Selasa, 28 November 2017

Budidaya Ikan Nila Di Kolam Terpal



Budidaya Ikan Nila Di Kolam Terpal

Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) yaitu satu diantara ikan air tawar yang paling banyak dibudidayakan. Ikan type ini bisa dibudidayakan di beberapa habitat (di air tawar, payau, serta laut) lantaran nila toleran pada salinitas yang luas (euryhaline). Saat ini, nila juga bisa dibudidayakan di kolam terpal yang disebut satu diantara inovasi pengembangan kolam tadah hujan, dan pemakaian tempat gawat serta sempit.



Sebagian aspek yang butuh diperhitungkan dalam bangun kolam terpal :

1. Sumber air untuk mengisi kolam terpal
Sumber air berupa air sumur, air PAM, air hujan yang ditampung, dan lain-lain yang layak digunakan. Lebih ideal lagi jika kolam terpal mendapat pasokan dari sungai, saluran irigasi, waduk, atau danau.


2. Ketinggian lokasi
Ketinggian lokasi perlu diperhatikan karena terkait dengan suhu air. Untuk budi daya ikan nila, ketinggian yang cocok adaiah 0-500 m dpi.

3. Ukuran ikan
Ukuran yang akan dipelihara perlu dipertimbangkan karena terkait dengan kedalaman air di dalam kolam. Misalnya, benih nila cocok dipelihara pada kedalaman air 40-50 cm. Untuk menampung air sedalam 40 cm, cukup dibuat kolam dengan ketinggian atau kedalaman sekitar 60 cm. Untuk usaha pembesaran yang menggunakan benih ukuran 20-30 g/ekor, dibutuhkan kedalaman air antara 80-100 cm. Untuk menampung air sedalam 100 cm, diperlukan kolam dengan ketinggian atau kedalaman sekitar 120 cm.

4. Dasar tanah dan kerangka yang digunakan
Dasar tanah untuk peletakan kolam terpal harus rata, begitu pula dengan kerangka yang digunakan hendaknya tidak berbahan tajam karena dapat membuat terpal sobek. Bila tanah tidak rata, sebaiknya diberi lapisan dan pelepah batang pisang atau sekam padi. Selain berfungsi meratakan tanah, kedua bahan ini dapat menstabilisasi suhu.

5. Peralatan Pendukung
Dalam pengelolaan kualitas air di kolam terpal, diperlukan beberapa peralatan, baik untuk menjaga ketersediaan air maupun untuk memelihara kualitas air. Beberapa peralatan yg perlu disediakan adalah Aerator atau blower  yg hanya diperlukan sewaktu-waktu untuk meningkatkan kandungan oksigen, Pompa, selang atau pipa yang digunakan untuk mengalirkan air dari sumber air ke kolam terpal ataupun untuk membersihkan dasar kolam dengan cara melakukan sifon


Jenis Kolam Terpal

Berdasarkan bahan dan cara membuatnya, terutama dinding atau kerangka kolam maka dikenal adanya beberapa jenis kolam terpal, antara lain:

1. Kolam terpal dengan kerangka bambu, kayu, pipa ledeng, atau besi.

2. Kolam terpal dengan dinding batako atau batu bata.

3. Kolam terpal dengan dinding tanah.

4. Kolam beton atau kolam tanah berlapis terpal.

Kolam 1 dan 2 tersebut termasuk ‘kolam terpal di atas permukaan tanah”; kolam 3 merupakan ‘kolam terpal di bawah permukaan tanah”; dan kolam 4 dapat berupa ‘kolam di bawah permukaan tanah atau di atas permukaan tanah”


Keunggulan Kolam Terpal

Keunggulan dari kolam terpal adalah dapat diterapkan (dibangun) di berbagai tempat, tidak harus di lahan yang ideal sebagaimana pembangunan kolam konvensional. Kolam terpal juga mudah dibersihkan dan dipindahkan. Membudidayakan  ikan dikolam terpal, padat penebarannya dapat ditingkatkan, sintasan atau kelangsungan hidup (survival rate) lebih tinggi, pertumbuhan ikan dapat dipacu, dan ikan hasil panen tidak berbau lumpur. Di samping itu, pembuatan dan pemeliharaan ikan di kolam terpal juga lebih mudah (secara teknis) dan lebih murah (secara finansial). Karena keunggulan itulah maka budi daya ikan di kolam terpal ini terus berkembang, termasuk untuk pemeliharaan ikan nila.                  

Keunggulan kolam terpal ini merupakan salah satu peluang yang baik bagi pengembangan budidaya ikan nila. Kolam terpal dapat diterapkan untuk pembenihan nila, pendederan, serta pembesaran untuk menghasilkan nila konsumsi dan induk.

Karenanya ada tehnik budi daya ikan di kolam terpal ini, orang-orang yang memiliki tempat sempit serta persediaan air terbatas juga bisa pelihara ikan di seputar rumah. Untuk ikan ekonomis, budi daya nila di kolam terpal juga adalah kesempatan usaha yang prospektif, bukan sekedar untuk pemodal besar, namun juga untuk orang-orang umum yang mempunyai modal kecil serta tempat terbatas. Budi daya nila di kolam terpal bisa jadi satu diantara pilihan usaha untuk meningkatkan pendapatan, buka lapangan kerja, serta sediakan protein ikan, yang selanjutnya bisa menggerakkan ekonomi di satu lokasi. Mungkin anda juga berminat untuk membaca Budidaya Ikan Lele Di Kolam Terpal.

Rabu, 15 November 2017

Analisa Budidaya Kepiting Bakau, Prospek Cerah Dan Peluang Luas



Analisa Budidaya Kepiting Bakau, Prospek Cerah Dan Peluang Luas


Kepiting bakau (Scylla serrata) merupakan salah satu jenis komoditas perikanan yang potensial untuk dibudidayakan. Kepiting bakau banyak dijumpai di perairan payau yang banyak ditumbuhi tanaman mangrove. Kepiting bakau sangat disenangi oleh masyarakat mengingat rasanya yang lezat dengan kandungan nutrisi sejajar dengan crustacea yang lain seperti udang yang banyak diminati baik di pasaran dalam negeri maupun luar negeri.

Begitu banyak hasil laut dan air tawar yang merupakan komoditas andalan suatu daerah bahkan suatu negara seperti, ikan, kerang, udang, lobster dan kepiting. Khusus untuk kepiting sangat jarang masyarakat kita yang membudidayakan kepiting secara khusus, padahal jika dikelola dan dikembangkan secara terpadu, maka kepiting ini sangat menjanjikan.

Potensi pasar yang cukup besar memberi peluang bagi pengembangan budidaya kepiting bakau secara lebih serius dan komersial. Di sisi lain produksi kepiting selama ini secara keseluruhan masih mengandalkan tangkapan dari alam, sehingga kesinambungan produksinya tidak dapat dipertahankan.
Saat ini budidaya kepiting bakau ini tidak harus di laut dan di daerah bakau, namun dapat juga dan telah berhasil dibenihkan pada bak-bak terkontrol dan dapat diproduksi di hatchery ikan laut maupun udang windu. Kepiting bakau atau yang lebih dikenal dengan kepiting lumpur merupakan salah satu sumber daya perikanan pantai yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi bila dikembangkan dan dibudidayakan. Pembudidayaan atau pemanfaatan secara komersil dari komoditas ini semakin meningkatkan baik untuk dikonsumsi dalam negeri maupun untuk diekspor.

Di dalam negeri kepiting bakau ini juga telah banyak dijual di pasaran-pasaran tradisional hingga ke swalayan mewah (supermarket), dan disajikan di rumah makan kecil di pinggiran jalan sampai restoran bahkan sampai hotel berbintang. Untuk pangsa pasar eksport kepiting bakau Indonesia ini antara lain Jepang, Malaysia, Prancis sampai ke Amerika Serikat (AS), sehingga sangat wajar jika peminat kepiting tersebut sangat tinggi, karena binatang yang berkulit keras ini selain memiliki rasa gurih, enak dan juga bergizi tinggi. Dengan alasan tersebut, pihaknya berharap kepada Pemkab agar dapat memprogramkan bantuan untuk budidaya kepiting para nelayan khususnya di pesisir, karena hal tersebut jelas akan membantu dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat terutama nelayan serta penurunan angka pengangguran yang ada di Lampung Barat.
Budidaya kepiting ini tentunya akan menyerap tenaga kerja yang lumayan banyak jika hal ini dikelola dan dikembangkan secara terpadu dan dalam skala besar. Oleh karena itu komoditi ini sangat menjanjikan untuk dilaksanakan dan dicoba di Lampung Barat, terutama di daerah pesisir barat. Kepiting bakau merupakan salah satu komoditas perikanan pantai yang mempunyai nilai ekonomis penting. Pada mulanya kepiting bakau hanya dianggap hama oleh Petani tambak, karena sering membuat kebocoran pada pematang tambak. Tetapi setelah mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi, maka keberadaannya banyak diburu dan ditangkap oleh nelayan untuk penghasilan tambahan dan bahkan telah mulai dibudidayakan secara tradisional di tambak. Mengingat permintaan pasar ekspor akan kepiting bakau yang semakin meningkat dari tahun ke tahun maka usaha ekstensifikasi budidaya kepiting bakau mulai dirintis di beberapa daerah.
Kepiting bakau dapat dipelihara secara terus menerus sepanjang tahun, karena ketersediaan benih di alam saat ini cukup banyak juga lahan tambak pembesaran dapat disiapkan dengan mudah dan cepat.
Diversifikasi usaha budidaya kepiting bakau di tambak akan menambah lapangan usaha dan mengoptimalkan potensi lahan tambak yang idle serta dapat menyerap tenaga kerja, sehingga mampu meningkatkan pendapatan masyarakat pembudidaya.
KONSTRUKSI TAMBAK
Tambak kepiting harus mempunyai konstruksi yang berorientasi pada faktor lingkungan yang mendukung kehidupan dan pertumbuhan secara normal, sehingga efisiensi pemanfaatan lahan dan waktu saat pemeliharaan. Secara prinsip, bangunan tambak harus kuat & kedap air.
Untuk mencegah agar kepiting tidak melarikan diri dari petak pemeliharaan dan mencegah masuknya hama dari luar dibuat karamba bambu atau kurungan. Setiap unit kurungan dibangun dengan ukuran 2 m x 1 m x 0,2 m hingga membentuk kare yang ditancapkan. Karamba dipasang pada  30 cm±saluran tambak dengan kedalaman air

TEKNIK BUDIDAYA
Persiapan Tambak
Pengolahan tanah dasar ditujukan memperbaiki mutu/kualitas tanah untuk meningkatkan daya dukung lahan. Kegiatan yang dilakukan meliputi pembalikan, penjemuran, pencucian dan pengapuran. Pembalikan tanah bertujuan untuk mempercepat proses penguraian bahan organik dan gas-gas beracun, yang dilakukan dengan mencangkul/membajak dengan kedalaman ± 20 – 30 cm. Penjemuran bertujuan untuk mereduksi bahan organik dan gas-gas beracun yang dilakukan dengan sinar matahari hingga warna tanah coklat alami. Lama penjemuran selama 5 – 7 hari. Pengapuran bertujuan memperbaiki dan menstabilkan pH tanah hingga kisaran normal (pH 7 – 8). Jenis kapur yang digunakan harus sesuai dengan jenis tanah dasar setempat.
PEMELIHARAAN
a. Pemilihan dan Penebaran Benih
Benih yang digunakan berukuran berat 30 – 50 gr/ekor atau lebar cangkang (karapas) 3 -4 cm. Ciri-ciri benih yang baik adalah :
Ø Anggota tubuh yang lengkap
Ø Menunjukkan tingkah laku untuk menghindar atau melawan bila akan dipegang
Ø Warna cerah hijau kecoklatan atau coklat kemerahan.
Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari dengan padat tebar rasio perbandingan jantan dan betina 1 : 1 berkisar antara 1 -2 ek/m2. Untuk menjamin benih bebas dari parasit sebaiknya direndam dengan desinfektan (formalin 200 ppm selama 30 menit). Kemudian benih disebar merata dengan cara melepas ikatan satu per satu.
b. Pemberian Pakan
Kegiatan pemberian pakan meliputi : (1) memilih jenis pakan yang sesuai dengan kebutuhan, (2) cara pemberian pakan, (3) dosis pakan, (4) teknik sampling. Jenis pakan untuk budidaya kepiting adalah pakan alami seperti bentos dan cacing, untuk pakan buatan dapat diberikan ikan rucah atau pellet.
Khususnya untuk pakan ikan rucah, daging kerang dan hancuran daging siput dilakukan dengan cara memberikan ikan setengah kering dengan kadar air berkisar 30 – 40 %. Jumlah pakan diberikan disesuaikan dengan kebutuhan, dapat dilihat dari sisa pakan yang tidak termakan. Jika pakan dimakan seluruhnya, maka pemberian pakan selanjutnya sebaiknya ditambah.
c. Pengendalian hama dan penyakit
Tindakan pengendalian dapat dilakukan dengan cara pergantian air yang cukup, pengapuran secara rutin dan penyaringan air pasok dan pemberian feed aditive (vit. C 2-4 gr/kg pakan, bawang putih 15 – 20 gr/kg pakan secara periodik. Penggunaan obat-obatan kimia (pabrik) merupakan alternatif paling akhir jika dengan cara pencegahan tidak berhasil.
PANEN DAN PASCA PANEN
Panen kepiting biasanya dilakukan setelah masa pemeliharaan mencapai 4-5 bulan, dengan ukuran 3-4 ekor/kg. Cara panen kepiting dari kurungan bambu dengan menggunakan seser atau rakkang. Pasca panen dengan mengikat kaki dan capit kepiting dengan tali secara individu. Produk hasil panen ditempatkan di wadah yang berlobang-lobang dengan dialasi pelepah pisang yang dibasahi air laut guna mempertahankan tingkat kelembaban, selanjutnya kepiting dapat dipasarkan langsung ke pengumpul dalam keadaan hidup.
Sebagai komoditas ekspor kepiting memiliki harga jual cukup tinggi baik di pasaran dalam maupun luar negeri, namun tergantung pada kualitas kepiting (ukuran tingkat kegemukan). Penggemukan kepiting dapat dilakukan terhadap kepiting bakau jantan dan betina dewasa tetapi dalam keadaan kosong/kurus. Untuk dapat menghasilkan kepiting yang gemuk diperlukan waktu yang cukup pendek yaitu 10 - 20 hari. Harga jual kepiting gemuk menjadi lebih tinggi dengan demikian dapat meningkatkan nilai tambah bagi petani.
1. TEKNIK BUDIDAYA PEMBESARAN
Faktor teknik yang perlu diperhatikan untuk menunjang keberhasilan budidaya pembesaran kepiting, antara lain :

a. Pemilihan Lokasi Budidaya
Pemilihan lokasi budidaya harus tepat secara teknis operasional dengan mempertimbangkan beberapa aspek sebagai berikut :
1. Mutu air cukup baik
- Salinitas 15 - 30 ppt
- pHair 7 – 8
- Suhu 25 - 30 C
- Kandungan O >3 ppm
2. Mudah diawasi
3. Substrat dasar tambak adalah lumpur berpasir
4. Untuk sistem karamba harus terhindar dari pengaruh banjir dan mudah terjangkau oleh pasang surut.
5. Merupakan wilayah penangkapan kepiting
b. Tempat Pemeliharaan
Tempat pemeliharaan kepiting bisa berupa kurungan bambu, waring, maupun bak beton. Untuk tempat pemeliharaan kepiting yang berasal dari kurungan bambu (karamba) disarankan berukuran 1,5x1x1meter atau 2x1x1meter, hal ini bertujuan memperrmudah pengelolaannya terutama pada waktu mengangkat karamba di waktu panen.
c. Pemilihan Benih
Kesehatan benih merupakan satu diantara faktor yang menunjang keberhasilan dalam usaha penggemukan kepiting. Oleh sebab itu pemilihan dan pengelolaan benih harus benar dan tepat. Kesehatan benih juga bisa dilihat dari kelengkapan kaki-kakinya. Hilangnya capit akan berpengaruh pada kemampuan untuk memegang makanan yang dimakan serta kemampuan sensorisnya. Walaupun pada akhirnya setelah ganti kulit maka kaki yang baru akan tumbuh tetapi hal ini memerlukan waktu, belum lagi adanya sifat kanibalisme kepiting, sehingga kepiting yang tidak bisa jalan karena sedang ganti kulit sering menjadi mangsa kepiting lainnya. Untuk itu maka harus dipilih benih yang mempunyai kaki masih lengkap. Benih kepiting yang kurang sehat warna karapas akan kemerah-merahan dan pudar serta pergerakannya lamban.
d. Pengangkutan Benih
Walaupun kepiting bakau merupakan hewan yang tahan terhadap perubahan lingkungan namun cara pengangkutan yang salah bisa menyebabkan kematian dalam jumlah banyak atau mengurangi sintasan. Pengangkutan benih sebaiknya dilakukan sewaktu suhu udara rendah dan kurang sinar matahari. Tereksposenya benih kepiting ke dalam sinar matahari bisa menimbulkan dehidrasi yang pada akhirnya cairan dalam tubuh kepiting akan keluar semuanya sehingga menyebabkan kematian. Tingginya kematian benih setelah sampai tempat tujuan biasanya disebabkan karena benih yang dibeli memang sudah lemah akibat sudah ditampung beberapa hari oleh pedagang pengumpul. Biasanya kematian kepiting terjadi setelah hari ke-4 dalam penampungan tanpa air. Wadah yang dipakai dalam pengangkutan kepiting sebaiknya tidak menyebabkan panas dan letakkan kepiting dalam posisi hidup. Wadah sterofoam dengan panjang 1 m dan lebar 60 cm dapat menyimpan benih sebanyak 100 - 150 ekor untuk benih yang diikat.Lakukan penyiraman sebanyak 2 - 3 kali penyiraman dengan air berkadar garam 10 - 25 ppt, selama pengangkutan 5 - 6 jam.

2. PENEBARAN
Penebaran kepiting dilakukan pada pagi atau sore hari pada karamba. Benih kepiting yang ditebarberukuran berat 200 - 300 gram per ekor. Untuk ukuran karamba 1,5 - 2 x 1 x 1 meter kepadatan tebar nya kurang lebih 15 - 25 kg atau sebanyak 60 - 70 ekor.

3. PEMELIHARAAN

Penempatan karamba dalam petak tambak disarankan diletakkan di dekat pintu masuk/keluar air. Posisi karamba sebaiknya menggantung berjarak 15 cm dari dasar perairan yang tujuannya agar sisa pakan yang tidak termakan jatuh ke dasar perairan tidak mengendap di dalam karamba. Diusahakan seminggu 2 kali karamba dipindah dari posisi semula hal ini bertujuan agar terjadi sirkulasi / pergantian air. Kegiatan dalam pemeliharaan setelah penebaran dilakukan :

- Pemberian pakan rucah lebih diutamakan dalam bentuk segar sebanyak 5 -10% dari berat badan dan diberikan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore/malam hari.
- Penggantian air dilakukan bila terjadi penurunan kualitas air.
- Sampling dilakukan setiap 5 hari untuk mengetahui perkembangan pertumbuhan dan kesehatan kepiting.
Dengan pengelolaan pakan yang cermat, cocok dan tepat jumlah maka dalam tempo 10 hari
pertumbuhan kepiting bisa diketahui.
4. PEMANENAN

Pemeliharaan / penggemukan kepiting di karamba dapat dilakukan selama 15 hari, tergantung pada ukuran benih dan laju pertumbuhan. Laju pertumbuhan oleh jenis pakan yang diberikan dan kualitas air tambak. Untuk memanen kepiting digunakan alat berupa seser baik untuk tujuan pemanenan total maupun selektif. Pelaksanaan panen harus dilakukan oleh tenaga terampil untuk menangkap dan kemudian mengikatnya. Selain itu tempat dan waktu penyimpanan sebelum didistribusikan kepada konsumen menentukan kesegaran dan laju dehidrasi karena kehilangan berat sekitar 3 - 4% dapat menyebabkan kematian.

5. ANALISA USAHA
Beberapa asumsi yang digunakan dalam menghitung biaya dan pendapatan dalam usaha penggemukan kepiting :
- Lama pemeliharaan 15 hari.
- Harga jual kepiting jantan Rp. 27.000,- dan kepiting betina Rp. 50.000,-
- Benih yang dibutuhkan 20 kg atau 60 ekor/keramba
- SR 75% atau 88 ekor, jantan 44 ekor atau 22 kg dan betina 44 ekor atau 22 kg dengan ukuran 1-2 ekor/kg.

ANALISA LABA-RUGI
A.   Biaya Investasi
-Pembuatan Karamba 2bh @ Rp.250.000 : Rp. 550.000
-Pembelian Peralatan : 50.000
Sub total A : Rp. 550.000

B. Biaya Operasional
- Benih 40 kg @ Rp. 19.000 : Rp. 760.000
-Pakan 150 kg @ Rp. 1.000 : Rp. 150.000
-Tenaga Kerja : 150.000
Sub total B : Rp.1.060.000

C. Penyusutan Modal 10% x A : Rp. 55.000

D. Total Biaya (B+C) : Rp.1.115.000

E. HasilPenerimaan
-Kepiting jantan 44 kg @ Rp. 27.000 : Rp. 594.000
-Kepiting betina44 kg @ Rp. 50.000 : Rp.1.100.000
Sub total E : Rp.1.694.000

F. Laba Operasional (E-D) : Rp. 579.000
G. Laba dalam 1 tahun (Fx12bln) : Rp.6.948.000

ANALISA BIAYA

1. Cash Flow{G+A} : Rp.7.498.000
2. Rentabilitas {F:(A+B)*100%)} : 46%
3. B/C Rati0 {E :D} : 1,5
4. Pay BackPeriod {(A+B) : (G+A) x 1tahun} : 3 bulan
5. Break EvenPoint {(C:(1 - (B:E)} : Rp. 146.956
Cara lama menyantap kepiting telah berakhir. Anda tak perlu berjuang mengkorek-korek cangkangnya demi mengeluarkan dagingnya. Alih-alih, cangkang tersebut bisa dimakan.
Kepiting inilah yang kerap disebut sebagai kepiting soka/lunak (soft shell). Semua bagian tubuh kepiting tersebut bisa dimakan, termasuk cangkangnya yang keras. Fakta itu tak ayal membuat popularitas kepiting soka naik.
Permintaannya terus melonjak meski harganya cukup tinggi. Harga per kilonya bisa mencapai sekitar Rp 60 ribu. Namun, hidangan ini belum banyak tersedia di restoran-restoran penyaji makanan akuatik.
Pasokan kepiting soka masih rendah karena usaha budidayanya belum berkembang. Alasannya terkendala oleh bibit yang selama ini hanya mengandalkan tangkapan alam. Kendati demikian, usaha budidaya kepiting soka tetap menyimpan peluang besar. Apalagi dengan kian bertambahnya penggemar Mr. crab dari hari ke hari. (fn/jp/lb/sc/tb) www.suaramedia.com

Selasa, 07 November 2017

PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN GILLNET MILLENNIUM

PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN GILLNET MILLENNIUM



A. PENGOPERASIAN GILLNET MILLENNIUM


Operasional jaring insang dasar millennium dalam skala besar memakan waktu rata-rata 35 hari. Lima hari pertama diperlukan untuk bernavigasi menuju daerah penangkapan ikan, demikian juga pada lima hari terakhir diperlukan untuk bernavigasi kembali ke home base. Dengan demikian, hari operasi untuk gillnet millennium adalah 25 kali setting.
Bagi perikanan skala kecil dapat mengoperasikannya dengan jumlah hari operasi pendek (5-7 hari). Operasi tergantung dari peralatan yang dimiliki.


