“GERAKAN
PAKAN MANDIRI (GERPARI), MANFAATKAN SUMBER DAYA ALAM LOKAL, TINGKATKAN
KESEJAHTERAAN PEMBUDIDAYA”
Kemandirian
usaha budidaya perikanan terus didorong untuk mewujudkan perikanan budidaya
yang mandiri, ramah lingkungan dan berkelanjutan. (Baca: Gerakan Pakan Ikan
Mandiri (GERPARI))
Kebijakan
Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, untuk menjadi bangsa yang
mandiri, khususnya dalam bidang perikanan budidaya, perlu didukung salah
satunya melalui suatu gerakan yaitu Gerakan Pakan Ikan Mandiri (GERPARI).
“Mengapa kita utamakan ke pakan?? Karena dalam suatu usaha budidaya perikanan,
biaya pakan merupakan biaya yang terbesar.
Dengan
menekan biaya pakan maka keuntungan yang diperoleh pembudidaya akan lebih
tinggi dan pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
pembudidaya”, demikian disampaikan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet
Soebjakto, di sela-sela melakukan kunjungan kerja di wilayah Propinsi Jawa
Tengah yaitu, Kab. Kendal, Kab. Semarang dan Kab. Boyolali, Jumat lalu.
GERPARI
ini lebih ditekankan kepada pakan ikan untuk komoditas air tawar, seperti Nila,
Lele, Patin, Mas dan juga Gurame. “Komoditas air tawar merupakan komoditas yang
mendukung ketahanan pangan dan gizi masyarakat. Peningkatan produksi perikanan
budidaya khususnya untuk komoditas air tawar akan diikuti dengan peningkatan
kebutuhan pakan. Sebagai contoh adalah dengan target produksi perikanan
budidaya pada tahun 2015 yang mencapai 16,9 juta ton, maka akan dibutuhkan
pakan ikan/udang secara nasional sebanyak 9,27 juta ton dan 49 % diantaranya
adalah kebutuhan pakan ikan komoditas air tawar.
Melalui
GERPARI, kita akan mampu mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku pakan
impor, memanfaatkan bahan baku local yang ada di sekitar sentra-sentra produksi
perikanan budidaya dan harga pakan tidak akan terpengaruh dengan fluktuasi
nilai tukar dollar”, ungkap Slamet
Di
setiap sentra memiliki kebutuhan dan ke khas an dalam pemenuhan pakan mandiri.
Seperti yang terdapat di wilayah sekitar Ambarawa dan Boyolali. Dengan
melimpahnya sumber daya alam berupa enceng gondok, pembudidaya dengan di dukung
oleh Dinas Kelautan dan Perikanan baik propinsi dan kabupaten, memanfaatkan
enceng gondok sebagai bahan baku pakan mandiri. “Pemanfaatan enceng gondok ini
disamping memenuhi kebutuhan sebagai bahan baku pakan ikan mandiri, tetapi juga
membantu dalam menangani masalah enceng gondok di beberapa perairan khusunya di
Rawa Pening. Karena enceng gondok sudah dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
pakan dan juga bahan baku kerajinan yang tentu saja meningkatkan pendapatan
masyarakat sekitarnya”, tambah Slamet.
Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) akan mendorong pembentukan Kelompok Pakan
Mandiri yang terpisah dengan Kelompok Pembudidaya Ikan. “Melalui kelompok
tersendiri maka pembinaan akan lebih fokus sehingga menghasilkan produk pakan
yang berkualitas sesuai standar. Kelompok Pakan Mandiri tersebut juga bisa
dibagi dalam beberapa zona seperti Zona I untuk sentra sumber bahan baku pakan,
Zona II untuk produksi pakan mandiri dan Zona III untuk penyimpanan pakan dan
distribusi. Dengan sistem ini maka akan semakin banyak menyerap tenaga kerja,
muncul profesionalitas usaha, bahan baku tersedia secara kontinyu, produksi
pakan sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) dan distribusi pakan semakin
lancar untuk memenuhi kebutuhan pembudidaya secara kontinyu “, ungkap Slamet.
Total
Akuakultur mendukung GERPARI
Menteri
Susi Pudjiastuti, mengharapkan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk pakan dalam
suatu usaha dapat di tekan sampai di bawah 50 %. “Harapan bu menteri ini
mendorong untuk diterapkannya Total Akuakultur dalam usaha budidaya perikanan.
Total Akuakultur adalah penerapan teknologi tepat guna dalam rantai produksi
perikanan dari hulu sampai hilir. “Dengan total akuakultur di semua lini
produksi seperti penggunakan induk unggul dan benih berkualitas, penggunaan dan
pengelolaan pakan yang bermutu dan efisien, pengelolaan air dan wadah budidaya,
dan penggunaan enzim dan bakteri untuk meningkatkan daya cerna pakan dan
peningkatan kualitas air budidaya, semuanya akan mendorong peningkatan efisensi
yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi dan kesejahteraan pembudidaya”,
papar Slamet.
Kemandirian
Induk dan Benih Unggul
Disamping
mandiri dalam hal pakan, Kemandirian juga di dorong oleh Menteri Susi, dalam
hal penyediaan induk dan benih unggul. “Beberapa komoditas budidaya air tawar
saat ini sudah dapat menyediakan induk unggul, seperti ikan nila, lele, mas dan
patin. Ke depan, kita akan dorong kemandirian induk dan benih unggul
untuk komoditas lain seperti udang vaname, dan juga komoditas lainnya”,
tutur Slamet.
Kemandirian
yang dimaksud disini adalah bahwa dalam satu wilayah atau kawasan dapat
memenuhi kebutuhan benih dan induk unggul secara cukup dan berkelanjutan,
sehingga tidak mendatangkan induk atau benih dari daerah lain. “Ketersediaan
induk dan benih mandiri akan mendorong percepatan peningkatan produksi, karena
induk dan benih tersebut sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya
sehingga pertumbuhannya akan lebih cepat dan penggunaan pakannya akan lebih
efisien”, kata Slamet.
Slamet
mengungkapkan bahwa kemandirian akan menjadi kunci utama dalam peningkatan
produksi perikanan budidaya dan peningkatan perekonomian suatu daerah.
“Perikanan Budidaya yang mandiri, berdaya saing dan berkelanjutan, akan
mendorong pembudidaya untuk lebih kreatif dan inovatif memanfaatkan sumberdaya
alam dan menghasilkan produk yang mampu bersaing di pasar bebas serta
memperhatikan lingkungan dalam melakukan usaha perikanan budidaya”, pungkas
Slamet.
Sumber:
http://www.djpb.kkp.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar