Bibit sebaiknya
dipilih dari tanaman yang masih segar yang dapat diperoleh dari tanaman rumput
laut yang tumbuh secara alami maupun dari tanaman budidaya. Penyediaannya
segera dilakukan setelah konstruksi rakit kegiatan budidaya telah terpasang dan
sumber bibit telah tersedia. Bibit yang digunakan berupa stek, harus baru,
serta masih muda dan banyak cabang.
Kriteria Bibit :
Dalam penyediaan bibit sebaiknya diseleksi bibit yang baik dari
hasil panen dengan ciri-ciri : (a). Bercabang banyak, rimbun
dan runcing (b). Tidak terdapat bercak dan terkelupas (c). Warna spesifik
(cerah). (d). Umur 25 – 35 hari. Berat bibit yang ditanam adalah antara
50 – 100 gram per rumpun dan (e). Tidak terkena penyakit ice-ice.
Penanganan Bibit :
Yang
harus diperhatikan dalam membawa bibit agar tidak terjadi kerusakan selama
dalam perjalanan adalah :
§ Bibit harus
tetap dalam keadaan basah/lembab selama dalam perjalanan
§ Tidak terkena
air tawar atau hujan
§ Tidak terkena minyak atau kotoran-kotoran lain
§ Jauh dari sumber panas seperti mesin kendaraan dan lainnya
§ Tidak terkena
sinar matahari.
Sedangkan ciri-ciri
bibit yang tidak baik adalah :
§ warna
kemerahan
§ Thallus
berlendir
§ Bau tidak
enak/busuk
§ Thallus
rusak/patah-patah.
§ Tidak ada bagain
thallus yang transparan tidak berpigmen.
Cara pengepakan bibit
:
§ Kantong plastik lebar sesuai dengan potongan-potongan bibit yang
akan dibawa
§ Bibit rumput laut dimasukan ke dalam kantong plastik tanpa
dipadatkan supaya bibit tidak rusak, kemudian diikat.
§ Bagian atas kantong dilubangi dengan jarum untuk sirkulasi
udara
§ Kantong plastik dimasukkan ke dalam kotak karton
Setelah sampai di tujuan, bibit harus segera dibuka dan direndam dalam air
laut yang diberi aerasi kemudian diseleksi selanjutnya siap dilakukan
penanaman.
Metode Budidaya
Rumput Laut Eucheuma sp
Budidaya Eucheuma
dapat dilakukan dengan 5 (lima) metode yaitu : metoda lepas dasar, metoda
rakit apung, metode long line (rawai), metode jalur (kombinasi), dan metode
kantong jaring.
Metoda Lepas Dasar
Metode ini dilakukan
di atas dasar perairan yang berpasir atau pasir berlumpur. Hal ini
penting untuk memudahkan penancapan patok/pacang. Penancapan patok akan
sulit dilakukan bila dasar perairan terdiri dari batu karang. Patok
terbuat dari kayu yang berdiameter sekitar 5 cm sepanjang 1 m yang salah
satu ujungnya runcing. Jarak antara patok untuk merentangkan tali ris sekitar
2,5 m. Setiap patok dipasang berjajar dan dihubungkan dengan tali ris
polyethylen(PE) berdiameter 8 mm. Jarak antara tali rentang sekitar 20 cm. Tali
ris yang telah berisi ikatan tanaman direntangkan pada tali ris utama dan
posisi tanaman budidaya berada sekitar 30 cm diatas dasar perairan (perkirakan
pada saat surut terendah masih tetap terendam air).
Metode lepas dasar
biasanya berukuran 100 m x 5m. Luasan ini membutuhkan bahan-bahan sebanyak :
Æ Patok kayu :
panjang 1 m (diameter 5 cm) sebanyak 275 buah
Æ Tali rentang
: bahan PE (diameter 3,5 – 4 mm) sebanyak 10 kg
Æ Tali ris :
bahan PE (diameter 8 mm) sebanyak 15 kg
Æ Tali PE
(diameter 1-2 mm) sebanyak 1 kg
Æ Bibit rumput
laut sebanyak 1.000 kg (ukuran bibit biasanya 50-100
gram/titik)
Metode Rakit
Apung
Metode rakit apung
adalah cara pembudidayaan rumput laut dengan menggunakan rakit yang terbuat
dari bambu/kayu. Metode ini cocok diterapkan pada perairan berkarang dengan
pergerakan airnya didominasi oleh ombak. Ukuran tiap rakit sangat bervariasi
bergantung pada ketersediaan material dan disesuaikan dengan kondisi perairan
tetapi pada prinsipnya tidak terlalu besar sehingga mempermudah perawatan
rumput laut yang ditanam. Metoda rakit apung cocok dilakukan pada
kedalaman lebih dari 2 meter.
Untuk menahan agar
rakit tidak hanyut terbawa oleh arus digunakan jangkar atau patok dengan tali
penahan (rope) yang berukuran 9 mm. Untuk menghemat areal dan memudahkan
pemeliharaan, beberapa rakit dapat dijadikan satu dan tiap rakit diberi jarak
sekitar 1 meter.
Keuntungan
pemeliharaan dengan metode ini adalah antara lain pemeliharaan mudah dilakukan,
tanaman terbebas dari gangguan hama, pemilihan lokasi lebih fleksibel dan
intensitas cahaya matahari lebih besar. Kelemahan dari metode ini adalah biaya
yang dibutuhkan untuk pembuatan sarana budidaya relatif tinggi, tanaman sering
muncul kepermukaan air terutama saat laut kurang berombak sehingga dapat
menyebabkan cabang-cabang tanaman menjadi pucat karena kehilangan pigmen dan
akhirnya akan mati.
Untuk pemeliharan
yang efektif dan efisien, umumnya 1 unit usaha terdiri dari 20 rakit yang
masing-masing rakit berukuran 5 m x 2,5 m. Satu rakit terdiri dari 24 tali
dengan jarak antara masing-masing tali 20-25 cm. Setiap tali dapat diikatkan 9
rumpun tanaman, jarak antara rumpun yang satu dengan yang lainnya adalah 25 cm,
sehingga dalam satu rakit akan terdiri dari 300 rumpun dengan berat rata-rata
per rumpun 100 gram atau dibutuhkan bibit sebanyak 30 kg . Pertumbuhan tanaman
dengan menggunakan metode apung, umumnya lebih baik daripada metode lepas
dasar, karena pergerakan air dan intensitas cahaya lebih baik bagi pertumbuhan
rumput laut.
Sarana dan peralatan
yang diperlukan untuk 1 unit usaha budidaya rumput laut berukuran 5 m x 2,5 m
adalah sebagai berikut :
Æ bambu
sebanyak 80 batang
Æ tali rakit PE
berdiameter 10 mm sebanyak 6 kg
Æ tali rentang
PE (diameter 3,5 mm – 4 mm) sebanyak 33 kg
Æ jangkar
4 buah
Æ tali D15 60
gulung
Æ tempat
penjemuran 1.2 m x 10 m
Æ peralatan
budidaya (keranjang, pisau, gergaji, dan parang)
Æ perahu
jukung, sebanyak 1 unit,
Æ bibit rumput
laut sebanyak 600 kg.
Metode Rawai (Long
Line)
Metode rawai (long
line) adalah metode budidaya dengan menggunakan tali panjang yang
dibentangkan. Metode budidaya ini banyak diminati oleh masyarakat karena alat
dan bahan yang digunakan lebih tahan lama, lebih murah dan mudah untuk
didapat. Tali (diameter 8 mm) yang digunakan sepanjang 50 – 100 meter yang pada
kedua ujungnya diberi jangkar dan pelampung besar, kemudian setiap 25 meter
diberi pelampung utama yang dapat terbuat dari drum plastik atau styrofoam
kemudian pada setiap jarak 5 meter diberi pelam-pung yaitu berupa potongan
styrofoam/ karet sandal atau botol aqua bekas 500 ml yang berfungsi untuk
memudahkan pergerakan tanaman setiap saat.
Sewaktu memasang tali utama
harus diperhatikan arah arus pada posisi sejajar atau sedikit
menyudut untuk menghindari terjadinya belitan tali satu dengan lainnya.
Bibit rumput laut seberat 100 gram diikatkan sepanjang tali dengan jarak titik
20-25 cm. Antara tali satu dengan lainnya berjarak antara 1-3 m dengan
mempertimbangkan kondisi arus dan gelombang setempat.
Jarak antar blok selebar 1 m (dalam satu blok terdapat 4 tali) yang
berfungsi untuk jalur sampan pengontrolan (jika dibutuh-kan). Untuk satu hektar
hamparan dapat dipasang 142 tali, @ 500 titik atau diperoleh 71.000
titik. Dengan berat bibit awal 100 gram maka untuk 1 ha areal dibutuhkan
bibit 7.100 kg .
Panen dilakukan setelah rumput laut berumur lebih kurang 45 hari.
Bila 100 gram bibit dapat mengasilkan 1 kg, maka panen diperkirakan dapat
mencapai 71.000 kg per ha. Bibit untuk penanaman berikutnya dapat diambil
dari seleksi hasil panen sebanyak 10%-nya atau sebanyak 7.100 kg, sehingga
hasil panen yang dikeringkan sebanyak 62.900 kg basah atau 7.800 kg kering
(dengan konversi 1 : 8).
Sarana dan peralatan yang diperlukan untuk 1 unit usaha budidaya rumput
laut dengan metode long-line adalah sebagai berikut:
Bahan dan alat utama
:
Æ Tali titik
(ukuran 0,4 cm) sebanyak 10 kg
Æ Tali jangkar
(diameter 10 mm) sebanyak 50 kg
Æ Tali jangkar
sudut (diameter 6 mm) sebanyak 10 kg
Æ Jangkar
tancap dari kayu (diameter 50 mm) sebanyak 104 buah
Æ Pelampung
styrofoam sebanyak 60 kg
Æ Pelampung
botol aqua/karet sandal secukupnya
Sarana penunjang :
Æ Perahu sampan
sebanyak 1 buah
Æ Timbangan
seberat 100 kg
Æ Waring 50 m3
Æ Para-para
penjemuran dari kayu/bambu (ukuran 6 m x 8 m) sebanyak 3 unit
Æ Pisau kerja 5
buah
Æ
Masker/snorkel 1 buah
Æ Karung
plastik (ukuran 50 kg) sebanyak 1000 lembar
Metode Jalur
(Kombinasi)
Metode ini merupakan kombinasi antara metode rakit dan metode long line.
Kerangka metode ini terbuat dari bambu yang disusun sejajar. Pada kedua ujung
setiap bambu dihubungkan dengan tali PE 0,6 mm sehingga membentuk persegi
panjang dengan ukuran 5 m x 7 m perpetak. Satu unit terdiri dari 7 – 10 petak.
Pada kedua ujung setiap unit diberi jangkar seberat 100 kg.
Penanaman dimulai dengan mengikat bibit rumput laut ke tali jalur yang telah
dilengkapi tali PE 0,1 cm sebagai pengikat bibit rumput laut. Setelah
bibit diikat kemudian tali jalur tersebut dipasang pada kerangka yang
telah tersedia dengan jarak tanam yang digunakan minimal 20 cm x 30 cm.
Metode Keranjang
(kantong jaring)
Metode keranjang adalah metode budidaya rumput laut dengan menggunakan kantong
jaring sebagai alat produksi. Kantong jaring tersebut diikatkan pada lali (long
line) atau pada rakit. Metode ini digunakan untuk mengatasi serangan ikan dan
penyu.
Dalam metode ini digunakan kantong jaring dengan ukuran 1 – 1.5 inchi yang
terbuat dari tali PE ukuran D18-21. kantong memiliki ukuran diameter 30 – 50 cm
dan tinggi 50 – 75 cm dan ditunjang oleh rangka kawat. Kantong digantungkan
pada tali atuu rakit dengan jarak 50 – 100 cm antara kantong.
Persyaratan lokasi metode ini adalah arus harus lebih kuat (25 – 40 cm/detik)
sehingga sirkulasi air cukup baik. Kecepatan arus yang kurang baik akan
mengakibatkan rumput laut mati dan membusuk karena kurang oksigen dan nutrien.
Beberapa pengalamn menggunakan metode ini adalah sbb: a) biomas pada saat awal
penanaman 0.5 kg ; b) lama pemeliharaan 45 – 60 hari ; c) biomas akhir 7 – 10
kali biomas awal (dapat mencapai 5 kg/kantong). Bahan dan peralatan yang
diperlukan dalam metode ini adalah :
§ Kantong
jaring
§ Tambang utama
(12 mm)
§ Tambang ris
(10 mm)
§ Tambang
jangkar (20 mm)
§ Jangkar
§ Pelampung
utama (V : 10 L)
§ Pelampung
antara (V : 1 – 5 L)
Selain sarana
utama, metode ini membutuhkan sarana penunjang seperti pada metode
lainnya.
Perawatan
Keberhasilan suatu usaha rumput laut sangat tergantung pada perawatan. Perawatan harus
dilakukan setiap hari untuk
membersihkan tanaman dari tumbuhan pengganggu
dan menyulam tanaman yang mati dan terlepas. Khusus untuk kegiatan
penyulaman hanya dilakukan pada minggu pertama setelah rumput laut
ditanam.
Monitoring
pertumbuhan rumput laut perlu dilakukan beberapa kali dengan cara
sampling. Berat awal bibit berkisar antara 50 – 100 gram. Sampling pertma
dilakukan setelah tanaman berumur 21 hari. Sedangkan sampling
ke dua dilakukan pada saat panen . Penentuan sampel dilakukan secara
acak. Suatu kegiatan budidaya rumput laut Eucheuma Cottonii dikatakan
baik jika laju pertumbuhan rata-rata harian minimal 3
%.
SUMBER:
http//supmladong.kkp.go.id
Mulyadi A., 2014. Modul "Budidaya Rumput
Laut" sebagai Bahan Ajar. Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Ladong,
Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan, Aceh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar