BUDIDAYA KEPITING SISTEM KERAMBA
Sumber : http://banigemma.blogspot.com
Membangun perekonomian masyarakat pesisir
melalui budidaya kepiting bakau sistem keramba merupakan suatu pilihan yang
sangat tepat, mengingat sebagian besar pesisir berada pada posisi dataran
rendah, terdiri dari lahan rawa dan pesisir pantai yang sangat luas. Namun
potensi ini belum tergali dengan baik. Selama ini, pesisir pantai bakau yang
luas itu hanya menjadi lahan-lahan tidur dan tidak produktif.
Hanya warga masyarakat pemilik keramba
tertentu saja yang memanfaatkan lahan bakau tersebut untuk menggarap keramba
budidaya secara sangat sederhana karena terkendala pengetahuan sumber daya
manusia (SDM) dan modal untuk mengembangkannya. Umumnya pembudidaya itu
menggarap kerambanya di sekitar pesisir mangrove. Itu pun baru sebagian kecil
saja dari penduduk setempat yang berminat dalam budidaya keramba.
Karena sifatnya pembudidaya tradisional,
dengan modal yang pas-pasan dan menejemen yang kurang baik serta pemasaran yang
tidak memliki jaringan yang kuat maka tidak banyak petani tradisional
berkembang, bahkan justru banyak di antara mereka yang hanya pasrah dan tidak
mampu bertahan.
Dengan mempertimbangkan pembudidaya
tradisional yang hasilnya tidak bisa diharapkan optimal untuk mencukupi
kebutuhan para pembudidaya, maka perlu dikembangkan suatu program pembudidaya
rakyat terpadu dan berkesinambungan yang didukung dan diprogramkan secara
serentak
Program pembudidayaan ini perlu dimulai
melalui projek percontohan oleh pemerintah daerah atau swasta yang dikelola
dengan menejemen yang baik dapat dibangun secara bertahap, mulai dari keramba
kepiting bakau, ikan bandeng dan udang windu. Dari projek percontohan ini
diharapkan dapat dikembangkan menjadi usaha keramba produktif masyarakat melaui
gerakan bersama, terpadu dan berkesinambungan.
Pilihan untuk tahap pertama, dimulai dengan
keramba kepiting bakau, dengan pertimbangan bahwa budidaya kepiting bakau ini
paling mudah dipelihara dan mempunyai daya tahan yang lebih baik dibandingkan
dengan ternak perikanan lainnya. Ternak kepiting bakau dapat berkembang biak meskipun
secara alami, apalagi di dilakukan penggemukan secara modern. Pada saat musim
hujan, proses pengelupasan kulit luar kepiting lebih cepat, sehingga kepiting
bisa lebih cepat dipanen. Hasilnya pun lebih menguntungkan ketimbang bertambak
perikanan yang lain seperti bandeng dan udang windu.
Kalau bagi sebagian orang, musim hujan bisa
saja merugikan karena bisa menyebabkan banjir. Tidak demikian halnya bagi
pembudidaya kepiting yang menggunakan media keramba. Contoh di wilayah
Kecamatan Kraksaan Probolinggo Jawa Timur. Musim hujan justru sangat
menguntungkan karena omset penghasilan dari usahanya meningkat tajam.
Ahmad Fadol (30 tahun) misalnya, warga Kebon
Agung merasa mendapat berkah tersendiri pada musim hujan tiba seperti saat ini.
Betapa tidak, usaha budidaya kepiting miliknya meningkat tajam, hingga 50
persen dalam sebulan.
Usaha yang dirintis sejak tahun 2009 dengan
modal awal hanya 600 Ribu Rupiah, pada musim hujan justru bisa berlipat ganda
hingga puluhan Juta Rupiah. Sebab, pada musim hujan intensitas panas matahari
menjadi berkurang yang menyebabkan kepiting berkembang dengan baik. Di samping
itu, resiko beternak kepiting juga relatif kecil. Kepiting jarang terkena
penyakit dan jika banjir datang kepiting tidak akan hanyut karena terlindung
dalam keramba.
Pada musim kemarau, Fadol hanya bisa memanen
kepiting setiap 1 bulan saja, pada musim hujan hanya membutuhkan waktu 15 hari
untuk memanen, terutama kepiting yang berkualitas baik.
Masing-masing 1 (satu) dari 10 (sepuluh)
kerambah kepiting miliknya, bisa menghasilkan sekitar 1 kuintal kepiting siap
panen. Sementara harga jual kepiting antara 40 hingga 90 ribu rupiah
perkilogramnya. Jadi dengan 10 keramba dipastikan bisa menghasilkan uang 40
juta - 90 juta rupiah setiap kali panen.
Dengan di potong biaya operasional dan biaya
karyawan sebesar 40 persen, setiap sekali panen, Fadol bisa meraup keuntungan
bersih sekitar 20 Juta Rupiah dan dalam sebulan bisa mencapai 70 juta rupiah.
Namun agar kepiting mempunyai harga yang
tinggi di pasar, baik pasar lokal, maupun pasar ekspor maka dalam proses panen
perlu dilakukan secara selektif dengan memilih kepiting yang benar-benar siap
panen. Kriterianya adalah:
Kepiting yang sudah matang telur (harga
tinggi).
Kepiting gemuk (harganya lebih rendah
dibandingkan dengan yang matang telur).
Dengan kriteria persyaratan di atas, maka
agar kepiting yang dipasarkan mempunyai kriteria yang diinginkan para konsumen
adakalanya budidaya kepiting keramba hanya berfokus pada upaya penggemukan.
Masa yang diperlukan untuk budidaya penggemukan ini cukup 3,5 - 4 bulan sudah
bisa dipanen dengan secara serentak.
TAHAPAN DAN TEKNIK BUDIDAYA KEPITING KERAMBA
1. Memilih Metode Keramba
Metode budidaya kepiting bakau yang sesuai
dengan kondisi lahan rawa terutama di daerah pantai berpasir dan sedikit
berlumpur. Di daerah Jawa Timur sebarannya meliputi Tuban, Pasuruan, Sidoarjo,
Probolinggo hingga Banyuawangi dan Bali. Budidaya kepiting sistem karamba
adalah menggunakan sistem hamparan kotak kerangkeng dalam ukuran luas tertentu,
dengan penebaran 2 ekor bibit kepiting bakau/m2. Namun untuk mencari bibit yang
jumlahnya sampai ribuan ekor sekaligus, sesuai dengan ukuran luas tambak,
rasanya tidak mungkin. Maka untuk mencapai jumlah penebaran bibit itu dilakukan
secara bertahap, dan cara memanennyapun secara selektif pula.
2. Cara Memperoleh Bibit
Keberhasilan suatu budidaya kepiting bakau di
samping ditunjang teknik budidaya yang handal, tersedianya bibit juga sangat
menentukan. Untuk usaha budidaya penggemukan kepiting ada cara untuk memperoleh
bibit, yaitu: Para pemancing menjual kepada pedagang pengumpul, yang kemudian
oleh pedagang pengumpul diseleksi sesuai dengan ukuran yang sudah ditentukan.
Untuk ukuran bibit langsung dijual kepada petani pembudidaya. Biasanya ukuran
bibit kepiting bervariasi antara 100 – 200 gr. Harga bibit kepiting bakau
bervariasi antara Rp. 3.000 -Rp.4.000 per ekor. Bibit kepiting bakau yang bagus
dapat diperoleh dari Kota Tarakan Kalimantan Timur. Namun untuk kepentingan
praktis di sepanjang pantai Utara Jawa Timur banyak terdapat petambak kepiting
yang menyediakan bibit kepiting
3. Pemberian Pakan
Kepiting bakau termasuk hewan Carnivora
(pemakan daging). Bahan pakan untuk kepiting mudah didapat. Pakan kepiting
bakau berupa ikan rucah, siput, wideng, dll.Pemberian pakan dilakukan 2 kali
sehari, yaitu: pagi dan malam hari. Adapun dosis pemberian pakan antara 5 – 15%
dari perkiraan berat badan kepiting bakau yang dipelihara.
4. Pemanenan dan Cara Pengemasannya
Masa pemeliharaan penggemukan kepiting bakau
relatif singkat atau juga tergantung dari awal penebaran bibit. Untuk bibit
ukuran 100 gram dalam masa pemeliharaan 2,5 – 4 bulan sudah bisa mencapai
ukuran konsumsi (3–4 ekor/kg). Namun apabila awal sudah mempunyai berat lebih
dari 200 gram, maka masa pemeliharaan bisa lebih singkat. Petani memanen
kepiting bakau dilakukan secara selektif yaitu dengan cara memancing dan
memisahkannya antara kepiting bakau yang gemuk dan matang telur.
Kepiting bakau yang sedang matang telur
mempunyai harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain. Kepiting bakau
sebelum diikat diletakkan ke dalam air bersih beberapa saat. Setelah itu
kepiting bakau baru diikat kakinya dengan tali raffia, dan ditata dalam
sterofom box.
5. Pemasaran
Pemasaran kepiting bakau konsumsi belum ada
permasalahan. Bahkan permintaan pasar belum terpenuhi, karena produksi kepiting
bakau sampai saat ini masih menghandalkan hasil tangkapan. Pemasarannya bisa
dilakukan di pasar, toko swalayan, pedagang pengumpul atau pengusaha rumah
makan yang menyediakan sea food. Mengenai harga pada umumnya bervariasi
tergantung di mana dipasarkan. Di pasar lokal harga berkisar Rp. 55.000,00 pr
kg untuk size 3 atau size 4 (isi 3 sampai 4 ekor per kg). Harga jual di
Singapura, Hongkong dan Pulau Batam mencapai Rp. 40.000,00 per ekor. Sedangkan
untuk kepiting bakau matang telur harga sampai berkisar Rp. 90.000,00 per kg.
Kepiting hasil budidaya ini biasanya di
pasarkan ke sejumlah Negara Asia, seperti Jepang, Korea dan Thailand.
Selain itu untuk meningkatkan daya tarik
konsumsi masyarakat terhadap kepiting dapat juga dikembangkan menjadi sentra
kuliner berbahan dasar kepiting. Produk olahan makanan kepiting berupa :
kepiting rebus orisinil, kepiting bumbu padang, kepiting saos tiram, kepiting
bumbu kare, kepiting asam manis, kepiting masak tauco, kepiting asap dan
lain-lainnya..
dari berbagai sumber
Diposkan oleh RHF
Label: peluang usaha, perikanan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar