan jalur. Selain itu terdapat pula tambak sistem tanggul yang
berkembang di masyarakat. Pada tambak wanamina model empang parit, lahan untuk
hutan mangrove dan empang masih menjadi satu hamparan yang diatur oleh satu
pintu air. Pada tambak wanamina model komplangan, lahan untuk hutan mangrove
dan empang terpisah dalam dua hamparan yang diatur oleh saluran air dengan dua
pintu yang terpisah untuk hutan mangrove dan empang (Bengen, 2003).
Tambak wanamina model jalur
merupakan hasil modifikasi dari tambak wanamina model empang parit. Pada tambak
wanamina model ini terjadi penambahan saluran-saluran di bagian tengah yang
berfungsi sebagai empang. Sedangkan tambak model tanggul, hutan mangrove hanya
terdapat di sekeliling tanggul. Tambak jenis ini yang berkembang di Kelurahan
Gresik dan Kariangau Kodya Balikpapan. Berdasarkan 3 pola wanamina dan pola
yang berkembang di masyarakat, direkomendasikan pola wanamina kombinasi empat
parit dan tanggul. Pemilihan pola ini didasarkan atas pertimbangan:
Penanaman mangrove di
tanggul bertujuan untuk memperkuat tanggul dari longsor, sehingga biaya
perbaikan tanggul dapat ditekan dan untuk produksi serasah.
Penanaman mangrove di tengah
bertujuan untuk menjaga keseimbangan perubahan kualitas air dan meningkatkan
kesuburan di areal pertambakan.
Luas permukaan air di dalam
tambak budidaya jenis mang-rove yang biasanya ditanam di tanggul adalah
Rhizophora sp. dan Xylocarpus sp. Sedangkan untuk di tengah/pelataran tambak
adalah Rhizophora sp. Jarak tanam mangrove di pelataran umumnya 1m x 2m pada
saat mangrove masih kecil. Setelah tumbuh membesar (4-5 tahun) mangrove harus
dijarangkan. Tujuan penjarangan ini untuk memberi ruang gerak yang lebih luas
bagi komoditas budidaya. Selain itu sinar matahari dapat lebih banyak masuk ke
dalam tambak dan menyentuh dasar pelataran, untuk meningkatkan kesuburan tambak.
b .prinsip dasar
silvofishery
Prinsip dasar silvofishery
adalah perlindungan tanaman hutan bakau dengan memberikan hasil lain dari segi
perikanan. Hal ini dapat dimengerti karena sebagian besar masyarakat yang
tinggal di sekitar hutan mangrove bermata pencaharian sebagai pencari ikan.
Jadi dengan adanya pengembangan pola sistem silvofishery, disamping sesuai dari
segi ekologis, juga selaras dengan pola hidup masyarakat sekitarnya.
Sejak tahun 1976 Perum
Perhutani selaku pengelola kawasan hutan telah mengembangkan program yang
mengintegrasikan kegiatan budidaya ikan dan pengelolaan hutan mangrove yang
dikenal dengan istilah tambak tumpang sari, tambak empang parit, hutan tambak
atau silvofishery yang semuanya bertujuan menekan laju degradasi hutan mangrove.
Silvofishery adalah suatu bentuk usaha terpadu antara hutan mangrove dan
perikanan budidaya. Pendekatan terpadu terhadap konservasi dan pemanfaatan
sumberdaya hutan mangrove memberikan kesempatan untuk mempertahankan kondisi
kawasan hutan tetap baik, disamping itu budidaya perairan payau dapat
menghasilkan keuntungan ekonomi. Faktor penting lainnya adalah teknologi ini
menawarkan alternatif yang praktis untuk tambak tetap berkelanjutan
(sustainable).
Tipe tambak silvofishery
terdiri dari tiga tipe yaitu :
·
tipe empang parit,
·
komplangan dan jalur.
·
Pola empang parit,
dimana lahan yang efektif
digunakan untuk memelihara ikan ataupun udang, hanya merupakan saluran keliling
atau caren sedangkan bagian tengahnya ditumbuhi pohon bakau. Pada pola
komplangan, tambak pemeliharaan ikan atau udang terpisah atau berdekatan dari
areal tegakan.
Tipe tambak yang terakhir
adalah tipe jalur atau model kao-kao. Pada model Kao-Kao ini mangrove ditanam
pada guludan-guludan. Lebar guludan 1-2 m dengan jarak antara guludan adalah
5-10 m (disesuaikan dengan lebar tambak). Variasi yang lain adalah mangrove
ditanam di sepanjang tepian guludan/kao-kao dengan jarak tanam 1 meter
.(Sofiawan, 2000).
c. Keuntungan model jalur
adalah ruang pemeliharaan
ikan cukup lebar, lapukan serasah tanaman dapat meningkatkan kesuburan tambak,
dan intensitas matahari cukup tinggi. Sedangkan
d. kerugiannya
adalah pembersihan
serasah tanaman bakau harus sering dilakukan dan panen harus dilakukan dengan
menggiring ikan pada satu sudut tambak. Perbandingan luas mangrove dan luas
tambak adalah 80:20 dengan hasil produksi tambak yang terbilang kecil
dikarenakan lebih mengutamakan keseimbangan ekologi perairan tersebut.
Daftar Pustaka
Anonim, 2009. Teknologi
Pengelolaan Kualitas Air Kualitas Air Dan Pengukurannya. Tersedia online di
:http://www.sith.itb.ac.id/d4_akuakultur_kultur_jaringan/bahan-kuliah/1_Teknologi_Pengelolaan_Kualitas_Air_KUALITAS_AIR_DAN_PENGUKURANNYA.pdf.
Online tanggal 28 Oktober 2010.
Sucipto, Adi. 2008. Pengaruh
salinitas dalam proses ormoregulasi ikan.
http://naksara.net/index.php?option=com_content&view=article&id=85:pengaruh-salinitas- dalam-proses-
Bengen, D. G., 2000. Pedoman
Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat
Kajian
Sumberdaya Pesisir dan Lautan. IPB 58
hal.
Brandt Tso, Paul Mather,
2009, Classification Methods For Remotely Sensed Data, Taylor &
Francis Group, LLC
Dahuri, Rokhmin., J. Rais.,
S.P.Ginting., M.J.Sitepu. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir
Dan Lautan Secara
Terpadu. Cetakan kedua, Penerbit Pradnya Paramita. Jakarta.
Anonim. 2007. Klasifikasi
Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan, Direktorat
Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Balai Riset Penangkapan
Laut-BRKP, 1996.Musim Penangkpan Ikan Pelagis Besar (ikan Tuna).
http://www.fishyforum.com/fishysalt/fishyronment/96-
musim-penangkapan-ikan-pelagis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar