LEBIH DEKAT DENGAN IKAN BOTIA
(CHROMOBOTIA MACRACHANTUS)
www.pusluh.kkp.go.id
Botia merupakan ikan dari famili Cobtidae. Jenis ikan botia
tersebar di perairan utamanya daerah tropis. Diantara jenis ikan botia yang
laku sebagai ikan hias adalah ikan Botia Badut, Botia Macan, Botia Morleti,
Botia India dan Botia Myanmar. Sejak tahun 2004 ikan botia telah ditangkarkan
di Loka Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar (LRBIHAT) di Depok. Sedangkan daerah
yang sedang melakukan uji coba pengembangan budidaya ikan ini antara lain
adalah Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias di Jambi, Pontianak
dan Banyuasin. Bahkan untuk saat ini hasil pendederan di Kalimantan memiliki
hasil yang lebih besar, hal ini dimungkinkan masih baiknya kondisi lingkungan
sehingga mempengaruhi pembudidayaan ikan botia.
Pembudidayaan ikan botia yang dimaksud adalah proses dari
pencarian induk, kawin suntik, penetasan telur, hingga pendederan.
Pembudidayaan ikan botia biasanya dilakukan dengan cara kawin suntik. Tingkat
keberhasilan pendederan ikan botia yang padat dalam satu akuarium /kolam sangat
dipengaruhi oleh aerator. Ikan botia hingga saat ini cukup rentan pakan pellet.
Resiko kematian akibat pemberian pellet mencapai 40 – 80%. Untuk itu, pakan
utamanya adalah pakan alami berupa cacing dan udang, hal ini karena botia
bersifat karnivora.
Ikan Botia yang berasal dari Indonesia adalah Botia Badut
dan Botia Macan. Namun ikan Botia yang paling terkenal di kalangan hobiis,
sangat laku di pasar ekspor dan nilainya terus meningkat dari tahun ke tahun
adalah Botia Badut dengan nama spesies Chromobotia macrachantus. Nama daerah
ikan botia adalah bajubung sedangkan nama dagangnya Clown Loach. Ikan ini
berasal dari sungai-sungai di Sumatera bagian Selatan dan Kalimantan.
Bentuk ikan botia agak bulat memanjang dan agak pipih
kesamping, badan tidak bersisik dengan mulut agak ke bawah (seperti torpedo)
dengan empat pasang sungut diatasnya. Ikan botia berwarna kuning cerah dengan 3
garis lebar berwarna hitam (Satyani et al., 2007). Habitat hidupnya di perairan
jernih dengan bebatuan dasar, sehingga ikan ini termasuk ikan dasar. Selain itu
ikan ini juga merupakan nokturnal yaitu aktif mencari makan pada malam hari.
Klasifikasi lengkapnya adalah sebagai berikut; Kingdom: Animalia,
Filum: Chordata, Kelas: Osteichtyes, Sub Kelas: Actinopterygii, Ordo:
Teleostei, Sub Ordo: Cyprinoidea, Famili: Cobitidae, Genus: Chromobotia dan
Spesies: Chromobotia macracanthus. Ikan botia hidup dalam kelompok mulai dari
hulu hingga muara. Daerah penangkapannya di perairan yang trnang yakni
rawa-rawa dan sungai bagian hilir. Penangkapan dilakukan dengan menggunakan
bubu. Benih ikan botia umumnya ditangkap di “nursery ground” yaitu di tempat
air pasang hingga ke hilir sungai dengan ukuran rata-rata 0,5 inchi. Ikan botia
paling banyak ditemukan pada saat musim hujan yaitu sekitar bulan Oktober
hingga Januari.
Banyaknya penangkapan di alam dan kekhawatiran terjadinya
kepunahan ikan botia, maka sejak tahun 1987 Menteri Perdagangan telah melarang
memperjualbelikan ikan botia berukuran > 15 cm karena diperuntukkan sebagi
indukan. Dikhawatirkan jika penangkapan terjadi dalam waktu lama tanpa ada
tindakan pengelolaan maka ikan botia di alam akan menjadi punah, untuk itu
pembudidayaan menjadi sangat perlu untum ditakutkan.
Ikan botia asli Indonesia berwarna kuning dengan garis
sebanyak tiga buah dengan warna hitam serta memiliki sirip dan ekor berwarna
oranye. Ikan botia yang banyak disukai berasal dari Kalimantan karena memiliki
warna yang cerah dibandingkan botia dari Sumatera. Perairan Sumatera yang agak
tercemar menjadi salah satu indikasi buramnya warna ikan botia. Untuk
meningkatkan kualitas warna dapat dilakukan dengan upaya pemberian suplemen
makanan. Warna ikan botia lama kelamaan akan memudar seiring bertambahnya usia.
Warna ikan ini akan memudar saat ukurannya kurang lebih 11,5 inchi. Oleh sebab
itu, penjualan ikan botia biasanya dilakukan saat berukuran 1 – 2 inchi yang
ketika warnanya mulai terlihat cerah.
Ikan botia yang banyak diperdagangkan adalah berukuran 0,5 –
2 inchi, sedangkan untuk ekspor biasanya berukuran 2 – 4 inchi. Untuk ikan
botia berukuran > 15 cm tidak boleh diekspor karena diperlukan untuk menjadi
indukan. Adapun syarat mutu ikan botia untuk diperdagangkan adalah memiliki nilai
organoleptik minimal 7, dengan penilaian organoleptik sesuai SNI 2346:2011.
Sedangkan media air sesuai standar mutu yang dibutuhkan oleh ikan botia
memiliki suhu 24 – 30 ‘C, pH 6,5 – 7, oksigen terlarut > 3 ppm, Amonia
maksimal 1 ppm, Nitrit maksimal 0,2 ppm dan Nitrat maksimal 50 ppm (Rancangan
Standar Nasional Indonesia, BSN).
Usaha ikan botia saat ini lebih banyak pada level pengumpul
, pedagang eceran hingga eksportir. Hal ini karena pemenuhan permintaan ikan
Botia didominasi dari alam, sehingga kontinyuitas ketersediaannya tidak dapat
diprediksi dengan tepat. Harga jual ikan botia masih sangat dipengaruhi oleh
musim. Saat musim botia di alam melimpah, biasanya terjadi pada musim hujan
yaitu sekitar bulan Oktober hingga Januari, harga ikan botia hanya Rp. 2.000 –
Rp. 6.000 per ekor, sedangkan pada saat ikan jarang ditemukan, harga ikan botia
dapat mencapai Rp. 15.000 per ekor.
Hingga saat ini belum ada asosiasi yang khusus menangani
ikan botia. Sedangkan peran pemerintah untuk ikan botia yang sedang diusahakan
saat ini adalah Pembudidayaan Ikan Botia di instansi Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP), dikarenakan ketersediaan ikan botia di alam sangat terbatas
sehingga tidak dapat mencukupi permintaan pasar. Berdasarkan undang-undang
prrdagangan satwa dan tumbuhan yang dilindungi, ikan botia termasuk dalam
komoditas CITES 2 atau sumberdaya yang jika tidak dilindungi kelestariannya
akan mengakibatkan kepunahan dalam jangka waktu tertentu. Oleh karena itu,
untuk menjaga kelestarian ikan hias di Indonesia terutama ikan Botia, mari kita
jaga keberadaannya dengan cara pembudidayaan yang bertanggung jawab. (NDK108)
Sumber: Rancangan Standar Nasional Indonesia 3. Ikan Hias
Botia (Botia spp). Syarat Mutu dan Penanganan. ICS 67.120.30 BSN.
Satyani D., Sudrajat A., dan Sugama K. 2007. Teknologi
Pembenihan Ikan Hias Botia (Chromobotia macrachantus Bleeker). Jakarta. Loka
Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar.
Kontributor:
Ni Putu Dian Kusuma
Penyuluh Perikanan Pada BBAT Tatelu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar