Senin, 18 Juni 2018

“Penyakit Non Infeksi Pada Ikan”

“Penyakit Non Infeksi Pada Ikan”

PENYAKIT AKIBAT PENGARUH LINGKUNGAN
Penyakit pada ikan merupakan gangguan pada fungsi atau struktur organ atau bagian tubuh ikan. Penyakit pada ikan dapat muncul akibat adanya faktor-faktor yang tidak sesuai dengan syarat hidup ikan. Umumnya, serangan penyakit pada ikan terjadi akibat kelalaian manusia yang membiarkan kondisi yang tidak seimbang atau tidak harmonis dalam hubungan mata rantai kehidupan ikan, parasit dan lingkungan. Jika keadaan ini tidak mendapat perhatian serius maka akan mengganggu kesehatan ikan. Ikan akan mudah terserang penyakit dan mengakibatkan kematian. Kerugian yang timbul akibat serangan suatu penyakit dapat berbentuk kematian, pertumbuhan yang lambat bahkan tidak normal, atau produksi benih yang menurun.
Dengan demikian, kegagalan usaha budidaya ikan akibat penyakit tidak hanya disebabkan oleh faktor tunggal saja, tetapi merupakan hasil interaksi yang sangat kompleks antara ikan budidaya (kualitas, stadia rawan), lingkungan budidaya (intern dan ekstern) dan organisme penyebab penyakit serta kemampuan dari pelaksana atau budidayawan itu sendiri. Pada intinya, kesehatan ikan dapat menjadi terkontrol jika semua aspek lingkungan telah terkontrol pula. Ikan yang pernah terserang penyakit dapat pula menjadi sumber penyakit karena fungsinya menjadi agen (perantara) terhadap timbulnya penyakit baru di kemudian hari jika tidak segera ditangani atau diobati secara tuntas.
Salah satu kelompok penyebab penyakit pada ikan yang juga harus diwaspadai oleh pembudidaya ikan dan hobiis (kolektor) ikan adalah kelompok non-infeksi. Kelompok ini adalah kelompok penyakit yang disebabkan oleh bukan jasad hidup, antara lain disebabkan oleh perubahan lingkungan seperti kepadatan ikan terlalu tinggi, variasi lingkungan (oksigen, suhu, ph, salinitas, dsb), biotoksin (toksin alga, toksin zooplankton, dsb), pollutan, rendahnya mutu pakan dan lain-lain. Penyakit akibat lingkungan pada ikan sering terjadi. Berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi 3 golongan yaitu akibat faktor abiotik, faktor biotik dan faktor penanganan (handling).
  1. Faktor Abiotik (Suhu, Oksigen Terlarut, pH, dan Kesadahan)
  • Suhu/ Temperatur
Ikan mempunyai tahap toleransi yang maksimal dan minimal terhadap perubahan suhu. Jika terjadi perubahan suhu melebihi 5oC secara mendadak, akan mempengaruhi keseimbangan regulasi sistem saraf dan hormonal badan ikan yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan terhadap sistem imunisasi.
Suhu yang tinggi di daerah tropis merupakan masalah yang sering ditemukan, karena menyebabkan kurangnya kelarutan oksigen dan meningkatnya pertambahan mikroorganisme di dalam sistem akuatik. Suhu rendah menyebabkan kecepatan metabolisme turun dan nafsu makan ikan menurun. Suhu dingin di bawah suhu optimum akan berpengaruh pada tingkat kekebalan tubuh ikan, sementara itu sedangkan suhu optimum berbeda-beda bagi masing-masing jenis ikan. ’Heat stress’ menyebabkan kadar metabolisme badan ikan meningkat, akibatnya ikan mengalami penurunan selera makan dan mudah terjangkit penyakit akibat kurangnya ketahanan melawan penyakit.
  • Cahaya dan Kelarutan Oksigen
Cahaya diperlukan untuk proses fotosintesis dan fotosintesis akan meningkatkan kelarutan oksigen di dalam sistem akuatik. Banyak faktor yang berpengaruh dalam proses ini akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen di dalam air.
CO2 + 2 H2X ———– tenaga cahaya ———– [CH2O] + H2O + 2X
6CO2 + 6H2O ———– tenaga cahaya ———– C6H12O6 + 6O2
Tahap kebutuhan oksigen terlarut untuk ikan adalah antara 4 – 10 ppm. Ikan dapat hidup di bawah 4 ppm, tetapi kadar oksigen yang rendah akan mempengaruhi kadar tumbuh besar ikan secara keseluruhan.
  • pH
Bagi ikan, pH air yang dibutuhkan akan bervariasi tergantung jenisnya. Pada umumnya ikan akan toleran terhadap range pH tertentu misalnya untuk ikan hias jenis Mas Koi dan Mas koki antara 6,2 – 9,2. Keberadaan pH air yang ekstrim dibawah atau diatas pH optimum akan mengakibatkan gangguan pada kesehatan ikan. Efek langsung dari pH rendah dan yang terlalu tinggi adalah berupa kerusakan sel epitel baik kulit maupun insang, karena akan mengganggu pada proses penyerapan oksigen terutama bagi ikan yang bernafas menggunakan insang.
  • Kesadahan
Kesadahan pada lingkungan pembudidaya ikan dikenal dengan istilah air lunak dan air yang keras. Nilai kesadahan pada air biasanya ditentukan dengan kandungan kalsium karbonat atau magnesium. Tingkatan nilai kesadahan untuk air dapat dibedakan menjadi air yang lunak (air dengan kesadahan rendah), air yang sedang dan air yang keras (kesadahan tinggi) dan sangat keras. Pada tabel  dibawah ini dapat dilihat tingkat kesadahan air berdasarkan jumlah kandungan kalsium karbonat.
Tingkat kesadahan
Kandungan kalsium karbonat
Nilai kesadahan
(dCHo)
Lunak (rendah)
Sedang
Keras (tinggi)
Sangat keras
0 – 50
50 – 150
150 – 100
> 300
0 – 3,5
3,5 – 10
10,5 – 21
> 21
  • Pencemaran
Bahan cemaran berasal dari sumber air pada usaha budidaya ikan, yang menggunakan sumber air dari sungai atau perairan umum lainnya. Bahan cemaran berasal dari limbah domestik, aliran darat yang dibawa oleh hujan maupun limbah industri berupa bahan beracun dan logam berat. Bahan cemaran tersebut secara langsung dapat mematikan atau bisa juga melemahkan ikan.
Oksigen terlarut akan berkurang dikarenakan proses pembongkaran bahan organik dari bahan cemaran oleh bakteria. Proses ini juga akan meningkatkan populasi bakteri disamping meningkatkan kandungan sistem akuatik. Bahan cemaran dengan konsentrasi rendah yang berlangsung dalam jangka waktu lama akan menimbulkan efek yang tidak mematikan ikan tetapi mengganggu proses kehidupan ikan (sublethal) dan hal ini akan mengganggu kesehatan ikan. Pada kondisi demikian ikan akan mudah terinfeksi oleh segala macam penyakit misalnya penyakit akibat infeksi jamur dan bakteri.
  1. Faktor Biotik
Adanya nutrien yang tinggi dari kondisi di atas akan mengakibatkan ‘alga bloom’, yang akan menurunkan kandungan oksigen, meingkatkan karbondioksida dan pH air melalui proses dekomposisi. Algae yang menutupi permukaan air, menghalangi cahaya yang masuk dan akan mengganggu proses pernafasan ikan. Sementara itu algae yang tumbuh di dalam air berpengaruh terhadap pergerakan ikan karena akan terperangkap oleh algae. Selain itu algae sel tunggal berupa filament, dapat masuk ke dalam lembar insang dan mengganggu proses pernafasan ikan, sehingga ikan lama kelamaan akan mengalami kekurangan oksigen.
Beberapa alga yang biasanya tumbuh berlebih (blooming) akan berpengaruh pada pengurangan kandungan oksigen dalam air baik dari aktivitas fotosintesa terutama pada waktu malam hari. Akibat dari aktivitas pembusukan algae akan menimbulkan bahan beracun seperti ammoniak. Selain itu beberapa algae akan bersifat racun bagi ikan misalnya dari jenis Mycrocystis aeruginosa.
  1. Faktor Penanganan (Handling)
Beberapa faktor penanganan ikan perlu diperhatikan adalah: pemberian pakan yang tidak seimbang, penanganan ikan secara kasar dan jumlah padat tebar terlalu tinggi. Pemberian pakan yang tidak seimbang. Pemberian pakan secara berlebihan perlu dihindari, karena pakan yang berlebih akan jatuh ke dasar perairan menjadi substrat pertumbuhan bakteri. Selain dari itu, bahan organik menyebabkan proses perombakan dan selanjutnya akan meningkatkan persaingan terhadap penggunaan oksigen.
  • Penanganan ikan secara kasar
Pada saat ikan dijadikan sampel pemeriksaan penyakit, tindakan penanganan ikan secara kasar dapat menyebabkan cidera pada ikan. Masalah penyakit akibat bakteri dan jamur merupakan masalah utama yang sering dihadapi akibat penanganan ikan secara kasar.
  • Jumlah padat tebar terlalu tinggi
Kepadatan ikan yang terlalu tinggi menyebabkan ikan saling berebut oksigen. Kekurangan oksigen akan menyebabkan ikan stres dan daya tahan tubuhnya menurun sehingga mudah dihinggapi penyakit. Bagi ikan berduri, badannya akan mudah mendapat luka sehingga penyakit akan mudah menular dari satu ikan ke ikan lainnya. Kondisi padat juga akan menyebabkan terjadi ‘krisis sosial’ di mana ikan yang besar akan mendominasi ikan kecil, akibatnya proses tumbuhbesar ikan akan terhambat sehingga ukuran ikan menjadi tidak seragam.

PENYAKIT KEKURANGAN NUTRISI
Seperti halnya manusia, ikan memerlukan nutrisi yang baik, agar bisa hidup dengan sehat. Oleh karena itu ikan perlu diberi makan dengan makanan yang mengandung kadar nutrisi yang memadai. Nutrisi yang harus ada pada ikan adalah protein, karbohidrat, lemak, mineral, dan vitamin. Pakan ikan harus mengandung cukup protein, karena protein yang dibutuhkan oleh ikan relatif tinggi. Kekurangan protein akan menurunkan daya tahan tubuh ikan terhadap penyakit dan pertumbuhan ikanpun akan terganggu.
Kekurangan vitamin pada ikan mengakibatkan kelainan-kelainan pada tubuh ikan baik kelainan bentuk tubuh ataupun kelainan fungsi faal (fisiologi). Contohnya:
  1. Kekurangan vitamin A mengakibatkan pada pertumbuhan yang lambat, kornea mata menjadi lunak, mata menonjol dan mengakibatkan kebutaan, pendarahan pada kulit dan ginjal.
  2. Ikan yang kekurangan vitamin B1 (Thiamin) menunjukkan gejala : ikan lemah dan kehilangan nafsu makan, timbulnya pendarahan atau penyumbatan pembuluh darah, abnormalitas gerakan seperti kehilangan keseimbangan, dan warna kulit ikan menjadi pucat.
  3. Kekurangan vitamin B2 (Riboflavin) menunjukkan gejala: mata ikan keruh dan pendarahan pada okuler mata, akibatnya ikan lama kelamaan akan mengalami kebutaan, kulit berwarna gelap, nafsu makan hilang, pertumbuhan lamban dan timbulnya pendarahan pada kulit dan sirip.
  4. Ikan yang mengalami kekurangan vitamin B6 (Pyridoxine) akan menyebabkan frekuensi pernafasan meningkat, ikan kehilangan nafsu makan, ikan lama kelamaan akan mengalami kekurangan darah.
  5. Vitamin C sangat berperan di dalam pembentukan kekebalan tubuh, karena itu kekurangan vitamin C yang berlangsung dalam periode lama akan mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh. Kekurangan vitamin C pada ikan akan menunjukkan gejala ikan berwarna lebih gelap, pendarahan terjadi pada kulit, hati dan ginjal. Kekurangan vitamin C juga akan menyebabkan terjadinya kelainan pada tulang belakang yaitu bengkok arah samping (Scoliosis) dan bengkok arah atas dan bawah (Lordosis). Pada tabel dibawah ini dapat dilihat beberapa contoh kelainan pada tubuh ikan akibat dari kekurangan nutrisi tertentu.
Gejala Kekurangan
Nutrisi
Anemia
Folic Acid, Inositol, Niacin, Pyrodoxine, Rancid Fat, Riboflavin, Vitamin B12, Vitamin C, Vitamin E, Vitamin K.
Anorexia
Biotin, Folic Acid, Inositol, Niacin, panthothenic Acid, Pyrodoxine, Riboflavin, Thiamin, Vitamin A, Vitamin B12, Vitamin C
Acites
Vitamin A, Vitamin C, Vitamin E,
Ataxia
Pyrodoxine, Pantothenic acid, Riboflavin
Atrophy of Gills
Panthothenic Acid
Atrophy of Muscle
Biotin, Thiamin
Caclinosis: renal
Magnesium
Cartilage abnormality
Vitamin C, Tryptophan
Cataracts
Methionine, Riboflavin, Thiamin, Zinc
Ceroid liver
Rancid Fat, Vitamin E
Cloudy lens
Methionine, Riboflavin, Zinc
Clubbed gills
Pantothenic Acid
Clotting blood; slow
Vitamin K
Colouration: dark skin
Biotin, Folic Acid, Pyrodoxine Riboflavin
Convulsions
Biotin, Pyrodoxine, Thiamin
Discolouration of skin
Fatty Acids, Thiamin
Deformations ; bone
Phosphorous
Deformations ; lenss
Vitamin A
Degenerations of gills
Biotin
Dermatitis
Pantothenis Acid
Diathesis, exudative
Selenium
Distended stomach
Inositol
Distended swimblandder
Pantothenis Acid
Dystrophy, muscular
Selenium, Vitamin E
Untuk menanggulangi akibat kekurangan vitamin maka tentu saja kita harus melengkapi atau menambahkan beberapa vitamin pada pakan ikan.

PENYAKIT KELAINAN GENETIK
Faktor genetik berpengaruh langsung pada bentuk fisik ikan dan keadaan ini tidak akan bisa diobati dengan menggunakan obat antibiotik ataupun jenis yang lainnya. Perkawinan kekerabatan pada ikan akan dapat menimbulkan masalah pada penurunan daya tahan tubuh ikan tersebut terhadap infeksi suatu penyakit, karena perkawinan kekerabatan akan mengakibatkan miskinnya variasi genetik dalam tubuh ikan itu sendiri. Kelainan lain yang sering ditemukan pada ikan hasil perkawinan kekerabatan adalah tutup insang tidak tertutup dengan sempurna. Hal tersebut akan mengganggu proses pernafasan ikan sehingga lama kelamaan ikan akan mengalami kekurangan darah. Ini disebabkan rusaknya sistem pembuat darah akibat dari minimnya oksigen yang dipasok pada jaringan pembuat darah. Pencegahan penyakit yang ditimbulkan oleh penyakit non infeksi adalah sebagai berikut:
  1. Lingkungan, terutama sifat fisika, kimia dan biologi perairan akan sangat mempengaruhi keseimbangan antara ikan sebagai inang dan organisme penyebab penyakit. Lingkungan yang baik akan meningkatkan daya tahan ikan, sedangkan lingkungan yang kurang baik akan menyebabkan ikan mudah stress dan menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit non parasit.
  2. Kepadatan ikan yang seimbang karena jika kepadatan ikan melebihi daya dukung perairan (carrying capacity) akan menimbulkan persaingan antar ikan tinggi, oksigen terlarut menjadi rendah dan sisa metabolisme seperti amoniak akan meningkat sehingga dapat menimbulkan stress dan merupakan penyebab timbulnya penyakit.
Pakan yang seimbang karena pemberian pakan yang kurang bermutu dapat menyebabkan kekurangan vitamin sehingga akan diikuti oleh pertumbuhan yang lambat atau menurunnya daya tahan ikan dan memudahkannya untuk diserang penyakit. Disamping itu juga tingkat pemberian pakan dan kualitas pakan juga akan mempengaruhi sistem kekebalan. Untuk tindakan pengobatan penyakit non infeksi dapat dilakukan dengan vaksinasi.

Sumber:
Afriantono, E dan Evi Liviawaty. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kanisius, Yogyakarta.
Dailami. D, A.S. 2002. Agar Ikan Sehat. Swadaya. Jakarta.

Lesmana, Darti. S, 2003. Mencegah dan Menanggulangi Penyakit Ikan Hias. Penebar Swadaya.

Jumat, 08 Juni 2018

PENGGELONDONGAN IKAN BANDENG



Hampir satu dasawarsa serangan penyakit udang yang mematikan belum dapat terkendali secara efektif, kegagalan sudah berkali-kali dialami petani/pengusaha tambak. Timbulnya penyakit udang tersebut disebabkan semakin menurunnya daya dukung lahan tambak sebagai akibat dari penerapan Sapta Usaha Pertambakan yang tidak sesuai anjuran dan adanya berbagai bentuk manipulasi lingkungan perairan tambak yang dilakukan petani, semua ini bermuara kepada terganggunya keseimbangan sistim perairan (Ali Poernomo, 1992).
Salah satu upaya untuk meningkatkan kembali daya guna dan nilai guna lahan tambak diperlukan adanya suatu solusi dengan memfungsikan tambak melalui budidaya bermacam-macam komoditi salah satu diantaranya adalah komoditi ikan bandeng. Ikan bandeng adalah salah satu sumber protein hewani yang harganya lumayan dan dapat dijangkau oleh masyarakat luas, selain dikonsumsi dalam bentuk ikan segar juga dalam bentuk olahan diantaranya: pindang dan bandeng presto (Aslianti, 1994).
      Kebutuhan lain yang akhir-akhir ini cukup berkembang adalah sebagai umpan hidup untuk penangkapan tuna/cakalang (Asmin Ismail, dan Ahmad Sudrajad, 1992). Kelebihan lain yang dimiliki ikan bandeng yaitu tahan terhadap perubahan lingkungan seperti suhu, pH, kecerahan air, mudah beradaptasi dan mempunyai toleransi yang tinggi terhadap kisaran kadar garam 0-15 ppt, tahan terhadap penyakit serta tidak mempunyai sifat kanibal sehingga ikan ini mempunyai kecenderungan untuk dibudidayakan dengan kepadatan tinggi terutama penggelondongan (Liao, 1985). Dalam usaha budidaya benih sampai ukuran gelondongan merupakan komponen penentu menuju keberhasilan budidaya. Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah rendahnya teknologi penggelondongan yang dimiliki petani/pengusaha, baik itu padat tebar, pemberian pakan tambahan dan manajemen air, sehingga tingkat pertumbuhan dan kelulusan hidup yang didapatkan dalam penggelondongan bandeng masih sangat rendah. Untuk itu diperlukan adanya informasi yang akurat menyangkut teknologi penggelondongan nener bandeng sebagai acuan yang dapat dimanfaatkan oleh petani/pengusaha tambak. Beberapa keuntungan dapat diperoleh dengan penggelondongan nener bandeng sampai ukuran (5-7 cm) adalah sebagai berikut :
a. Pemenuhan kebutuhan gelondongan bandeng sepanjang tahun untuk menunjang
    budidaya bandeng umpan maupun bandeng konsumsi.
b. Meningkatkan kelangsungan hidup pada usaha budidaya berikutnya.
c. Menekan biaya produksi dan peningkatan efisiensi pemanfaatan lahan terhadap
    budidaya bandeng umpan atau bandeng konsumsi.
d. Berfungsi sebagai komoditi rotasi untuk memutus siklus penyakit udang.
e. Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani tambak.
f. Menampung tenaga kerja di daerah pesisir pantai.

 1. Pemilihan Lokasi
Pada umumnya petakan tambak penggelondongan nener bandeng sama dengan petakan tambak budidaya ikan bandeng. Petakan tambak dapat dibuat di lokasi dengan perbedaan tinggi pasang surut 2-3 m. Elevasi tambak optimal adalah 0,50 m dari permukaan air laut. Tanah dasar yang ideal bagi tambak bandeng adalah tanah liat berdebu (Selty loan) karena selain mampu menampung air juga sangat baik untuk pertumbuhan alga dasar. Tanah tambak yang baru dibuka pada umumnya bereaksi masam, karena itu perbaikan tanah (reklamasi) perlu dilakukan dengan jalan penjemuran tanah dasar dan pencucian maupun pengapuran.
Persyaratan Lokasi Penggelondongan Nener Bandeng

-       Keadaan Lingkungan (Variabel)
1 PH 7 – 8
2 Oksigen terlarut > 3 ppm
3 Suhu air 25 - 30 0C
4 Salinitas 10 - 30 ppt
5 Sumber air Payau dan tawar
6 Kualitas air Tidak tercemar
7 Tekstur tanah Liat berdebu

 2. Konstruksi dan Desain Tambak
Pematang tambak terdiri dari pematang keliling (tanggul primer) dan pematang penyekat (tanggul skunder). Pematang keliling harus cukup lebar (> 1 m) dengan lereng bagian dalam 1-1,5 dan lereng bagian luar 1-1,20 m. Sedangkan lebar pematang perantara dibuat lebih kecil dengan lereng tanggul 1:1 (Poernomo 1992).

Gambar    Tampak samping  
                             

Gambar tampak atas

Tinggi pematang sebaiknya tidak kurang dari 0,5 m di atas pasang naik tertinggi dari penyusutan sebesar 15-20% harus diperhitung pada pembuatan semua jenis pematang. Saluran di tambak terdiri atas saluran pemasukan, saluran pembuangan dan saluran pembagi. Di dalam tiap petakan tambak dapat dibuat parit-parit keliling (caren) dengan lebar 2-4 m dan dalam 0,3-0,5 m dari permukaan pelataran. Pintu air satu unit tambak terdiri atas satu pintu utama, pintu sekunder dan pintu tertier. Pintu utama dipasang pada pematang utama keliling untuk pengaturan pemasukan air ke dalam unit tambak.
 Pintu sekunder dipasang pada pematang perantara untuk memasukkan air dari saluran pembagi ke dalam tiap petakan, ukuran pintu air sebaiknya diatur sesuai dengan kapasitas lahan sehingga pemasukan dan pengeluaran air dapat dilakukan dengan lebih cepat. Tiap petak dalam satu unit tambak harus mendapatkan pengairan tersendiri, untuk mencegah penggunaan air yang berkualitas rendah sebaiknya pengairan tidak dilakukan secara seri.
3. Persiapan

- Pengeringan tanah dasar tambak
Persiapan untuk pengeringan tanah dasar dilakukan terlebih dahulu mengadakan perbaikan pematang, saluran dan pintu tambak. Tanah dasar bagian pelataran diolah dan diratakan, kemudian tanah dasar dikeringkan selama 7 hari hingga tanah dasar retak-retak sampai sedalam 1 cm. Dalam kegiatan pengeringan ini juga disertai kegiatan aplikasi pemberantas hama yaitu dengan menggunakan Saponin sebanyak 30 kg/ha.

- Pemupukan awal
Pemupukan merupakan salah satu bentuk masukan energi yang dimanfaatkan ikan secara tidak langsung. Pupuk organik selain merupakan sumber hara yang lengkap bagi pakan alami juga dapat memperbaiki struktur tanah. Pupuk an-organik merupakan pelengkap yang dapat menyediakan zat hara secara cepat untuk kebutuhan pakan alami. Pakan alami yang bisa ditumbuhkan di tambak sebagai pakan utama ikan bandeng adalah kelekap, yaitu kumpulan berbagai jenis jasad dasar yang komponen utamanya terdiri dari alga biru (Cyanophyceae) dan diatom (Bacillariophyceae). Tahap pertama usaha penumbuhan kelekap adalah pengeringan tanah dasar. Apabila pengeringan telah dilakukan, pupuk organik berupa kotoran ternak dengan dosis 2-3 ton/ha ditaburkan secara merata di pelataran, kemudian disusul pemupukan anorganik (buatan) berupa Urea 75-100 kg/ha, TSP 40-50 kg/ka ditaburkan secara merata di pelataran. Tambak diairi macak-macak dengan tinggi air sekitar 5 cm dan diberakan selama satu minggu. Selanjutnya dilakukan pengairan secara bertahap, hari pertama setinggi 10 cm, hari kedua 20 cm, hari ketiga 30-40 cm dan dibiarkan selama kira-kira satu minggu sampai kelekap tumbuh subur. Selanjutnya air ditambahkan lagi hingga 40-50 cm dan tambak siap ditebari benih ikan bandeng. Pada waktu pengisian air, pintu air harus dipasang saringan yang cukup rapat untuk menghindari masuknya organisme predator.

4. Penebaran Benih

- Ukuran
Benih (nener) ikan bandeng yang ditebar adalah benih yang berada dalam tahap akhir masa larva, yang secara alami dijumpai di perairan pantai dengan panjang tubuh total 10-16 mm. Apabila penebaran menggunakan benih ikan bandeng yang dihasilkan dari panti pembenihan maka benih tersebut merupakan benih yang berumur 21-25 hari.

- Padat tebar
Padat tebar yang baik untuk lama penggelondongan 40-60 hari adalah 10-12 ekor/m2. Sebelum penebaran dilakukan, benih perlu diaklimatisasi terhadap kondisi lingkungan (suhu dan salinitas) medium tambak penggelondongan. Pertama sekali benih ditempatkan dalam suatu wadah, kemudian air dari tambak sedikit demi sedikit dimasukkan ke dalam wadah tersebut dengan selang melalui salah satu sisi wadah, sedangkan dari sisi lain air dari wadah disipon keluar dengan menggunakan selang yang dilengkapi saringan sehingga dengan demikian akhirnya kondisi suhu dan salinitas air dalam wadah menjadi sama dengan kondisi air dalam tambak. Setelah aklimatisasi benih selesai dilakukan, selanjutnya benih dapat ditebar ke tambak.

5. Pemeliharaan  

- Pengelolaan air
Kegiatan rutin setelah penebaran benih adalah pengamatan untuk mempertahankan kualitas air yang baik dan tersedianya organisme pakan yang cukup di dalam tambak. Pengelolaan kualitas air ditujukan untuk memberikan kondisi media hidup yang optimal bagi pertumbuhan ikan. Selama penggelondongan harus dijaga agar salinitas dan ketinggian air selalu stabil dan ketinggian air dipertahankan 40-50 cm. Laju penguapan dan curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan salinitas berubah (berfluktuasi) dan kondisi seperti ini memungkinkan dapat menghambat pertumbuhan alga dasar dan sebaliknya dapat menyuburkan pertumbuhan jenis plankton lain yang tidak diinginkan sebagai pakan alami ikan bandeng. Dalam penggelondongan nener bandeng yang baik, alga dasar tambak tumbuh dengan subur dan warna airnya yang jernih. Namun apabila jenis plankton lain yang tumbuh subur seperti protozoa, flagellata, fitoflagellata dan rotifera maka warna air akan berubah menjadi kuning atau coklat. Akibatnya kandungan oksigen dalam air menjadi semakin rendah dan akhirnya dapat menyebabkan kematian ikan bandeng secara massal. Oleh karena itu, perlu adanya penambahan/ penggantian air laut yang baru. Penggantian air dapat dilakukan secara gravitasi dengan pemanfaatan gerakan air pasang surut atau pompanisasi.

6. Pemupukan susulan
Setelah penebaran benih, kelekap sebagai pakan alami semakin lama akan semakin berkurang sehingga perlu adanya pemupukan susulan agar kelekap dapat tumbuh secara kontinuinitas. Pemupukan susulan satu sampai dua minggu sekali, hal ini tergantung dari nilai kesuburan tambak dan dimulai 2-3 minggu setelah penebaran. Pupuk susulan yang digunakan masing-masing Urea 15-25 kg/ha dan SP36 10-15 kg/ha dan ditambah pupuk perangsang seperti Forest, Ladan, Ursal, dan lain-lain sebanyak 1 kg/ha.

7. Pengendalian hama dan penyakit
Hama di tambak dapat dibagi dalam tiga golongan yaitu; predator, kompetitor, dan organisme penggangu. Predator terdiri dari burung, lingsang, reptil, ikan dan manusia. Kompetitor termasuk ikan herbivora dan beberapa jenis moluska. Organisme penggangu terdiri dari berbagai species insekta dan cacing. Cara pemberantasan hama yang lazim dilakukan di tambak adalah pengeringan dan penggunaan beberapa jenis pestisida maupun racun tanaman. Tahap pertama pemberantasan hama adalah pengeringan tanah dasar. Pengeringan ini selain berfungsi mengoksidasi bahan organik dan mengeraskan tanah dasar juga membantu pemberantasan berbagai ikan liar, moluska, kepiting, cacing serta organisme hama lainnya. Apabila pengeringan tidak dapat dilakukan secara menyeluruh, maka pada bagian yang tergenang ditambahkan obat pemberantas hama. Untuk keperluan ini dapat digunakan Rotenon dalam bentuk akar tuba (Dheris sp) sebanyak 4-5 kg/ha. Selain itu, dapat juga digunakan Saponin dalam bentuk biji (Camelia sinensis) sebanyak 25-30 kg/ha atau nikotin dalam bentuk serbuk tembakau dengan dosis 200-500 kg/ha.
8. Lama pemeliharaan
`Penggelondongan nener bandeng biasanya sudah mencapai standar ukuran 7-10 cm setelah masa pemeliharaan 40-60 hari. Ukuran ini merupakan yang tepat sebagai gelondongan untuk penebaran berikutnya baik untuk tujuan bandeng umpan maupun konsumsi.
9. Cara Panen
Pemanenan dilakukan untuk tujuan pemeliharaan berikutnya, oleh karena itu hasil panen harus dalam keadaan hidup. Pemanenan dapat dilakukan pada pagi, sore atau malam hari. Pemanenan pada waktu air pasang dapat dilakukan dengan cara memasukkan air baru ke dalam tambak.

Hal ini menyebabkan ikan-ikan bergerak menuju arah masuknya air dan berkumpul di dekat pintu air. Dengan menggunakan jaring, prayang atau pukat ikan-ikan digiring menuju pintu air, kemudian secara perlahan-lahan lingkaran jaring diperkecil sehinggga ikan-ikan terkurung di dekat pintu. Penangkapan pada waktu air surut dilakukan terlebih dahulu untuk mengurangi air tambak sehingga air tersisa di dalam caren sekitar 20 cm. Ikan digiring perlahan-lahan dan lingkaran diperkecil sehingga ikan dapat berkumpul dekat pintu. Ikan-ikan yang sudah terkurung perlu dibera selama 1-2 hari sebelum dipanen untuk dipindahkan. Penangkapan ikan harus dilakukan sangat hati-hati untuk mencegah kemungkinan luka-luka pada tubuh ikan dan kehilangan sisik akibat gesekan. Jika lokasi pengangkutan agak jauh, ikan perlu dipak terlebih dahulu dalam kantong plastik yang telah berisi air laut dengan kepadatan 25-50 ekor/liter sesuai ukuran ikan diberi oksigen dengan perbandingan air dan oksigen 1:1,5 atau 1:2 tergantung jarak jauh pengangkutan.

Sumber: 

Tristian, 2011. Budidaya Ikan Bandeng (Chanos chanos): Modul Penyuluhan Perikanan. Jakarta, Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan BPSDMKP.