Cara Budidaya Kepiting Bakau
Sumber : http://sobatbaru.blogspot.com
Kepiting adalah binatang anggota krustasea
berkaki sepuluh dari upabangsa (infraordo) Brachyura, yang dikenal mempunyai
"ekor" yang sangat pendek (bahasa Yunani: brachy = pendek, ura =
ekor), atau yang perutnya (abdomen) sama sekali tersembunyi di bawah
dada(thorax). Tubuh kepiting dilindungi oleh kerangka luar yang sangat keras,
tersusun dari kitin, dan dipersenjatai dengan sepasang capit. Ketam adalah nama
lain bagi kepiting.
Kepiting terdapat di semua samudra dunia. Ada
pula kepiting air tawar dan darat, khususnya di wilayah-wilayah tropis.
Rajungan adalah kepiting yang hidup di perairan laut dan jarang naik ke pantai,
sedangkan yuyu adalah ketam penghuni perairan tawar (sungai dan danau).
Kepiting beraneka ragam ukurannya, dari ketam
kacang, yang lebarnya hanya beberapa milimeter, hingga kepiting laba-laba
Jepang, dengan rentangan kaki hingga 4 m
Berkembangnya pangsa pasar kepiting bakau
(Scylla serrata) baik di dalam maupun di luar negeri adalah suatu tantangan
untuk meningkatkan produksi secara berkesinambungan. Dengan mengandalkan
produksi semata dari alam/tangkapan jelas sepenuhnya dapat diharapkan kesinambungan
produksinya. Untuk itu perlu adanya usaha budidaya bagi jenis crustacea yang
mempunyai nilai ekonomis tinggi.
Usaha budidaya kepiting bakau harus didukung
oleh tersedianya lahan yang bebas polusi, benih dan kemampuan pengelolaan
secara teknis maupun manajemen. Lahan pemeliharaan dapat menggunakan tambak
tradisional sebagaimana dipakai untuk memelihara udang atau bandeng.
Jenis Kepiting Bakau
Jenis kepiting bakau yang mempunyai nilai
ekonomis tinggi antara lain :
1. Scylla serrata, jenis ini mempunyai ciri
warna keabu-abuan sampai warna hijau kemerah-merahan.
2. Scylla oceanica, berwarna kehijauandan
terdapat garis berwarna coklat pada hampir seluruh bagian tubuhnya kecuali
bagian perut.
3. Scylla transquebarica, berwarna kehijauan
sampai kehitaman dengan sedikit garis berwarna coklat pada kaki renangnya.
Dari ketiga jenis kepiting tersebut diatas,
Scylla serrata pada umur yang sama umumnya berukuran lebih kecil dibandingkan
kedua jenis lainnya. Tetapi dari segi harga dan minta pembeli, jenis pertama tadi
lebih unggul.
Tingkah Laku dan Kebiasaan Kepiting Bakau
Secara umum tingkah laku dan kebiasaan
kepiting bakau yang dapat diamati adalah sbb:
1. Suka berendam dalam lumpur dan membuat
lubang pada dinding atau pematang tambak pemeliharaan. Dengan mengetahui
kebiasaan ini, maka kita dapat merencanakan atau mendesain tempat pemeliharaan
sedemikian rupa agar kemungkinan lolosnya kepiting yang dipelihara sekecil
mungkin.
2. Kanibalisme dan saling menyerang, sifat
inilah yang paling menyolok pada kepiting sehingga dapat merugikan usaha
penanganan hidup dan budidayanya. Karena sifatnya yang saling menyerang ini
akan menyebabkan kelulusan hidup rendah dan menurunkan produktivitas tambak.
Sifat kanibalisme ini yang paling dominan ada pada kepiting jantan, oleh karena
itu budidaya monosex pada produksi kepiting akan memberikan kelangsungan hidup
lebih baik.
3. Molting atau ganti kulit. Sebagaimana
hewan jenis crustacea, maka kepiting juga mempunyai sifat seperti crustacea
yang lain, yaitu molting atau ganti kulit. Setiap terjadi ganti kulit, kepiting
akan mengalami pertumbuhan besar karapas maupun beratnya. Umumnya pergantian
kulit akan terjadi sekitar 18 kali mulai dari stadia instar sampai dewasa.
Selama proses ganti kulit, kepiting memerlukan energi dan gerakan yang cukup
kuat, maka bagi kepiting dewasa yang mengalami pergantian kulit perlu tempat
yang cukup luas.
Pertumbuhan kepiting akan terlihat lebih
pesat pada saat masih muda, hal ini berkaitan dengan frekuensi pergantian kulit
pada saat stadia awal tersebut. Periode dan tipe frekuensi ganti kulit penting
artinya dalam melakukan pola usaha budidaya yang terkait dengan desain dan
konstruksi wadah, tipe budidaya dan pengelolaanya.
4. Kepekaan terhadap Polutan
Kualitas air sangat berpengaruh terhadap
ketahanan hidup kepiting. Penurunan mutu air dapat terjadi karena kelebihan
sisa pakan yang membusuk. Bila kondisi kepiting lemah, misalnya tidak cepat
memberikan reaksi bila dipegang atau perutnya kosong bila dibelah, kemungkinan
ini akibat dari menurunnya mutuair. Untuk menghindari akibat yang lebih buruk
lagi, selekasnya pindahkan kepiting ke tempat pemeliharaan lain yang kondisi
airnya masih segar.
Lokasi Budidaya
Tambak pemeliharaan kepiting diusahakan
mempunyai kedalaman 0,8-1,0 meter dengan salinitas air antara 15-30 ppt.Tanah
tambak berlumpur dengan tekstur tanah liat berpasir (sandy clay) atau lempung
berliat (silty loam) dan perbedaan pasang surut antara 1,5-2 meter. Disamping
syarat seperti tersebut diatas, pada prinsipnya tambak pemeliharaan bandeng
maupun udang tradisional dapat digunakan sebagai tempat pemeliharaan kepiting.
Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
pemilihan lokasi pemeliharaan kepiting, antara lain :
1. Air yang digunakan bebas dari pencemaran
dan jumlahnya cukup.
2. Tersedia pakan yang cukup dan terjamin
kontinyuitasnya.
3. Terdapat sarana dan prasaranaproduksi dan
pemasarannya.
4. Tenaga yang terampil dan menguasai teknis
budidaya kepiting.
Disain dan Konstruksi Tambak
Apabila perlakuan terhadap kepiting selama
masa pemeliharaan kurang baik, seperti : mutu air kurang diperhatikan, makanan
tidak mencukupi maka pada saat kepiting tersebut mencapai kondisi biologis
matang telur akan berusaha meloloskan diri, dengan jalan memanjat dinding/pagar
atau dengan cara membuat lubang pada pematang. Untuk menghindari hal tersebut,
maka konstruksi pematang dan pintu air perlu diperhatikan secermat mungkin.
Pada pematang dapat dipasang pagar kere bambu atau dari waring, hal ini akan
mnegurangi kemungkinan lolosnya kepiting.
Pemasangan pagar kere bambu atau waring
pematang yang kokoh (lebar 2-4 meter) dilakukan diatas pematang bagian pinggir
dengan ketinggian sekitar 60 cm. Pada tambak yang pematangnya tidak kokoh,
pemasangan pagar dilakukan pada kaki dasar pematang dengan tinggi minimal 1
meter.
Penebaran
Pada lokasi penghasil kepiting tangkapan dari
alam, pada musim benih unyuk budiadaya tradisional petani hanya mengandalkan
benih kepiting benih kepiting yang masuk secara alami pada saat pasang surut
air. Setelah beberapa bulan mulai dilakukan panen selektif dengan memungut
kepiting yang berukuran siap jual. Dapat juga kepiting yang sudah mencapai ukuran
tersebut dilepas kembali ke dalam petak pembesaran untuk memperoleh ukuran atau
kegemukan yang lebih besar.
Pada budidaya polikultur dengan ikan bandeng,
ukuran benih kepiting dengan berat 20-50 gram dapat ditebar dengan kepadatan
1000-2000 ekor/Ha, dan ikan bandeng gelondongan yang berukuran berat 2-5 gram
ditebar dengan kepadatan 2000-3000 ekor/Ha. Pada budidaya sistem monokultur
benih kepiting dengan ukuran seperti tersebut diatas ditebar dengan kepadatan
5000-15000 ekor/Ha.
Budidaya Kepiting Bertelur
Kepiting yang baru saja dipanen dari tambak,
dapat dibudidaya lebih lanjut untuk meningkatkan mutu kepiting betina tidak
bertelur atau bertelur belum penuh menjadi bertelur penuh dengan cara budidaya
yang lebih intensif. Dengan kondisi betelur maka akan menaikkan nilai
tambahnya. Karena harga kepiting betina bertelur dapat mencapai 2-3 kali harga
kepiting tidak bertelur, sehingga hal ini akan sangat membantu menaikkan
pendapatan petani nelayan.
Metode yang digunakan untuk tujuan produksi
kepiting bertelur ada dua macam, yakni : dengan sistim kurungan dan sistim
karamba apung.
1. Sistim Kurungan
Kurungan dapat dibuat dari bahan bambu yang
dibuat menjadi rangkaian. Lebat bilah bambu 1-2 cm dengan panjang 1,7 meter.
Bilah-bilah bambu dirangkai secara teratur sehingga membentuk kere atau semacam
pagar. Kere ini kemudian dipasang pada saluran tambak memanjang pada
pinggirannya, bila dipasang dalam tambak, agar ditempatkan pada bagian yang
relatif lebih dalam dan mendapat penggantian air yang cukup.
Kere atau pagar bambu ditancapkan sedalam 30
cm dengan bagian bawah dibuat lebih rapat bertujuan agar kepiting tidak lolos.
Untuk penempatan kurungan pada saluran tambak ukurannya disesuaikan dengan
lebar saluran tersebut dan agar tidak mengganggu kelancaran aliran saluran
tambak tersebut. Untuk skala yang lebih besar dapat menggunakan petakan tambak
dengan luasan antara 0,25-0,50 hektar dengan pagar keliling dari kere bambu
ataupun dari waring. pagar bambu ditancapkan sedalam kurang lebih 30 cm dan
diusahakan bagian yang halus menghadap ke dalam dengan maksud agar kepiting
tidak dapat memanjat karena bagian ini licin.
2. Karamba Apung
Selain menggunakan kurungan, untuk budidaya
kepiting bertelur dapat juga menggunakan karamba apung. Karamba apung dibuat
dari rangkaian bilah bambu seperti pada pembuatan kere, kemudian kere yang
sudah dirangkai menjadi kotak, yang ukurannya disesuaikan dengan lokasi dimana
karamba apung akan ditempatkan. Selanjutnya pada sisi-sisi panjang yang
berlawanan dipasang pelampung yang terbuat dari potongan bambu yang masih utuh
atau dari bahan lainnya. Penempatan karamba apung ini pada tempat bergantian
airnya terjadi secara cukup/baik, seperti pada saluran, tepi sungai dan tempat
lainnya yang memenuhi persyaratan seperti tersebut diatas. Pada usaha budidaya
dengan karamba apung ini kepadatan dapat mencapai 20 ekor/m2, dengan kepadatan
tersebut akan meningkatkan kelulusan hidup kepiting yang dipelihara. Ukuran
siap panen kepiting bertelur sekitar 200 gr/ekor.
Proses produksi kepiting bertelur paling lama
berlangsung sekitar 5-14 hari atau tergantung ukuran awal penebaran. Singkatnya
masa pemeliharaan ini juga dimungkinkan karena kepiting betina yang ditebar
dengan berat sekitar 150 gram biasanya sudah mengandung telur.
Usaha Penggemukan
Usaha budidaya selain dijadikan kepiting
bertelur adalah usaha penggemukan. proses usaha penggemukan sama dengan
budidaya produksi kepiting bertelur. Caranya dapat dengan menggunakan kurungan
bambu atau karamba bambu apung. Perbedaan yang jelas terletak pada kepiting
yang dipelihara. Kepiting yang dipelihara pada usaha penggemukan ini adalah
kepiting berukuran ekspor dari jenis kelamin jantan maupun betina yang masih
keropos. Jangka waktu penggemukan sekitar 5-10 hari, kepiting sudah akan
menjadi gemuk dan berisi bila pemeliharaannya secara baik. Apabila dilanjutkan
pemeliharaannya bagi yang berjenis kelaminbetina, bahkan akan menjadi kepiting
bertelur. Untuk menghindari mortalitas akibat perkelahian antara jantan dan
betina, sebaiknya pemelihraan dilakukan secara monosex.
Pakan
Berbagai jenis pakan seperti : ikan rucah,
usus ayam, kulit sapi, kulit kambing, bekicot, keong sawah, dll. dari jenis
pakan tersebut, ikan rucah segar lebih baik ditinjau dari fisik maupun kimiawi
dan peluang untuk segera dimakan lebih cepat karena begitu ditebar tidak akan
segera dimakan oleh kepiting.
Pemberian pakan pada usaha pembesaran hanya
bersifat suplemen dengan dosis sekitar 5%. Lain halnya pada usaha kepiting
bertelur dan penggemukan, pemberian pakan harus lebih diperhatikan dengan dosis
antara 5-15% dari erat kepiting yang dipelihara.
Kemauan makan kepiting muda biasanya lebih
besar, karena pada periode ini dibutuhkan sejumlah makanan yang cukup banyak
untuk pertumbuhan dan proses ganti kulit. Kemauan makan akan berkurang pada
saat kepiting sedang bertelur, dan puncaknya setelah telur keluar sepertinya
kepiting berpuasa.
Pasca Panen Kepiting Bakau
Salah satu hal yang menguntungkan dalam
penanganan kepiting setelah dipanen adalah kemampuannya bertahan hidup cukup
lama pada kondisi tanpa air. Namun demikian, penanganan yang kurang baik tetap
saja akan menurunkan kondisi kesehatannya dan dapat menyebabkan kematian.
Apabila kepiting setelah dipanen langsung
dimasukkan kedalam keranjang dengan mengikat capit, kaki jalan dan kaki
renangnya yang merupakan alat gerak yang cukup kuat, maka kepiting tersebut
akan saling capit satu dengan yang lainnya.
Kondisi demikian akan menimbulkan kerusakan
secara fisik pada tubuh kepiting dan mempengaruhi kondisi fisiologis yang
akhirnya dapat mengakibatkan kematian. Untuk mengatasi keadaan tersebut
kepiting yang baru ditangkap harus segera diikat sebelum dimasukkan ke dalam
keranjang.
Cara pengikatan kepiting yang baru ditangkap
dapat dilakukan seperti dibawah ini :
1. Pengikatan kedua capit dan seluruh
kaki-kakinya
2. Pengikatan capitnya saja dengan satu tali
3. Pengikatan masing-masing capit dengan tali
terpisah
tali pengikat dapat menggunakan tali rafia
atau jenis tali lainnya yang cukup kuat. Setelah kepiting diikat, baik
pengikatan capitnya saja maupun pengikatan seluruh kaki-kakinya akan
mempermudah penanganan dan pengangkutannya
Penanganan kepiting yang telah disusun dalam
keranjang yang perlu mendapat perhatian ialah tetap menjaga suhu dan
kelembaban. Usahakan suhu tidak lebih tinggi dari 26°C dan kelembaban yang baik
adalah 95%. Cara yang dapat dilakukan untuk menjaga suhu dan kelembaban ideal
bagi kelangsungan hidup kepiting selama dalam pengangkutan ialah : elupkan
kepiting ke dalam air payau (salinitas 15-25‰) selama kurang lebih 5 menit
sambil digoyang-goyangkan agar kotoran terlepas. Setalah kepiting disusun
kembali di dalam wadah. tutuplah wadah dengan karung goni basah.
Posted by Arianto Samier Irhash
Tidak ada komentar:
Posting Komentar