a.
Persiapan pengopersian
Kegiatan pengoperasian jaring insang dasar diawali dengan persiapan yang meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
Rangkaian jaring insang millennium skala besar terdiri dari 100 pis ditempatkan pada geladak kapal, kemudian menyiapkan rangkaian perlengkapan lainnya, seperti pelampung tanda yang difungsikan sebagai selambar dan tali bantu.
b.
Pengoperasian (setting)
Setelah persiapan pengoperasian dilakukan dan kapal sudah sampai di fishing ground, maka jaring insang siap untuk di pasang/ditebar, alangkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1.
Jaring ditebar setelah matahari terbenam, diawali dengan penerjunan pelampung tanda. Tali ini diikat menjadi satu dengan tali bantu dan tali pelampung bersamaan dengan diterjunkannya jangkar. Kemudian diikuti dengan penurunan rangkaian jaring.
2.
Penebaran jaring diusahakan jangan saling membelit.
3.
Penurunan tali ris bawah (pemberat) diusahakan memperhatikan posisi jaring sehingga pemberat tidak membelit pada lembaran jaring.
4.
Penebaran jaring memakan waktu rata-rata 2 jam (kondisi baik). Setelah semua rangkaian jaring diturunkan, kapal berputar menuju pelampung tanda pertama untuk hauling. Untuk menuju pelampung tanda pertama diperlukan waktu rata-rata 1 jam.
5.
Pada cuaca buruk, rangkaian jaring langsung ditarik.
b.
Penarikan (hauling)
Penarikan dilakukan sebagai berikut:
1.
Rangkaian jaring ditarik dan diangkat ke atas kapal, pengangkatan jaring insang diawali dari pelampung utama yang diterjunkan paling awal.
2.
Tali Bantu yang  sudah dirangkai dengan tali pelampung ditarik dan dipasang pada kapstan (line hauler). Satu petugas khusus menangani tali ini, bekerjasama dengan pengendali mesin kapstan. Petugas lain membuka ikatan tali Bantu dari rangkaian jaring insang.
3.
Selama rangkaian jaring insang ditarik, ikan-ikan yang tertangkap diambil, dan jaring langsung disusun secara teratur untuk memudahkan pengoperasian selanjutnya.
4.
Penarikan rangkaian jaring memakan waktu selama rata-rata tujuh jam bila tidak terjadi hambatan.
5.
Dalam operasi pengangkatan jaring, kapal selalu diusahakan mengikuti arah penarikan jaring dengan selalu menyesuaikan posisi haluan kapal agar penarikan menjadi ringan dan jaring tidak membelit propeller.

B. PERAWATAN GILLNET MILLENNIUM 

Perawatan alat tangkap harus dilakukan secara teratur agar unit alat penangkap ikan dapat berumur panjang dan selalu siap untuk digunakan kembali.

Jaring insang millennium terdiri dari 6-10 serat monofilament. Jenis bahan ini rentan sekali terhadap sinar matahari, sehingga akan mengurangi umur jaring. Oleh karena itu jaring insang millennium harus disimpan pada tempat yang terhindar dari pengarung sinar matahari langsung.

Penyimpanan  jaring harus teratur dan rapi, serta tetap terpelihara keutuhan untuk mencegah kusut agar selalu siap untuk digunakan.

Bila terjadi kerusakan pada jaring, harus segera diperbaiki supaya tidak tambah rusak dengan cara sebagai berikut:

Bentuklah kerusakan tersebut agar mudah diperbaiki dengan jalan memotong.


Setelah dibentuk untuk memudahkan perajutan, mulailah perbaikan dari salah satu simpul berkaki tiga (simpul ‘a’), Diakhiri dengan membuat simpul pada kaki tiga terakhir (simpul b)






Sumber: BPPP Ambon