Habitat dan Penyebaran Lobster
Sumber : http://tambakblog.blogspot.com
Lobster Air Tawar atau Freshwater Crayfish
adalah salah satu genus yang termasuk dalam kelompok udang (Crustacea) air
tawar yang secara alami memiliki ukuran tubuh relatif besar dan memiliki siklus
hidup hanya di lingkungan air tawar. Beberapa nama internasional lobster air
tawar ini adalah crayfish, crawfish, dan crawdad.
Berdasarkan penyebarannya, didunia ini ada 3
famili lobster air tawar, yakni famili Astacidae, Cambaridae, dan Parastacidae.
Lobster air tawar Astacidae dan Cambaridae tersebar dibelahan dunia utara,
sedangkan Parastacidae menyebar di dunia bagian selatan, seperti Australia,
Indonesia bagian timur, Selandia Baru, dan Papua Nugini. Berdasarkan penelitian
dan kajian ilmiah diketahui bahwa habitat alam lobster air tawar adalah danau,
rawa, atau sungai yang berlokasi didaerah pegunungan. Disamping itu, diketahui
pula bahwa lobster air tawar bersifat endemik karena terdapat spesifikasi pada
spesies lobster air tawar yang ditemukan di habitat alam tertentu (native).
Anatomi dan Biologi:
Secara morfologi, spesies- spesies lobster
air tawar termasuk dalam genus Cherax, famili parastacidae, ordodecapoda, kelas
malacostraca, subfilum crustacea, dan filum arthopoda. Umumnya lobster air
tawar memiliki ciri- ciri morfologi tubuh terbagi menjadi 2 bagian, yakni
kepala (chepalothorax) dan badan (abdomen). Antara kepala bagian depan dan
bagian belakang dikenal dengan nama sub-chepalothorax. Cangkang yang menutupi
kepala disebut karapak (carapace) yang berperan dalam melindungi organ tubuh,
seperti otak, insang, hati, dan lambung. Karapak berbahan zat tanduk atau kitin
yang tebal dan merupakan nitrogen polisakarida yang disekresikan oleh kulit
epidermis dan dapat mengelupas saat terjadi pergantian cangkang tubuh
(molting). Tubuh terbagi dua. Bagian kepala atau clepalothorax dan badan atau
abdomen.
Ciri lain yang terdapat pada lobster air
tawar adalah rostrumnya hampir berbentuk segitiga memipih, lebar, dan terdapat
duri di sekeliling rostrum tersebut. Dilihat dari organ tubuh luar, lobster air
tawar memiliki beberapa alat pelengkap sebagai berikut :
1. Sepasang antena yanag berperan sebagai
perasa dan peraba terhadap pakan dan kondisi lingkungan.
2. Sepasang antanela untuk mencium pakan, 1
mulut, dan sepasang capit (celiped) yang lebar dengan ukuran lebih panjang
dibandingkan dengan ruas dasar capitnya.
3. Enam ruas badan ( abdomen) agak memipih
dengan lebar badan rata- rata hampir sama dengan dengan lebar kepala.
4. Ekor. Satu ekor tengah ( telson) memipih,
sedikit lebar, dan dilengkapi duri- duri halus yang terletak disemua bagian
tepi ekor, serta 2 pasang ekor samping ( uropod) yang memipih.
5. Enam pasang kaki renang ( pleopod) yang
berperan dalam melakukan gerakan renang. Disamping sebagai alat untuk berenang,
kaki renang pada induk betina yang sedang bertelur memiliki karakteristik
memberikan gerakan dengan tujuan meningkatkan kandungan oksigen terlarut
disekitarnya, sehingga kebutuhan oksigen telur dan larva dapat terpenuhi. Kaki
renang juga digunakan untuk membersihkantelur atau larva dari tumpukan kotoran
yang terendap.
6. Empat pasang kaki untuk berjalan ( walking
legs).
Karakteristik Umum.
Dibanding dengan morfologi tubuh udang galah
air tawar (Macrobrachum resenbergii), ciri-ciri khusus yang dimiliki lobster
air tawar sebagai berikut:
1. Seluruh proses siklus lobster air tawar
dilaksanakan di air tawar.
2. Memiliki sistem pengeraman telur dari
pengembangan hingga telur menetas.
3. Pengasuhan benih dilakukan sejak benih
masih memiliki kuning telur hingga berbentuk juvenil dengan ukuran dan umur
tertentu.
4. Karakteristik lainnya adalah meningkatnya
aktivitas kaki renang terutama saat mengerami telur atau mengasuh benih.
Tingginya aktivitas pergerakan kaki renang untuk meningkatkan kandungan oksigen
terlarut karena baik pada saat terjadinya pembelahan inti sel (mitosis) hingga
terbentuknya sigot dalam telur maupun dalam penetasan telur hingga dilakukan
pengasuhan benih, kebutuhan terhadap oksigen relatif tingga, sedangkan sumber
oksigen hanya berasal dari oksigen terlarut didalam air sekitarnya.
Lobster air tawar merupakan spesies yang
tidak memiliki tulang dalam (internal skeleton), tetapi seluruh permukaan tubuh
dan organ luarnya terbungkus cangkang (externalskeleton). Proses pembentukan
cangkang membutuhkan bahan berupa kalsium dan terjadi setelah proses pergantian
semua cangkang berlangsung secara (molting). Berkaitan dengan pembentukan
cangkang, lobster air tawar memunculkan perilaku yang dikenal dengan istilah
gastrolisasi. Gastrolisasi berlangsung saat pergantian cangkang akan terjadi,
yakni kalsium yang berasal dari sumber pakan yang dikonsumsi, air yang diserap,
dan kalsium hasil kanibal akan ditampung, kemudian ditumpuk didalam bagian
depan lambung, sehingga membentuk lempengan bulat berwarna putih susu yang
dikenal dengan nama gastrolith. Setelah proses molting terjadi secara sempurna,
gastrolith akan diserap kembali sejalan dengan pembentukan cangkang baru yang
diikuti oleh pengerasan.
Beberapa jenis Lobster Air Tawar Yang telah
berhasil dikembangkan dan dibudidayakan di Indonesia diantaranya:
Cherax destructor merupakan jenis lobster air
tawar (LAT) yang paling dikenal diantara 100 jenis LAT yang hidup di Australia.
Mereka bisa dijumpai mulai dari daerah New South Wales hingga diselurah dataran
benua Australia. Sebaran yang luas menyebabkan mereka mampu beradaptasi mulai
dari daerah dingin di danau-danau berair dingin pegunungan Snowy, hingga daerah
beriklim panas.
Cherax destructor boleh dikatakan merupakan
makanan orang suku asli Australia (aborigin). Setidaknya hal tersebut telah
dilakukan sejak 28.000 tahun lalu, berdasarkan temuan-temuan arkeologis
setempat. Pada umumnya C. destructor dijumpai di danau-danau, rawa rawa,
billabong, bendungan, saluran irigasi, dan juga disungai-sungai. Mereka
termasuk tahan banting. Pada musim kering mereka akan bertahan hidup dengan
cara membuat luband didalam tanah. Bahkan mreka mampu membuat lubang hingga
kedalaman 5 meter. Paa saat musim penghujan mereka kemudian keluar untuk
mencari makan, memijah dan bermigrasi.
Di habitat asalnya, C destructor
kadang-kadang disalahkan sebagai penyebabnya runtuhnya bendungan. Hal ini
biasanya terjadi apabila dinding bendungan tersebut kurang dari 2 meter, dan
sering terjadi perubahan permukaan air, seperti biasa terjadi di sawah.
Meskipun demikian kejadian demikian jarang dijumpai pada dam-dam yang ketebalan
dindingnya lebih dari 6 meter.
Crelax Quadricarinatus: dikenal dengan
sebutan Redclaw atau biasa juga disebut sebagai Yabby Queensland Utara. Disebut
red claw karena LAT dewasa jenis ini mempunyai warna merah pada capit bagian
luarnya, khususnya pada LAT jantan. Mereka umumnya dijumpai di sungai-sungai di
Dividing Range. LAT dengan warna dasar hijua-coklat ini, di daerah asalnya
merupakan makanan penduduk setempat. Rasanya lezat apabila disajikan dalam
bentuk LAT bakar.
C. quadricarinatus sangat mudah dibedakan
dari jenis cherax lainnya. Hal ini dicirikan dalam nama latinnya yaitu quadricarinatus
yang artinya mempunyai empat buah lunas (quadri=empat, carinatus = carinae,
bentukan menyerupai lunas), seperti terlihat pada gambar berikut:
Procambarus calrkii :berbeda dengan genus
cherax yang telah disebutkan diatas, genus procambarus bukan merupakan LAT asal
Australia. Keluarga Cambaridae merupakan keluarga LAT yang hidup di bagian
lintang utara. Procambarus calrkii sendiri berasal dari daerah Amerika Utara,
di Louisiana dan di Delta Missisippi.
P. clarkii mempunyai warna tubuh dominan
merah. Oleh karena itu mereka sering disebut sebagai red swamp crayfish. P.
clarkii dewasa berwarna merah gelap, sedangkan P. clarkii muda berwarna merah
kekelabuan. P. clarkii dewasa bisa tumbuh hingga mencapai panjang 20cm.
Red swap crayfish diketahui mempunyai
toleransi lebar terhadap salinitas air, oleh karena itu mereka bisa dijumpai
baik di air tawar maupun air payau. Mereka kerap membuat lubang pada tepi
sungai, rawa, dan tanggul saluran irigasi.
Jenis crayfish ini di daerah asalnya
dijadikan sebagai menu santapan Cajun dan merupakan basis akuakultur di daerah
Louisina yang menguntungkan. Mereka juga telah diperkenalkan keluar daerah
asalnya untuk dibudidayakan. Red swamp crayfish bersifat sangat agresif,
teritorial, dan rakus, sehingga mereka bisa menjadi ancaman bagi hewan lain
yang memanfaatkan sumberdaya yang sama. Mereka bahkan mampu bersaing dengan
jenis-jenis crayfish lokal. Sebuah penelitian di Spanyol menunjukkan bahwa
mereka mampu mengubah komunitas tumbuhan pada suatu lahan basah disana. Oleh karena
itu introduksi mereka ke daerah baru perlu diperhatikan dengan seksama. Sebuah
peringatan bahkan pernah dikeluarkan agar Red swamp crayfish, jangansampai
masuk ke Australia, karena akan dapat menyaingi jenis crayfish aseli yang ada
di negara tersbut. Bagaimana dengan di Indonesia??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar