Semenjak dikeluarkannya Undang-Undang
Nomor: 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, maka keamanan dan
keselamatan konsumen dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa sangat dijunjung
tinggi di era sekarang ini. Belajar juga dari pengalaman tahun 2007 dan tahun
2008 dimana pada saat itu ekspor produk perikanan jenis udang windu asal Indonesia
ditolak Uni Eropa terkait logam berat, histamin dan chloram fenicol atau
antibiotik.
Dengan memperhatikan hal tersebut di atas, maka sudah saatnya kita harus memperbaiki kualitas produk perikanan dalam negeri. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan Cara Budidaya Ikan yang Baik dan menghindari penggunaan obat antibiotik. Berdasarkan Kepmen Kelautan dan Perikanan No: 20 Tahun 2003, zat aktif yang dilarang beredar dan dipergunakan sebagai bahan obat ikan, antara lain: Nitrofuran, Ronidozol, Dapson, Chloramphenicol, Cholichicin, Chlorpromazone, Trichlorfon, Dimetildazole, Metronidazole dan Aristolochia spp.
Penggunaan antibiotik biasanya disebabkan karena pada kegiatan budidaya ikan terdapat serangan penyakit. Agar terhindar dari penggunaan bahan antibiotik tersebut maka langkah yang tepat adalah melakukan pencegahan terhadap kemungkinan munculnya penyakit pada ikan. Ada pepatah yang mengatakan bahwa “lebih baik mencegah daripada mengobati”. Dalam kegiatan usaha budidaya ikan pepatah tersebut ada benarnya juga, mencegah itu lebih baik daripada mengobati karena selain lebih ekonomis juga dapat terhindar dari kerugian yang lebih besar akibat kematian massal pada ikan. Selain itu dengan melakukan pencegahan maka kemungkinan untuk menggunakan bahan antibiotik akan semakin berkurang atau sama sekali tidak digunakan pada budidaya ikan.
Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah munculnya penyakit pada ikan adalah dengan memperhatikan 5 (lima) komponen budidaya. Komponen tersebut, antara lain: wadah (kolam), media (air), ikan, pakan dan manusia (human).
1) Wadah (kolam)
Persiapan kolam sebagai wadah budidaya
ikan harus diperhatikan dengan benar. Persiapan kolam yang baik adalah minimal
dalam tahapan kegiatannya melakukan kegiatan pengeringan, pengolahan tanah,
pengapuran, pemupukan dan perbaikan pematang.
Pengeringan bertujuan untuk
memutus siklus hidup penyakit. Dilakukan kira-kira selama tiga minggu atau
disesuaikan dengan intensitas sinar matahari pada lokasi kolam sampai dasar
kolam terlihat retak-retak. Pengolahan tanah bertujuan untuk
menggemburkan kontruksi tanah agar bahan/zat racun dapat ternetralisir dan
kandungan oksigen dalam tanah meningkat. Pengolahan tanah dapat dilakukan
dengan cara mencangkul atau membajak tanah dengan prinsip untuk membalikan
lapisan tanah. Pengapuran digunakan untuk menstabilkan pH
tanah dan air serta dapat membunuh bakteri dan parasit. Kapur yang digunakan
yaitu kapur pertanian (dolomit) dengan cara kapur ditebar merata pada permukaan
tanah. Pemupukan digunakan untuk menyuburkan kolam dan
menumbuhkan fitoplankton sebagai pakan alami. Sebaiknya pupuk yang digunakan
adalah jenis pupuk organik. Perbaikan Pematang dilakukan
bertujuan untuk memperbaiki kontruksi kolam agar hama/predator dan pembawa
penyakit pada ikan tidak mudah masuk ke dalam kolam.
2) Media (air)
Dalam lingkup budidaya, kualitas air
secara umum mengacu pada kandungan polutan atau cemaran yang terkandung dalam
air dalam kaitannya untuk menunjang kehidupan ikan dan kondisi ekosistem yang
memadai. Ikan hidup dalam lingkungan air dan melakukan interaksi aktif antara
keduanya. Air yang jernih bukan berarti air yang baik bagi ikan, karena jernih
bukan satu-satunya sarat air berkualitas bagi ikan. Lima syarat utama kualitas
air bagi kehidupan ikan adalah:
• Rendah kadar amonia dan nitrit
• Bersih secara kimiawi
• Memiliki pH, kesadahan, dan temperatur
yang sesuai
• Rendah kadar cemaran organik, dan
• Stabil
Apabila persyaratan tersebut dapat
dijaga dan dipelihara dengan baik, maka ikan yang dipelihara akan berkembang
biak dengan baik dan terbebas dari berbagai penyakit.
3) Ikan
Ikan sebagai obyek utama dalam kegiatan
budidaya tentunya sangat diharapkan pertumbuhan dan perkembangannya dengan
baik. Yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah jenis dan perlakuan terhadap
ikan.
Jenis ikan yang dibudidayakan tentunya
harus jenis ikan yang memiliki ekonomis menguntungkan untuk dibudidayakan, baik
untuk konsumsi ataupun hias. Selain itu menentukan jenis ikan yang
dibudidayakan harus memperhatikan kecocokan dengan kondisi lingkungan tempat
budidaya.
Perlakuan terhadap ikan yang
dibudidayakan meliputi : aklimatisasi ikan, karantina ikan, padat tebar dan
model budidaya (monokultur/polykultur).
Aklimatisasi ikan adalah penyesuaian
kehidupan ikan terhadap lingkungan barunya atau terhadap perubahan lingkungan
yg berlainan dari tempat asal sebagai akibat pemindahan. Tujuan dari perlakuan
ini adalah supaya ikan tidak mengalami shock/stres dan ikan akan bertahan
hidup. Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam proses aklimatisasi:
1. Apungkan kantong plastik berisi ikan pada kolam ± 10-15 menit tanpa membuka
kantong plastiknya. Tujuannya untuk menyamakan suhu air di dalam kantong
plastik dengan suhu air akuarium.
2.
Buka kantong plastik lalu tambahkan air kolam kedalam kantong plastik
sedikit demi sedikit selama ± 20-30 menit sampai kantong plastik penuh.
3.
Biarkan ikan keluar dengan sendirinya atau dapat dibantu dengan menggunakan
jaring kecil.
Karantina ikan pada lahan budidaya adalah proses pemisahan/isolasi ikan
yang baru masuk sebagai upaya pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan
penyakit ikan atau organisme pengganggu lainnya dari area lain.
Padat Tebar dalam satuan luas kolam harus disesuaikan dengan jenis dan
ukuran ikan. Padat tebar pada ikan yang bersifat karnivora, herbivora dan
omnivora tentunya jumlah padat tebarnya akan berbeda. Tujuan dari penentuan
padat tebar ini adalah untuk menciptakan kondisi budidaya yang optimal, tidak
terjadi persaingan/kompetisi ikan dalam wadah budidaya sebagai proses
pertumbuhannya.
4) Pakan
Berbagai kandungan gizi pada pakan ikan memiliki fungsi tersendiri untuk
menjaga ikan agar tetap hidup dan tumbuh: protein, lipid, dan karbohidrat
diperlukan untuk menyediakan energi, disamping itu protein pada khususnya
diperlukan untuk pertumbuhan. Komposisi pakan ikan oleh karenanya memegang
peranan yang penting. Protein yang diberikan pada ikan harus dapat menyediakan
semua asam amino esensial yang diperlukan, lipid harus mengandung jenis asam
lemak yang tepat. Berbagai jenis hara lainnya juga diperlukan tetapi jumlah
keperlukannya sangat sedikit. Proporsi keperluan gizi ikan dan jumlahnya
ditentukan oleh berbagai faktor, yaitu: spesies, tahap pertumbuhan, status
reproduksi, dan faktor-faktor luar seperti suhu, habitat, dan musim.
Pengelompokan ikan berdasarkan jenis makanannya: pemakan algae atau
tumbuhan (herbivora), pemakan daging (karnivora) dan pemakan segala (omnivora).
Dengan kebiasaan makan yang berbeda tersebut akan menjadi jelas bagi kita
mengenai permasalahan-permalahan yang mungkin timbul apabila kita memberikan
pakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan atau kebiasaan makannya. Ikan pemakan
daging pada umumnya sangat bersifat selektif, sehingga apabila dipaksakan untuk
memakan pakan berbahan dasar tumbuhan, maka perutnya tidak akan efesien dalam
mengolah jenis pakan tersebut. Akibatnya ikan bisa kelaparan dan mengalami
ketidakseimbangan gizi yang pada akhirnya akan membawanya ke kematian. Berbeda
halnya dengan ikan herbivora kebanyakan lebih bersifat pemakan fakultatif
mereka berevolusi memakan bagian tumbuhan karena makanan tersebut paling banyak
tersedia bagi mereka, akan tetapi pada dasarnya mereka gemar makanan lain yang
lebih bergizi apabila tersedia. Oleh karena itu ikan herbivora akan memakan
dengan lahap daging ikan segar yang diberikan padanya. Dan karena kandungan
gizinya lebih tinggi dibandingkan dengat diet normlanya, berupa tumbuhan, ikan
tersebut malah bisa mendapatkan gizi lebih banyak dari yang diperlukan.
Gambar: 1) Bahan (ikan segar); 2) Pembuatan Pakan dan 3) Pemberian Pakan
pada Ikan Lele
5) Manusia (human)
Unsur manusia sebagai pengelola kegiatan usaha budidaya ikan sangat
menentukan pada tingkat keberhasilan kegiatan budidaya itu sendiri. Untuk itu
pengelola harus mampu menguasai teknik dan manajemen usaha budidaya ikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar