Rabu, 30 September 2015

SEJARAH PENGUKURAN KAPAL

SEJARAH PENGUKURAN KAPAL

     
Sebelum ditetapkannya cara pengukuran kapal yang saat ini diberlakukan di banyak negara termasuk Indonesia, masing-masing negara menerapkan cara pengukuran yang berbeda-beda. Cara pengukuran kapal yang berbeda-beda ini kemudian menimbulkan permasalahan bagi kapal2 dengan rute pelayaran internasional. Berdasarkan hal tersebut, maka pada tahun 1927 dibuat persetujuan tentang pengukuran kapal di Oslo, Norwegia. Isi persetujuan ini adalah pemberlakuan cara ukur MOORSOM dalam pengukuran kapal. Persetujuan ini berlaku bagi Indonesia dengan diberlakukannya Ordonansi Pengukuran Kapal (Sceepmentie ordonantie) 1927.
         Isi dari ordonansi pengukuran kapal ini adalah tentang pemberlakuan cara ukur MOORSOM bagi kapal2 Indonesia. Cara ukur MOOSOM sendiri telah diterapakan sejak tahun 1855 di Inggris dan negara2 jajahannya. Kemudian penerapannya diikuti oleh Austria, Italia, Turky, Norwegia dan Finlandia pada tahun 1886, Tetapi, dalam pelaksanaannya satu negara dengan negara yang lain mempunyai sistem yang berbeda-beda.
        Menyadari betapa pentingnya penetapan suatu sistem universal untuk pengukuran kapal guna melayani pelayaran internasional, maka pada tanggal 27 Mei s/d 23 Juni diadakan suatu konferensi di London yang bertujuan merumuskan suatu konvensi internasional tentang pengukuran kapal. Konferensi ini menghasilkan tiga rekomendasi yang timbul dari pertimbangan2 mendalam. Ketiga rekomendasi tersebut adalah :
Disahkannya International  Convention  on Tonnage Measurment of Ships 1969;
Penggunanaan isi kotor (Gross Tonnage) dan isi bersih (Net Tonnage) sebagai parameter pengukuran; dan
Adanya penafsiran yang seragam terhadap definisi berbagai istilah.
Pemerintah Indonesia kemudian mengesahkan hasil konvensi tersebut melalui Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Pengesahan International Convention on Tonnage Measurment of Ships (TMS 1969).
       Beberapa hal penting yang perlu diketahui dari TMS 1969 adalah bahwa konvensi ini diterapakanya bagi kapal2 yang memiliki panjang 24 meter atau lebih (pasal 3-4). Sementara itu, bagi kapal2 yang panjang kurang dari 24 meter diatur oleh masing2 negara. Selanjutnya berdasarkan ketentuan TMS  1969 kemudian pemerintah Indonesia melalui Keputusan Menteri Perhubungan Tentang Pengukuran Kapal2 berbendera Indonesia yang berukuran panjang < 24 meter dapat diukur berdasarkan ketentuan Ordonansi Pengukuran Kapal 1927.
       Sesuai dengan petunjuk Keputusan Menteri Perhubungan tersebut, maka Direktur Jenderal Perhubungan Laut kemudian menetapkan Kepusannya Nomor PY.67/1/13-90 yang berisi tentang petunjuk pelaksanaan pengukuran kapal2 Indonesia. Kemudian dalam keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor PY.67/1/13-90 menyebutkan bahwa terdapat tiga cara pengukuran kapal2 di Indonesia :
Pengukuran untuk kapal berukuran panjang 24 meter atau lebih dapat di ukur dengan cara pengukuran internasional, dengan rumus GT = K1 x V;
Pengukuran untuk kapal berukuran panjang < 24 meter dapat diukur dengan cara pengukuran dalam negeri, dengan rumus GT = 0,353 x V; dan
Pengukuran utk kapalberukuran panjang < dari 24 atas permintaan pemilik kapal dapat diukur dengan cara pengukuran internasional, dengan rumus GT= 0,25 x V.
Panjang kapal yang dimaksud diatas adalah sesuai dengan ketentuan TMS 1969 yaitu 96 persen dari panjangnya garis air (Water Line) sekurang-kurangnya  pada 85 persen dari ukuran dalam tebesar (Least Moulded Depth) diukur dari sebelah atas lunas, atau panjang dari bagian depan haluan sampai sumbu poros kemudi pada garis air. Definisi ini dalam bidang arsitektur perkapalan (Naval Architecture) dikenal dengan Lenght  Perpendicular (LPP) atau (LBP) yang merupakan panjang kapal antara After  Perpendicular (AP) dengan Fore Perpendicular (FP).
      Panjang kapal bedasarkan TMS 1969  dijadikan dasar utk menentukan cara pengukuran GT yang akan digunakan terhadap kapal. Pada tanggal 17 Mei 2002 DIRJEN PERLA  menetapkan Keputusan Dirjen Perhubungan Laut Nomor PY.67/1/16-02 tentang perubahan atas Keputusan DIRJE PERLA Nomor PY.67/1/13-90. Keputusan ini mengubah dan menggantikan rumusan cara pengukuran dalam negeri yang tecantum dalam pasal 26 ayat (1) Keputusan Dirjen Perhubungan Laut Nomor PY.67/1/13-90 sehingga selengkapnya berbunyi :
Diposkan oleh Fuadi's77 di 12.38

Senin, 28 September 2015

TEKNIK BUDIDAYA BELUT DI AIR TANPA LUMPUR

TEKNIK BUDIDAYA BELUT DI AIR TANPA LUMPUR


 Belut biasanya dibudidayakan dalam molam lumpur seperti dihabitat aslinya di sawah. Namun perkembangan penelitian budidaya belut menunnjukkan bahwa belut pun bisa di budidayakan tanpa lumpur, seperti yang dilakukan oleh peneliti dari UGM ini. 
Belut dicoba dibesarkan di media tidak lazim: hanya air, bukan campuran lumpur, jerami, dan kompos.Sang peneliti, Ir Ign Hardaningsih MSi, ingin meneliti pertumbuhan belut yang dipelihara di media air. Ia menebar 30 [I]Monopterus albus[/I] di akuarium. Air berasal dari sumur ber pH netral, 7. Agar tidak stres saat dipindah ke media air, belut diadaptasikan terlebih dulu. Caranya, Hardaningsih memuasakan belut-belut itu selama 2 pekan. “Setelah dipuasakan, baru diberi pakan berupa burayak ikan dan ikan kecil lain,” ujarnya. Cacing tanah sebetulnya bisa diberikan, tapi harganya relatif mahal. Lumbricus itu mencapai Rp25.000/kg.
Selain pakan, ketua Laboratorium Pembenihan dan Pemuliaan Ikan Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada itu mengganti air sebulan sekali. Suhu ruangan laboratorium diatur pada kisaran 26—28oC. “Suhu agak hangat karena belut biasa hidup di sawah yang penuh bahan organik terdekomposisi,” katanya. Dekomposisi itu membuat suhu media meningkat. Nah, setelah 4 bulan dipelihara di akuarium, belut-belut itu tumbuh hingga seukuran jempol orang dewasa dan tidak ada satu pun yang mati.
Menurut Ade Sunarma MSi, periset di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT), Sukabumi, Jawa Barat,belut berpotensi dikembangkan di media air. “Dengan media air, tingkat kematian dan pertumbuhan belut gampang dicek,” ujar Ade. Dalam budidaya konvensional, peternak mesti membongkar media untuk mengecek. Media air itu juga mengurangi dampak negatif teritorialisme. “Pada media lumpur belut menerapkan teritorialisme —penguasaan wilayah” kata Hardaningsih. Jika ada belut lain yang masuk teritori, pemilik teritori tak segan-segan membunuh penyusup yang mendatangi lubangnya.
Faktor-Fator Utama Dalam Budidaya Belut Di Air Bersih
Beberapa Fator-faktor Utama Yang Harus Kita perhatikan Dalam Budidaya Belut Di Air Bersih
antara lain :

Air
Dalam Budidaya belut di air bersih, air adalah faktor utama yang sangat berpengaruh pada perkembangan belut. Jika air yang kita gunakan dalam budidaya belut tidak rutin di kontrol maka akan sangat mempengaruhi pada perkembangan belut kita.
Air yang bagaimana yang layak digunakan Budidaya belut air bersih? air yang layak digunakan dalam budidaya belut di air bersih adalah air yang jernih, memiliki suhu antara 25-28 derajat C, air yang tidak mengandung zat-zat kimia berbahaya. Air yang kurang layak/tidak bagus untuk budidaya belut di air bersih air PDAM karena banyak mengandung zat-zat kimia (kaporit), air yang langsung diambil dari sumur bur karena sangat minim kandungan oksigennya dan air limbah.
Usahakan dalam melakukan budidaya belut di air bersih, kolam harus ada sirkulasi air walau dengan debit yang sangat kecil (ada yang masuk dan ada yang keluar). Dengan adanya aliran air kedalam kolam budidaya maka akan menambah kandungan oksigen didalamnya sehingga sangat berpengaruh dalam untuk perkembangan serta pertumbuhan belut dan kita juga tidak terlalu repot untuk penggatian air. Jika kolam budidaya belut tidak ada sirkulasi air dan pembuangan, air akan cepat kotor/keruh, maka kita harus sering mengganti air paling tidak selama 2 atau 3 hari sekali, tentunya kita akan sangat kerepotan bukan? Jika air sudah kotor/keruh (warna kuning kecoklatan) air harus segera kita ganti. tapi beda dengan kotoran yang mengendap didasar kolam, walau didasar kolam sudah terdapat endapan tapi airnya masih jernih, air masih layak kita gunakan, asal endapannya tidak terlalu tebal.

Pakan
Pakan juga termasuk salah satu faktor yang sangat penting untuk perkembangan serta pertumbuhan belut. Berilah pakan secukup mungkin, usahakan jangan sampai kekurangan atau jangan berlebihan dan berilah pakan yang paling disukai belut, jika dalam pemberian pakan pada belut terlalu banyak bisa mengakibatkan air cepat kotor(karena sisa makanan) dan bisa mengakibatkan effek negatif pada belut, sehingga belut mudah sakit dan lama kelamaan bisa mengakibatkan kematian. Jika pemberian pakan pada belut kurang, maka bisa menimbulkan sifat kanibalisme pada belut kita dan kita juga akan rugi karena pertumbuhannya akan lama. Selama belut masih mau makan dengan pakan tersebut jangan beralih ke pakan yang lain secara total, kecuali belut mau makan dengan pakan yang kita berikan, jika belut tidak mau makan dengan pakan yang kita berikan, kembalilah kepakan yang sebelumnya.

Jenis-jenis pakan belut antara lain:
cacing lor, cacing merah, cacing lumbricus, ikan cere, ikan cithol, ikan guppy, anakan ikan mas, berudu (kecebong), lambung katak, keong mas/sawah, ulat hongkong dan masih banyak yang lainnya.

Bibit
Pemilihan bibit belut berkualitas adalah salah satu faktor penting dalam menentukan keberhasilan budi daya belut. Umumnya bibit belut yang ada saat ini sebagian besar masih merupakan hasil tangkapan alam. Karena itu, teknik penangkapan bibit dari alam menentukan kualitas bibit. Bibit yang ditangkap dengan cara alami menggunakan perangkap, seperti bubu, merupakan bibit yang cukup baik karena tidak mengalami perlakuan yang menurunkan kualitasnya. Sebaliknya, bibit yang diperoleh dengan cara tidak baik seperti disetrum bukan termasuk bibit berkualitas. Pasalnya, bibit seperti ini pertumbuhannya tidak akan maksimal (kuntet). Lebih baik lagi jika bibit yang digunakan berasal dari hasil budidaya. Ukurannya akan lebih seragam dan jarang terserang penyakit seperti yang mungkin terjadi pada belut hasil tangkapan alam. Sayangnya, bibit belut hasil budidaya untuk saat ini masih sangat sedikit.
Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan terkait bibit belut yang berkualitas.

1. Bibit yang digunakan sehat dan tidak terdapat bekas luka
Luka pada bibit belut dapat terjadi akibat disetrum, pukulan benda keras, atau perlakuan saat pengangkutan. Umumnya, bibit yang diperoleh dengan cara disetrum cirinya tidak dapat langsung terlihat, tetapi baru diketahui 10 hari kemudian. Salah satu ciri-cirinya terdapat bintik putih seperti garis di permukaan tubuh yang lama-kelamaan akan memerah dan pada bagian dubur berwarna kemerahan. Bibit yang disetrum akan mengalami kerusakan syaraf sehingga pertumbuhannya tidak maksimal.

2. Bibit terlihat lincah dan agresif
Bibit yang yang selalu mendongakan kepalanya keatas dan tubuhnya sudah membalik sebaiknya diambil saja karena belut yang sudah seperti ini sudah tidak sehat dan lama kelamaan bisa mati. belut yang sehat mempunyai ciri-ciri: tenang tapi lincah, belut akan mengambil oksigen keatas dengan cepat kamudian kembali kebawah lagi.

3. Penampilan sehat yang dicirikan, tubuh yang keras dan tidak lemas pada waktu dipegang
pada waktu kita memegang belut tentunya kita akan bisa merasakan keadaannya, bila belut tersebut bila kita pegang tetap diam/lemas atau tidak meronta/tidak ada perlawanan ingin lepas, sebaiknya belut dipisahkan, karena belut belut yang seperti ini kurang sehat. Dan sekaliknya jika kita pegang badannya terasa keras dan selalu meronta ingin lepas dari genggaman tangan kita, belut yang mempunyai ciri seperti ini layak kita budidayakan.

4. Ukuran bibit seragam dan dikarantina terlebih dahulu
Bibit yang dimasukkan ke dalam wadah pembesaran ukurannya harus seragam. Hal ini dilakukan untuk menghindari sifat kanibalisme pada belut. Bibit yang berasal dari tangkapan alam harus disortir dan dikarantina. Tujuannya untuk menghindari serangan bibit penyakit yang mungkin terbawa dari tempat hidup atau kolam pemeliharaan belut sebelumnya dan untuk pemilihan belut yang sehat dan tidak sehat. Caranya adalah dengan memasukkan bibit belut ke dalam kolam atau bak yang diberi air bersih biarkan belut tenang dulu (kurang lebih 1 jam) kemudian berilah kocokan telur dicampur dengan madu 1 jam kemudian penggantian air dilakukan dan biarkan belut sampai bener-bener tenang diamkan kurang lebih 1 hari 1 malam kemudaian masuk bibit kekolam pembesaraan.

Kepadatan (Volume)
Kepadatan penebaran bibit dalam pembesaran jenis-jenis ikan sangatlah mempengaruhi pada perkembangan pertumbuhan dan tingkat kematian, misal, dalam pembesaran jenis-jenis ikan seperti lele,gurame, nila dll, kalau penebarannya terlalu padat, waktu pembesaran bisa terhambat walau pemberian pakan sudah sesuai dengan ukurannya dan juga bisa mengakibatkan tingkat kematian yang tinggi.
Namun metode pembesaran Belut di media air bersih ini sangatlah berbeda dengan penebaran bibit jenis-jenis ikan yang lainnya, Kepadatan penebaran bibit belut sangat berperan penting pada pertumbuhan dan tingkat kematian. Kepadatan penebaran bibit belut untuk pertumbuhan, tergantung dalam proses pemberian pakan dan untuk tingkat kematian justru bisa meminimalkannya.

Mempersiapkan Pembesaran

Langkah Awal
Langkah awal untuk melakukan usaha budidaya belut di air bersih adalah memelihara pakan, dalam melakukan usaha budidaya belut,jika kita tidak ingin mengalami kendala terutama masalah pakan dan kita juga akan bisa mengurangi biaya operasional usaha ini, lakukanlah langkah awal ini yaitu 3 atau 4 bulan memelihara pakannya terlebih dahulu sebelum kita menebar bibit belut. Karena selama ini kendala dari para pembudidaya belut baik yang menggunakan media lumpur maupun media air bersih adalah pada pemberian pakan yang tidak menentu karena mereka sebelumnya tidak mempersiapkan pakannya terlebih dahuludan hingga kini pakan yang paling disukai belut adalah pakan dari alam, walaupun sudah ada pembudidaya belut dalam pemberian pakannya menggunakan jenis pelet, namun setelah dihitung-hitung hasil analisa usahanya masih sangat minim,padahal dalam setiap usaha tentunya untuk mendapatkan keuntungan yang lebih, bukan malah membuang-buang duit atau tenaga kita kan???
Banyak pembudidaya belut yang masih meremehkan hal ini dan akhirnya mereka yang akan kerepotan sendiri karena setiap hari harus mencari pakan buat belut kalau tidak, mereka harus membeli pakannya, sehingga untuk biaya operasionalnya akan semakin membengkak untuk pembelian pakan. Dengan kita memelihara pakan terlebih dahulu insyaALLOH akan mudah menghitung jumlah panen dan analisa usahanya.

Persyaratan Lokasi
Secara klimatologis belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan geografis yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya ikan belut dapat berada di dataran rendah sampai dataran tinggi. Begitu pula dengan kelembaban dan curah hujan tidak ada batasan yang spesifik.
Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kondisi kolam tidak beracun.
Suhu udara/temperatur optimal untuk pertumbuhan belut yaitu berkisar antara 25-28 derajat C.
Pada prinsipnya kondisi perairan adalah air yang harus bersih dan kaya akan osigen terutama untuk bibit/benih yang masih kecil.

Belut adalah binatang air yang selalu mengeluarkan lendir dari tubuhnya sebagai mekanisme perlindungan tubuhnya yang sensitif. Lendir yang keluar dari tubuh belut cukup banyak sehingga lama kelamaan bisa mempengaruhi derajad keasaman (pH) air tempat hidupnya. pH air yang dapat diterima oleh belut rata-rata maksimal 7. Jika pH dalam air tempat pembesaran telah melebihi ambang batas toleransi, air harus dinetralkan, dengan cara menggati ataupun mensirkulasikan airnya. Dengan demikian, kolam/tempat pembesaran harus dilengkapi dengan peralatan yang memungkinkan untuk penggantian atau sirkulasi air.
Ada beberapa macam tempat yang dapat digunakan untuk untuk budidaya belut di air bersih (air bening) tanpa lumpur di antaranya: kolam permanen (bak semen), bak plastik, tong (drum).
Dalam Budidaya Belut dengan menggunakan media lumpur dalam wadah/tempat dan ruangan 5X5 meter, hanya bisa dibuat untuk 1 kolam saja berbeda dengan Budidaya belut diair bersih dengan wadah dan Ruangan 5X5 meter, bisa dikembangkanya 3 Kali lipat dari wadah budidaya itu sendiri, karena dalam budidaya air bersih kita hanya memerlukan ketinggian air 30 Cm, maka tempat budiaya kita bisa tingkat menjadi 3 susun atau 3 apartemen.


Sabtu, 26 September 2015

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LELE (Clarias batrachus)

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LELE (Clarias batrachus)


Klasifikasi dan morfologi ikan lele yaitu, Kingdom : Animalia, Sub-kingdom : Metazoa, Phyllum : Chordata, Sub-phyllum : Vertebrata, Kelas : Pisces (ikan yang punya insang untuk bernapas), Sub-klas : Teleostei ( ikan bertulang keras ), Ordo : Ostariophysi ( ikan yang dirongga perutnya sebelah atas ada tulang sebagai alat keseimbangan / sebagai tulang weber ), Sub-ordo : Siluroidea (berkulit licin, tidak bersisik), Familia : Clariidae ( kepala gepeng dan mempunyai alat pernapasan tambahan), Genus : Clarias, Species : Clarias batrachus.


Tengah badannya mempunyai potongan membulat, dengan kepala pipih kebawah (depressed), sedangkan bagian belakang tubuhnya berbentuk pipih kesamping (compressed), jadi pada lele ditemukan tiga bentuk potongan melintang ( pipih kebawah, bulat dan pipih kesamping). Kepala bagian atas dan bawah tertutup oleh pelat tulang. Pelat ini membentuk ruangan rongga diatas insang. Disinilah terdapat alat pernapasan tambahan yang tergabung dengan busur insang kedua dan keempat. Mulut berada diujung moncong (terminal), dengan dihiasi 4 pasang sungut. Lubang hidung yang depan merupakan tabung pendek berada dibelakang bibir atas, lubang hidung sebelah belakang merupakan celah yang kurang lebih bundar berada di belakang sungut nasal. Mata berbentuk kecil dengan tepi orbitalyang bebas. Sirip ekor membulat, tidak bergabung dengan sirip punggung maupun sirip anal. Sirip perut berbentuk membulat dan panjangnya mencapai sirip anal. Sirip dada dilengkapi sepasang duri tajam / patil yang memiliki panjang maksimum mencapai 400 mm. Patil ini beracun terutama pada ikan ikan remaja, sedangkan padaikan yang tua sudah agak berkurang racunya.
Ikan ini memiliki kulit berlendir dan tidak bersisik (mempunyai pigmen hitam yang berubah menjadi pucat bila terkena cahaya matahari, dua buah lubang penciuman yang terletak dibelakang bibir atas, sirip punggung dan dubur memanjang sampai ke pangkal ekor namun tidak menyatu dengan sirip ekor, panjang maksimum mencapai 400 mm. Ikan lele memiliki alat pernapasan tambahan yang disebut Aborescen organ yang merupakan membran yang berlipat-lipat penuh dengan kapiler darah. Alat ini terletak didalam ruangan sebelah atas insang. Dalam sejarah hidupnya lele lele harus mengambil oksigen dari udara langsung, untuk itu ia akan menyembul kepermukaan air. Oleh karena itu jika pada kolam banyak terdapat eceng gondok ikan ini tidak berdaya.
Lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin, kecuali ikan lele laut yang tergolong ke dalam marga dan suku yang berbeda. Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Bahkan ikan lele bisa hidup pada air yang tercemar, misalkan di got-got dan selokan pembuangan.
Ikan lele bersifat nokturnal, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam, ikan lele memijah pada musim penghujan. Ada sedikit perbedaan dikalangan ilmuwan dalam menggolongkan ikan lele ini. Ada yang memasukan ikan lele ini kedalam ikan pemakan daging (karnivora). Adalagi yang memasukanya kedalam omnivora.

SEKSUALITAS IKAN


Pada prinsipnya, seksualitas hewan terdiri dari dua jenis kelamin yaitu jantan dan betina. Begitu pula seksualitas pada ikan, yang dikatakan ikan jantan adalah ikan yang mempunyai organ penghasil sperma,sedangkan ikan betina adalah ikan yang mempunyai organ penghasil telur. Suatu populasi terdiri dari ikan-ikan yang berbeda seksualitasnya, maka populasi tersebut disebut populasi heteroseksual, bila populasi tersebut terdiri dari ikan-ikan betina saja maka disebut monoseksual. Sifat seksual primer pada ikan tandai dengan adanya organ yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi, yaitu ovarium dan pembuluhnya pada ikan betina, dan testis dengan pembuluhnya pada ikan jantan. Sifat seksual sekunder ialah tanda-tanda luar yang dapat dipakai untuk membedakan ikan jantan dan ikan betina. 
Seksual dichromatisme adalah suatu cara untuk membedakan suatu individu ikan merupakan ikan jantan atau betina berdasarkan warna yang dimiliki tubuh dan organ pelengkap lainnya, pada umumnya ikan jantan mempunyai warna yang lebih cerah dan lebih menarik dari pada ikan betina. Sedangkan seksual dimorphisme adalah suatu cara untuk membedakan suatu ikan jantan atau betina berdasarkan morphometrik yang dimiliki seperti ukuran tubuh atau bentuk sirip punggung. Beberapa jenis ikan juga memiliki dua alat kelamin pada tubuhnya yang sering disebut dengan ikan hermafrodit. Ikan hermafrodit dibagi menjadi tiga bagian yaitu hermafrodit sinkroni, hermafrodit protandri, dan hermafrodit protogini. Hermafrodit sinkroni yaitu apabila di dalam gonad individu terdapat sel sex betina dan sel sex jantan yang dapat masak bersama-sama, misalnya pada ikan famili Serranidae. Hermafrodit protandri yaitu ikan yang dalam tubuhnya mempunyai gonad yang mengadakan proses diferensiasi dari fase jantan ke fase betina, misalnya pada ikan Kakap (Lates calcarifer). Sedangkan ikan hermafrodit protogini yaitu ikan yang dalam tubuhnya mempunyai gonad yang mengadakan proses diferensiasi dari fase betina ke fase jantan, misalnya pada ikan belut sawah (Monopterus albus). Selain hermafroditisme, pada ikan juga terdapat Gonokhorisme, yaitu kondisi seksual berganda dimana pada ikan bertahap juvenile gonadnya tidak mempunyai jaringan yang jelas status jantan dan betinanya. Gonad tersebut akan berkembang sebagian menjadi ovarium dan sebagian lagi menjadi testes tapi tidak terjadi masa diferensiasi atau intersex yang spontan. Misalnya pada ikan Anguila anguila dan Salmo gairdneri irideus adalah gonokhoris yang tidak berdeferensiasi. Faktor yang mempengaruhi komponen reproduksi atau kematangan gonad diantaranya umur dan fisiologi induk ikan itu sendiri. Secara umum spesies ikan dari ukuran ,maksimum terkecil dan mempunyai siklus hidup yang pendek, mencapai kematangan gonad pada usia lebih muda dari pada spesies ikan maksimum besar. Pada proses reproduksi sebelum terjadi pemijahan sebagian besar hasil metabolisme tertuju untuk perkembangan gonad, gonad semakin bertambah berat diimbangi dengan bertambah ukurannya. Perkembangan gonad ikan secara garis besar dibagi atas dua tahap perkembangan utama yaitu pertumbuhan gonad sehingga ikan mencapai tingkat dewasa kelamin (sexually mature) dan tahap pematangan produk seksual/gamet.

1. Ciri-ciri induk lele jantan:
- Kepalanya lebih kecil dari induk ikan lele betina.
- Warna kulit dada agak tua bila dibanding induk ikan lele betina.
- Urogenital papilla (kelamin) agak menonjol, memanjang ke arah belakang, terletak di belakang anus, dan warna kemerahan.
- Gerakannya lincah, tulang kepala pendek dan agak gepeng(depress).
- Perutnya lebih langsing dan kenyal bila dibanding induk ikan lele betina.
- Bila bagian perut di stripping secara manual dari perut ke arah ekor akan mengeluarkan cairan putih kental (spermatozoa-mani).
- Kulit lebih halus dibanding induk ikan lele betina.

2. Ciri-ciri induk lele betina
- Kepalanya lebih besar dibanding induk lele jantan.
- Warna kulit dada agak terang.
- Urogenital papilla (kelamin) berbentuk oval (bulat daun), berwarna kemerahan, lubangnya agak lebar dan terletak di belakang anus.
- Gerakannya lambat, tulang kepala pendek dan agak cembung.
- Perutnya lebih gembung dan lunak.
- Bila bagian perut di stripping secara manual dari bagian perut ke arah ekor akan mengeluarkan cairan kekuning-kuningan (ovum/telur).

TINGKAT KEMATANGAN GONAD
Gonad adalah organ reproduksi yang berfungsi menghasilkan sel kelamin (gamet). Gonad yang terdapat ditubuh ikan jantan disebut testis berfungsi menghasilkan spermatozoa, sedangkan gonad yang terdapat dalam ikan betina dinamakan ovari berfungi menghasilkan telur (ovum). Pengamatan tentang tahap-tahap kematangan gonad ikan dapat dilakukan secara morfologi dan secara histologi. Pengamatan secara morphologi dapat dilakukan di lapangan dan di laboratorium, sedangkan pengamatan secara histologi hanya dapat dilakukan di laboratorium dan sangat memerlukan peralatan yang canggih serta teliti dan memerlukan dana yang cukup besar. Bila pengamatan dilakukan pada testes maka yang diamati adalah bentuk testes dan kedua sisinya, ukuran (panjang dan diameter ) testes, perbandingan panjang testes dan rongga tubuh, warnanya serta pembuluh darah pada permukaan testes. Demikian juga halnya bila pengamatan dilakukan pada ovari tetapi yang perlu diamati lagi adalah diameter beberapa butir telur.
Saat pertama ikan mempunyai kemampuan bereproduksi (kematangan seksual ) dipengaruhi oleh beberapa faktor. Terdapat perbedaan antara masing-masing spesies pada umur dan ukuran yang sama. Secara umum dapat dikatakan bahwa ikan-ikan yang mempunyai ukuran maksimum kecil dan jangka waktu hidup yang pendek akan mencapai kedewasaan pada umur yang lebih muda daripada ikan yang mempunyai ukuran maksimum lebih besar.
Dalam Biologi Perairan pencatatan perubahan atau tahap kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang melakukan melakukan reproduksi atau tidak. Dari pengetahuan TKG akan didapatkan informasi, kapan satu jenis memijah, baru memijah atau sudah memijah. Tiap-tiap spesies ikan pada waktu pertama gonadnya menjadi masak tidak sama ukurannya. Demikian pula ikan yang sama spesiesnya, apalagi spesies tersebut tersebar tersebar pada pada lintang yang perbedaanya lebih dari 5 derajat.
Tingkat kematangan gonad ialah tahapan perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan memijah. Semakin meningkat kematangan gonadnya, telur dan sperma ikan semakin berkembang. Selama proses reproduksi, sebagian energi dipakai untuk perkembangan gonad. Bobot gonad ikan akan mencapai maksimum sesaat ikan akan memijah kemudian akan menurun dengan cepat selama proses pemijahan berlangsung sampai selesai.
Kematangan gonad ikan pada umumnya adalah tahapan pada saat perkembangan gonad sebelum dan sesudah memijah. Selama proses reproduksi, sebagian energi dipakai untuk perkembangan gonad. Bobot gonad ikan akan mencapai maksimum sesaat ikan akan memijah kemudian akan menurun dengan cepat selama proses pemijahan berlangsung sampai selesai. Pertambahan bobot gonad ikan betina pada saat stadium matang gonad dapat mencapai 10 – 25 persen dari bobot tubuh dan pada ikan jantan 5 – 10 persen. Lebih lanjut dikemukakan bahwa semakin bertambahnya tingkat kematangan gonad, telur yang ada dalam gonad akan semakin besar. Pendapat ini diperkuat oleh Kuo et al. (1979) bahwa kematangan gonad pada ikan dicirikan dengan perkembangan diameter rata-rata telur dan pola distribusi ukuran telurnya. Secara garis besar, perkembangan gonad ikan dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap pertumbuhan gonad ikan sampai ikan menjadi dewasa kelamin dan selanjutnya adalah pematangan gamet. Tahap pertama berlangsung mulai ikan menetas hingga mencapai dewasa kelamin, dan tahap kedua dimulai setelah ikan mencapai dewasa, dan terus berkembang selama fungsi reproduksi masih tetap berjalan normal. Lebih lanjut dikatakan bahwa kematangan gonad pada ikan tertentu dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar antara lain dipengaruhi oleh suhu dan adanya lawan jenis, faktor dalam antara lain perbedaan spesies, umur serta sifat-sifat fisiologi lainnya.
Ukuran, berat gonad dan garis tengah telur bervariasi sesuai dengan kondisi tingkat kematangan gonad ikan betina. Terjadinya perbedaan awal mula suatu individu ikan mengalami matang gonad disebabkan oleh umur, ukuran dan faktor fisiologis ikan itu sendiri. Indeks Kematangan Gonad antara satu spesies ikan dengan spesies lainnya akan saling berbeda. Hal ini disebabkan karena indeks kematangan gonad suatu spesies ikan dipengaruhi oleh berat gonad dan berat tubuh ikan itu sendiri. Selanjutnya dia menambahkan pada ikan betina nilai Indeks kematangan gonad lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan dan ikan dengan indeks kematangan gonad 19 % ada yang sanggup mengeluarkan telur. Pengukuran indeks kematangan gonad dihitung dengan cara membandingkan berat gonad terhadap berat tubuh ikan dengan rumus :
IKG = (Bg : Bt ) x 100 %
Di mana : IKG = Indeks kematangan gonad
Bg = Berat gonad (g)
Bt = Berat tubuh (g)

Dasar yang dipakai untuk menentukan tingkat kematangan gonad dengan cara morfologi adalah bentuk, ukuran panjang dan berat, warna dan perkembangan isi gonad yang dapat dilihat. Kesteven membagi tingkat kematangan gonad dalam beberapa tahap yaitu:
a. Dara. Organ seksual sangat kecil berdekatan di bawah tulang punggung, testes dan ovarium transparan, dari tidak berwarna sampai abu-abu. Telur tidak terlihat dengan mata biasa.
b. Dara Berkembang. Testis dan ovarium jernih, abu-abu merah. Panjangnya setengah atau lebih sedikit dari panjang rongga bawah. Telur satu persatu dapat terlihat dengan kaca pembesar.
c. Perkembangan I. Testis dan ovarium bentuknya bulat telur, berwarna kemerah-merahan dengan pembuluh kapiler. Gonad mengisi kira-kira setengah ruang ke bagian bawah. Telur dapat terlihat seperti serbuk putih.
d. Perkembangan II. Testis berwarna putih kemerah-merahan, tidak ada sperma kalau bagian perut ditekan. Ovarium berwarna oranye kemerah-merahan. Telur dapat dibedakan dengan jelas, bentuknya bulat telur. Ovarium mengisis kira-kira dua pertiga ruang bawah.
e. Bunting. Organ seksual mengisi ruang bawah. Testis berwarna putih, keluar tetesan sperma kalau ditekan perutnya. Telur bentuknya bulat, beberapa dari telur ini jernih dan masak.
f. Mijah. Telur dan sperma keluar dengan sedikit tekanan di perut. Kebanyakan telur berwarna jerinih dengan beberapa yang berbentuk bulat telur tinggal dalam ovarium.
g. Mijah/Salin. Gonad belum kosong sama sekali, tidak ada telur yang bulat telur.
h. Salin. Testis dan ovarium kosong dan berwarna merah. Beberapa telur sedang ada dalam keadaan dihisap kembali.
i. Pulih Salin. Testis dan ovarium berwarna jernih, abu-abu merah.
Sedangkan pengamatan tingkat kematang gonad menurut Nikolsky (Bagenal & Braum (1968) dalam Effendie, 1997) yaitu :
a. Tidak Masak. Individu masih belum berhasrat mengadakan reproduksi. Ukuran gonad kecil.
b. Masa Istirahat. Produk seksual belum berkembang. Gonad berukurankecil, telur tidak dapat dibedakan oleh mata.
c. Hampir Masak. Telur dapat dibedakan oleh mata. Testes berubah dari transparan menjadi warna ros/kemerah-merahan.
d. Masak. Produk seksual masak, mencapai berat maksimum tetapi produk tersebut belum keluar bila diberi sedikit tekanan pada perut.
e. Reproduksi. Produk seksual akan menonjol keluar dari lubang pelepasa bila perut sedikit ditekan. Berat gonad cepat menurun sejak permulaan berpijah sampai pemijahan selesai.
f. Keadaan Salin. Produl seksual telah dikeluarkan, lubang genitak berwarna kemerahan. Gonad mengempis, ovarium berisi beberapa telur sisa. Testis juga berisi sperma sisa.
g. Masa Istirahat. Produk seksual telah dikeluarkan, warna kemerah-merahan pada lubang genital telah pulih. Gonad kecil dan telur belum terlihat oleh mata.
Ikan lele (Clarias batrachus) pertama kali matang kelamin pada umur satu tahun dengan ukuran panjang tubuh sekitar 20 cm dan ukuran berat tubuh 100 sampai 200 gram. Gonad ikan lele jantan dapat dibedakan dari ciri-cirinya yang memiliki gerigi pada salah satu sisi gonadnya, warna lebih gelap, dan memiliki ukuran gonad lebih kecil dari pada betinanya. Sedangkan, gonad betina ikan lele berwarna lebih kuning, terlihat bintik-bintik telur yang terdapat di dalamnya, dan kedua bagian sisinya mulus tidak bergerigi. Sedangkan organ – organ lainya dari ikan lele itu sendiri terdiri dari jantung, empedu, labirin, gonad, hati, lambung dan anus.
Ciri induk ikan betina yang telah matang gonad dapat dilihat dari bentuk perut yang membesar sangat lembut, dapat juga dengan mengurut perut ikan tersebut. Bila telur yang keluar secara pengurutan berbentuk bulat utuh, berwarna agak kecoklatan atau hijau kekuningan maka induk dalam kondisi siap pijah. Pada gonad ikan jantan dapat dilihat dari papilla genitalnya yang terletak dibelakang dan mendekati sirip anus, berwarna merah, meruncing dan menyebar kearah pangkalan, makan ikan tersebut telah matang kelamin.

FEKUNDITAS JUMLAH TELUR
Fekunditas merupakan salah satu fase yang memegang peranan penting untuk melangsungkan populasi dengan dinamikanya. Dari fekunditas kita dapat menaksir jumlah anak ikan yang akan dihasilkan dan akan menentukan jumlah ikan dalam kelas umur yang bersangkutan. Fekunditas adalah semua telur-telur yang kan dikeluarkan pada waktu pemijahan. Fekunditas sangat tergantung pada suplai makanan, terutama untuk mempertahankan musim pemijahan dan ukuran tubuh ikan betina. Selain itu, ikan-ikan yang hidup di sungai mempunyai hubungan dengan tinggi air. Apabila sampai pada tahun-tahun tertentu permukaan air sungai selalu tinggi, fekunditas ikan tinggi pula, bila dibandingkan dengan tahun lain yang permkaan airnya rendah. Kejadian yang sama dapat terjadi pula untuk ikan-ikan yang hidup di rawa, karena sering pula permukaan air rawa dari tahun ke tahun tidak sama sebagai akibat pemasukan air yang tidak tetap.
Untuk mengetahui penyebaran diameter telur dilakukan pengukuran diameter telur dengan mengambil butiran pada bagian anterior, tengah, dan posterior pada ovarium sebelah kanan dan kiri. Serta perkembangan telur ditandai dengan ukuran diameter telurnya. Untuk menghitung telur ada beberapa metoda yang dapat digunakan. Setiap metoda memiliki kelebihan dan kekurangan, oleh karena itu sebelum memutuskan untuk memilih metoda dalam menghitung nilai fekunditas ikan harus dikenali dengan baik sifat dari setiap spesies ikan yang diteliti agar pada pelaksanaan menghitung nilai fekunditas ikan tidak terjadi kesalahan.

Macam-macam fekunditas
Definisi fekunditas telah banyak dikemukakan. Namun, spesies-spesies ikan yang ada itu bermacam-macam dengan sifatnya masing-masing, maka beberapa peneliti berdasarkan kepada definisi umum lebih mengembangkan lagi definisi fekunditas sehubungan dengan aspek-aspek yang ditelitinya. Semua telur-telur yang akan dikeluarkan pada waktu pemijahan itulah yang dimaksud dengan fekunditas. Menurut Nikolsky (1967), jumlah telur yang terdapat dalam ovarium ikan dinamakan fekunditas individu. Dalam hal ini ia memperhitungkan telur yang ukurannya berlain-lainan. Oleh karena itu dalam memperhitungkannya harus diikutsertakan semua ukuran telur dan masing-masing harus mendapatkan kesempatan yang sama. Bila ada telur yang jelas kelihatan ukurannya berlainan dalam daerah yang berlainan dengan perlakuan yang sama harus dihitung terpisah. Nikolsky selanjutnya menyatakan bahwa fekunditas individu adalah jumlah telur dari generasi tahun itu yang akan dikeluarkan tahun itu pula. Dalam ovari biasanya ada dua macam ukuran telur, yang besar dan yang kecil. Telur yang besar akan dikeluarkan pada tahun itu dan yang kecil akan dikeluarkan pada tahun berikutnya. Namun apabila kondisi baik, telur yang kecilpun akan dikeluarkan menyusul telur yang besar. Sehubungan dengan hal ini maka perlu menentukan fekunditas ikan apabila ovari ikan itu sedang dalam tahap kematangan yang ke-IV(menrut Nikolsky 1969) dan yang paling baik sesaat sebelum terjadi pemijahan. Fekunditas individu akan sukar diterapkan untuk ikan-ikan yang mengadakan pemijahan beberapa kali dalam satu tahun, karena mengandung telur dari berbagai tingkat dan akan lebih sulit lagi menentukan telur yang benar-benar akan dikeluarkan pada tahun yang akan datang. Jadi fekunditas individu ini baik diterapkan pada ikan-ikan yang mengadakan pemijahan tahunan atau satu tahun sekali. Selanjutnya Royce (1972) menyatakan bahwa fekunditas total ialah jumlah telur yang dihasilkan ikan selama hidupnya. Fekunditas relatif adalah jumlah telur per satuan berat atau panjang. Fekunditas inipun sebenarnya mewakili fekunditas individu kalau tidak diperhatikan berat atau panjang ikan. Penggunaan fekunditas relatif dengan satuan berat lebih mendekati kepada kondisi ikan itu sendiri dari pada dengan panjang. Bahkan menurut Nikolsky (1969) lebih mencerminkan status ikan betina dan kualitas dari telur kalau berat yang dipakai tanpa berat alat-alat pencernaan makanannya. Ikan-ikan yang tua dan besar ukurannya mempunyai fekunditas relatif lebih kecil. Umumnya fekunditas relatif lebih tinggi dibanding dengan fekunditas individu. Fekunditas relatif akan menjadi maksimum pada golongan ikan yang masih muda (Nikolsky, 1969).
Ikan-ikan yang tua dan besar ukurannya mempunyai fekunditas relative yang lebih kecil. Umumnya fekunditas relative lebih tinggi dibandingkan dengan fekunditas individu. Fekunditas relative akan menjadi maksimum pada golongan ikan yang masih muda. Fekunditas merupakan salah satu fase yang memegang peranan penting untuk melangsungkan populasi dengan dinamikanya. Dari fekunditas kita dapat menaksir jumlah anak ikan yang dihasilkan dan akan menentukan jumlah ikan dalam kelas umur yang bersangkutan. Fekunditas adalah semua telur – telur yang akan dikeluarkan pada waktu pemijahan.

PEMIJAHAN
Pemijahan merupakan bagian dari reproduksi ikan yang menjadi mata rantai daur hidup kelangsungan hidup spesies. Penambahan populasi ikan bergantung kepada berhasilnya pemijahan ini dan juga bergantung kepada kondisi dimana telur dan larva ikan diletakkan untuk tumbuh. Oleh karena itu sesungguhnya pemijahan menuntut suatu kepastian untuk keamanan kelangsungan hidup keturunannya dengan memilih tempat, waktu dan kondisi yang menguntungkan. Berdasarkan hal ini pemijahan tiap spesies ikan mempunyai kebiasaan yang berbeda tergantung kepada habitat pemijahan itu untuk melangsungkan prosesnya.
Dalam keadaan normal ikan melangsungkan pemijahan minimum satu kali dalam satu daur hidupnya seperti yang terdapat pada ikan salmon dan sidat. Sesudah melakukan pemijahan, induk ikan tersebut mati karena kehabisan tenaga. Hampir semua ikan pemijahannya berdasarkan reproduksi seksual yaitu terjadinya persatuan sel produksi organ seksual yang berupa telur dari ikan betina dan spermatozoa dari ikan jantan. Dari persatuan kedua macam sel tersebut akan terbentuk individu baru yang akan menambah besarnya populasi. Persatuan kedua macam sel seks tadi ada yang terjadi di dalam tubuh (pembuahan di dalam atau fertilisasi internal) dan ada pula yang terjadi di luar tubuh (fertilisasi eksternal). Ikan yang mengadakan fertilisasi internal mempunyai perlengkapan tubuh untuk memastikan berhasilnya fertilisasi tadi dengan organ khusus (copulatory organ) untuk keperluan ini, organ tersebut biasanya terdapat pada ikan jantan saja.
Ciri-ciri induk lele siap memijah adalah calon induk terlihat mulai berpasang-pasangan, kejar-kejaran antara yang jantan dan yang betina. Ikan lele yang sudah siap memijah menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut :
Induk jantan :
-          Alat kelamin tampak jelas, meruncing
-          Perutnya tetap ramping, jika perut diurut akan keluar sperma
-          Tulang kepala lebih mendatar disbanding betinanya
-          Jika warna dasar badannya hitam (gelap)
-          Umur induk jantan di atas tujuh bulan
Induk btina :
-          Alat kelamin bentuknya bulat dan kemerahan, lubangnya agak membesar
-          Tulang kepala agak cembung
-          Geraknya lambat
-          Warna badannya lebih cerah dari biasanya
-          Induk betina berumur satu tahun.
Ikan lele yang hidup di alam memijah pada musim penghujan dari bulan Mei sampai Oktober. Ikan lele juga dapat memijah sewaktu-waktu sepanjang tahun, apabila keadaan air kolam sering berganti. Pemijahan juga di pengaruhi oleh makanan yang diberikan. Makanan yang bermutu baik akan meningkatkan vitalitas ikan sehingga ikan lele lebih sering memijah.
Apabila telah dewasa, lele betina akan membentuk telur di dalam indung telurnya. Sedangkan lele jantan membentuk sperma atau mani. Bila telur-telurnya telah berkembang maksimum yaitu mencapai tingkat yang matang untuk siap dibuahi maka secara alamiah ikan lele akan memijah atau kawin.
Perkembangan telur dan sperma berlangsung di dalam tubuh lele dengan mekanisme pengaturan oleh zat yang disebut hormone kelamin gonadotropin atau gonade stimulating hormone (GSH). Bila lele mencapai tingkat dewasa, hormone gonadotropin secara alami akan terbentuk di dalam kelenjar hipofisa yang terletak di bawah otak kecil. Awalnya hormone gonadotropin yang terbentuk sedikit kemudian dialirkan melalui darah ke dalam indung telur, sehingga terbentuklah telur-telur yang semakin besar dan banyak jumlahnya di dalam indung telur.
Sampai suatu saat telur-telur menjadi matang untuk dibuahi oleh sperma (fertilisasi). Namun kematangan telur yang terjadi dalam indung telur belum tentu segera diikuti oleh kemauan induk untuk memijah sehingga diperlukan rangsangan yaitu dengan mengubah iklim atau sifat-sifat air yang dapat membei rangsangan bagi lele untuk membentuk hormone gonadotropin lebih banyak lagi.
Perkembangan muakhir untuk merangsang pemijahan ikan lele saat ini dapat menggunakan hormone buatan atau hormone sintetis yang telah banyak diproduksi. Beberapa jenis hormone tersebut antara lain Ovaprim, HCG, LHRH. Persyaratan penggunaan hormone sintetis adalah induk lele hsrus sudah mengandung telur yang siap untuk memijah (matang gonad).

AWAL DAUR HIDUP
Perkembangan awal daur hidup ikan merupakan suatu hal yang menarik karena berhubungan dengan stabilitas populasi ikan tersebut dalam suatu perairan. Untuk mempelajari kemampuan hidup suatu spesies ikan dan mengurangi tingkat mortalitas yang terjadi terutama pada awal perkembangan hidup ikan khusunya untuk pembudidayaan perlu adanya pengertian mengenai jenis-jenis telur ikan tersebut dan daur hidup ikan mulai dari awal fertilisasi hingga terdeferensiasi untuk menjadi ikan muda. Perkembangan sel telur (oosit) diawali dari germ cell yang terdapat dalam lamela dan membentuk oogonia. Oogonia yang tersebar dalam ovarium menjalankan suksesi pembelahan mitosis dan ditahan pada “diploten” dari profase meiosis pertama. Pada stadia ini oogonia dinyatakan sebagai oosit primer. Oosit primer kemudian menjalankan masa tumbuh yang meliputi dua fase. Pertama adalah fase previtelogenesis, ketika ukuran oosit membesar akibat pertambahan volume sitoplasma (endogenous vitelogenesis), namun belum terjadi akumulasi kuning telur. Kedua adalah fase vitelogenesis, ketika terjadi akumulasi material kuning telur yang disintesis oleh hati, kemudian dibebaskan ke darah dan dibawa ke dalam oosit secara mikropinositosis.
Peningkatan ukuran indeks gonad somatik atau perkembangan ovarium disebabkan oleh perkembangan stadia oosit. Pada saat perkembangan oosit terjadi perubahan morfologis yang mencirikan stadianya. Stadium oosit dapat dicirikan berdasarkan volume sitoplasma, penampilan nukleus dan nukleolus, serta keberadaan butiran kuning telur. Berdasarkan kriteria ini, oosit dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kelas.

Untuk Clarias sp oosit terbagi dalam 6 kelas, dimana stadia nukleolus dan perinukleolus dikategorikan sebagai stadium pertama dan setiap stadium dicirikan sebagai berikut:
a.   Stadium 1 : Oogonia dikelilingi satu lapis set epitel dengan pewarnaan hematoksilin-eosin plasma berwarna merah jambu, dengan inti yang besar di tengah.
b.  Stadium 2 : Oosit berkembang ukurannya, sitoplasma bertambah besar, inti biru terang dengan pewarnaan, dan terletak masih di tengah sel. Oosit dilapisi oleh satu lapis epitel.
c.  Stadium 3 : Pada stadium ini berkembang sel folikel dan oosit membesar dan provitilin nukleoli mengelilingi inti.
d.  Stadium 4 : Euvitilin inti telah berkembang dan berada disekitar selaput inti. Stadium ini merupakan awal vitelogenesis yang ditandai dengan adanya butiran kuning telur pada sitoplasma. Pada stadium ini, oosit dikelilingi oleh dua lapis sel dan lapisan zona radiate tampak jelas pada epitel folikular.
e.  Stadium 5 : Stadia peningkatan ukuran oosit karena diisi oleh kuning telur. Butiran kuning telur bertambah besar dan memenuhi sitoplasma dan zona radiata terlihat jelas.
f.  Stadium 6 : Inti mengecil dan selaput inti tidak terlihat, inti terletak di tepi. Zona radiata, sel folikel, dan sel teka terlihat jelas.

PENUTUP
Lele jantan mempunyai ciri seksualitas yaitu, Kepalanya lebih kecil dan Warna kulit dada agak tua bila dibanding induk ikan lele betina; Urogenital papilla (kelamin) agak menonjol memanjang ke arah belakang yang terletak di belakang anus dengan warna kemerahan; Gerakannya lincah, tulang kepala pendek dan agak gepeng(depress); Perutnya lebih langsing dan kenyal bila dibanding induk ikan lele betina; Bila bagian perut di stripping secara manual dari perut ke arah ekor akan mengeluarkan cairan putih kental (spermatozoa-mani); Kulit lebih halus dibanding induk ikan lele betina. Sedangkan Ciri-ciri induk lele betina antara lain, Kepalanya lebih besar dibanding induk lele jantan; Warna kulit dada agak terang; Urogenital papilla (kelamin) berbentuk oval (bulat daun), berwarna kemerahan, lubangnya agak lebar dan terletak di belakang anus; Gerakannya lambat, tulang kepala pendek dan agak cembung; Perutnya lebih gembung dan lunak; Bila bagian perut di stripping secara manual dari bagian perut ke arah ekor akan mengeluarkan cairan kekuning-kuningan (ovum/telur).
Ikan lele (Clarias batrachus) pertama kali matang kelamin pada umur satu tahun dengan ukuran panjang tubuh sekitar 20 cm dan ukuran berat tubuh 100 sampai 200 gram. Ciri induk ikan betina yang telah matang gonad dapat dilihat dari bentuk perut yang membesar sangat lembut, dapat juga dengan mengurut perut ikan tersebut. Bila telur yang keluar secara pengurutan berbentuk bulat utuh, berwarna agak kecoklatan atau hijau kekuningan maka induk dalam kondisi siap pijah. Pada gonad ikan jantan dapat dilihat dari papilla genitalnya yang terletak dibelakang dan mendekati sirip anus, berwarna merah, meruncing dan menyebar kearah pangkalan, makan ikan tersebut telah matang kelamin.
Fekunditas adalah semua telur-telur yang kan dikeluarkan pada waktu pemijahan. Fekunditas ikan lele sangat tergantung pada suplai makanan, terutama untuk mempertahankan musim pemijahan dan ukuran tubuh ikan betina. Selain itu, ikan-ikan yang hidup di sungai mempunyai hubungan dengan tinggi air, semakin tinggi permukaan air maka fekunditasnya ikut tinggi pula.
Pemijahan merupakan bagian dari reproduksi ikan yang menjadi mata rantai daur hidup kelangsungan hidup spesies. Ciri-ciri induk lele siap memijah adalah calon induk terlihat mulai berpasang-pasangan, kejar-kejaran antara yang jantan dan yang betina. Ikan lele yang hidup di alam memijah pada musim penghujan dari bulan Mei sampai Oktober.
Daur hidup ikan mulai dari awal fertilisasi hingga terdeferensiasi untuk menjadi ikan muda. Perkembangan sel telur (oosit) diawali dari germ cell yang terdapat dalam lamela dan membentuk oogonia. Oogonia yang tersebar dalam ovarium menjalankan suksesi pembelahan mitosis dan ditahan pada “diploten” dari profase meiosis pertama. Pada stadia ini oogonia dinyatakan sebagai oosit primer. Oosit primer kemudian menjalankan masa tumbuh yang meliputi dua fase. Pertama adalah fase previtelogenesis, ketika ukuran oosit membesar akibat pertambahan volume sitoplasma (endogenous vitelogenesis), namun belum terjadi akumulasi kuning telur. Kedua adalah fase vitelogenesis, ketika terjadi akumulasi material kuning telur yang disintesis oleh hati, kemudian dibebaskan ke darah dan dibawa ke dalam oosit secara mikropinositosis.


Sumber : https://zaldibiaksambas.wordpress.com/2010/06/21/aspek-biologi-reproduksi-ikan-lele-clarias-batrachus/

Kamis, 24 September 2015

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN BELUT

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN BELUT
( MONOPTERUS ALBUS )

     A. Memilih Tempat / Lokasi Budidaya

belut1Sebelum pembuatan kolam dimulai, lokasi bakal pembuatan kolam perlu diperhatikan. Survei lokasi sehatusnya dilakukan sebagai langkah awal bagipara investor atau peminat sebelum memutuskan untuk membangun kolam. Namun, kenyataan yang terjadi kini sering tidak denikian. Umumnya orang memiliki tanah terlebih dahulu baru tertarik untuk membangun kolam. Meskipun demikian, tidaklah berlebihan jika dalam diktat ini disinggung langkah –langkah yang idelauntuk membuat kolam.
Luas lahan yang akan dibuat kolam harus diukur terlebih dahulu. Kemiringan lahan juga harus diukur, kemudian menentukan batas kolam yang akan dibuat.
Kolam untuk belut, pembuatan kolam meliputi pengamatan letak lahan, pembuatan skema (gambar) konstruksi, pengerjaan pengganlian, serta pemasangan danpembuatan bagian- bagian perlengkapan kolam seperti pintu air, saringan dan lain – lain.

B. Membuat Kolam
Jika dalam memilih lokasi sudah ditentukan dimana lokasi kolam yang akan dibuat dan telah memenuhi persyaratan maka pembangunan kolam sudah dapat dimulai. Namun sebelumnya harus ditentukan dulu jenis kolam yang akan dibuat sebab kegiatan budidaya belut yang lengkap memerlukan jenis kolam sesuai dengan kegiatan yang hendak dilakukan. Adapun jenis-jenis kolam yang harusadadi suatu areal budidaya belut adalah kolam penampungan induk, kolam pemijahan dan pendederan, dan kolam pembesaran.
Ukuran kolam untuk semua jenis kegiatan tidak sama besarnya, yaitu :
1.    Kolam penampungan induk,ukurannya 200 cm X 200 cm dengan kedalaman 100 cm
2.    Kolam pemijahan dan pendederan, ukurannya 200 cm X 200 cm dengan kedalaman100 cm
3.    Kolam pembesaran, ukurannya 500 cm X 500 cm dengan kedalaman 120 cm

C. Media Pemeliharaan
Setelah kolam selesai dibuat yang paling utama adalah pemberian media pemeliharaan sebelum kolam tersebut dipergunakan, yaitu media untuk tempat hidup belut berupa tanah sawah atau Lumpur kolam yang sudah dikeringkan, pupuk kandang, pupuk kompos ( sekam/gabah padi yang sudah dibusukkan ), jerami padi, cincangan pisang, pupuk Urea, dan pupuk NPK, dengan perbandingan sebagai berikut :
1.    Lapisan pertama paling bawah jerami padi setinggi 40 cm
2.    Diatas jerami ditaburi secara merata pupuk Urea 5 Kg dan NPK 5 Kg
( Untuk ukuran kolam 500 cm X 500 cm, apabila kolamnya lebih besar atau lebih kecil ukuran ini, perbandingan pupuk diatasdapat dijadikan patokannya )
3.    Lapisan kedua tanah / Lumpur setinggi 5 cm
4.    Lapisan ketiga pupuk kandang setinggi 5 cm lapisan keempat pupuk kompos setinggi5 cm
5.    Lapisan keempat tanah / Lumpur setinggi 5 cm
6.    Lumpur kelima cincangan batang pisang setinggi 10 cm
7.    Lapisan Keenam tanah / Lumpur setinggi 15 cm
8.    Lapisan ketujuh air setinggi 10 cm
9.    Diatas air ditanami secara merat ecenfg gondok sampai menutupi ¾ permukaan kolam.

Setelah semua media pemeliharaan terisi dalam kolam, diamkan media pemeliharaan tersebut selama 2 (Dua) minggu agar seluruh media mengalami proses permentasi. Dan setelah 2 ( Dua ) minggu slesai poroses permentasinya maka benih / bibit belut dapat dimasukkan ke kolam pemeliharaan tersebut.

D. Memilih Benih
Pelaksanaan pengembangbiakkan sudah bisa dimulai dengan telah terlengkapinya semua sarana yang dibutuhkan. Untuk tahapan ini yaitu memilih benih. Agar diperoleh belut berkualitas baik dan tidak menghasilkan keturunan abnormal, benih yang dipilih harus memenuhi syarta sebagai berikut :

Anggota tubuhnya masih utuh dan mulus, yaitu tidak ada luka bekas gigitan,
Gerakan tubuhnya lincah dan agresif.
Penampilannya sehat yang dicirikan dari tubuhnya yang keras, tidak lemas jika di pegang
Tubuhnya berukuran kecil dan berwarna kuning kecoklat-coklatan
Usianya berkisar 2 bulan – 4 bulan

Belut mempunyai kelamin ganda (Hermaprodit) pada kehidupannya. Belut ini menjalani pergantian kelamin dari betina ke jantan dalam siklus kehidupannya. Belut muda selalu berkelamin betina. Sedangkan belut yang sudah tua selalu berkelamin jantan. Dan karena sifat – sifat belut serupa itu, amka pada belut bisa terjadi masa kosong kelamin atau banci. Dengan adanya perubahan kelamin inilah pada belut sering terjadi kanibalisme, saling bunuh dan makan diantara mereka sendiri.
Induk belut yang baik dapat dikenali dari penampilannya. Untuk mengetahui induk belut yang baik, berikut diberikan cirri-ciri induk belut jantan dan induk belut betina.

a. Ciri Induk Belut Jantan

Berukuran panjang lebih dari 40 cm
Warna permukaan kulit lebih gelap atau abu – abu
Bemtuk kepala tumpul
Usianya diatas sepuluh tahun

b. Ciri Induk Belut Betina

Berukuran panjang antara 20 cm -30 cm
Warna permukaan kulit lebih cerah atau lebih muda
Warna hijau muda pada punggung dan warna putih kekuningan pada perutnya
Bentuk kepala runcing
Usianya dibawah sembilan bulan

E. Perkembangbiakkan Belut
Belut ini mudah berkembang biak dialam, tetapi juga tidak sulit dikembangbiakkan di kolam, asal media dikolam menyerupai habitat aslinya. Secara alami berkembang biak setahun sekali, tapi dengan masa perkawinan yang amat panjang yaitu mulai dari musim penghujan sampai dengan permulaan musim kemarau ( Kurang lebih empat sampai lima bulan )
Perkawinan belut umumnya tiba akan terlihat belut jantan berbomdong ramai – ramai berenang ke berbagai penjuru kearah tepian. Diperairan yang dangkal itulah nantinya belut jantan menggali lubang perkawinan. Lubang perkawinan diabangun mirip “U” . Selanjutnya dalam lubang tersebut belut jantan lalu membuat gelembung-gelembung udara yang membusa di permukaan air diatas salah satu lubnagnya. Busa – busa tersebut berguna untuk menarik perhatian lawan jenisnya. Belut jantan menanti kehadiran belut betina di lubang yang tidak diliputi busa.
Setelah belut betina yang dinanti tiba, sebelum perkawinan dilangsungkan akan terjadi cumbu-cumbuan mesra terlebih dahulu. Dalam perkawinan telur-telur dari betina akan dikeluarkan disekitar lubang dibawah busa-busa yang mengapung pada permukaan aor. Telur yang sudah dibuahi selanjutnya akan dicakup belut jantan untuk disemburkan dan diamankan dalam lubang persembunyian.
Kemudian belut jantanlah yang akan menjalani tugas menjaga telur – telur tersebut sampai menetas. Selama menjaga telur ini belut jantan galaknya bukan main. Setiap mahluk yang mendekat ke sarang pasti akan diserang.

F. Penetasan
Telur –telur dialam akan menetas setelah 9-10 hari kemudian. Tetspi untuk dikolam pendederan dan pemijahan telur-telur belut akan menetas dalam waktu 12-14 hari. Sewaktu baru menetas warna anak belut kuning setelah itu pelan – pelan berubah menjadi kuning kecoklatan dan selanjutnya menjadi coklat muda. Anak –anak belut yang sudah menetas sementara masih diasuh oleh belut jantan selama dua minggu. Setelah berumur 15 hari anak-anak belut sudah bisa berenag sendiri dan meninggalkan sarana penetasan. Mereka sudah mampu menggali lubnag dan mencari makanan sendiri tempat lain.

G. Makanan dan Kebiasaan Makan
Secara alamiah belut memakan berbagai jenis binatang kecil yang hidup atau terjatuh dalam air. Seperti serangga, siput, Cacing. Amak katak dan anak ikan. Jadi belut termasuk golongan karnivora yaitu ikan pemakan binatang lain.
Belut yang masih kecil memakan zooplankton yang halus seperti antara lain Protozoa (Hewan bersel satu ), Mikrokrusasea (Udang-udangan renik), invertebrate mikroskopik ( hewan –hewan tak bertulang belakang yang kecil-kecil ). Sedangkan beluta yang mulai dewasa memakan larva-larva serangga, cacing siput, berudu kodok, dan benih-benih ikan yang masih lemah.
Karena belut menyukai binatang hidup, maka tidak mudah belut mencari makanannya. Untuk itu belut mnyergap mangsanya dengan menbuat lubang perangkap. Lubang ini dibuat denganmenggali Lumpur, baik ditepian perairan maupun ditengah sawah atau rawa. Lubang penyerga[ ini bergaris tengah 5 cm dan memanjang seperti terowongan. Bentuk lubang mula-mula tegak ke bawah, lalu membengkok dan mendatar.

H. Hama Belut
Belut tidak terserang penyakit yang disebabkan oleh kuman bakteri. Yang diderita belut hanya disebabkan oleh kekurangan pakan, kekeringan atau dimakn oleh sesama belut. Jadi agar belut peliharaan tetap sehat, usahakan jangan kekurangan pakan dan kondisi kolam pemeliharaan airnya teteap mengalir.
Hama belut selain sebagai pemangsa, juga dapat sebagai pesaing dalam hal konsumsi pakan. Hama dan pemangsa yang bisa menyerbu kolam pemeliharaan belut antara lain : Burung belibis, Bebebk / Itik, Berang – berang dll
Cara yang terbaik dan tepat dalam pengendalian hama dan pemangsa belut, yaitu dengan cara membuat kondisi kolam pemeliharaan rapih sesuai aturan dan sesuai dikontrol agar tidak menjadi sarang bagi hama pemangsa.

I. Panen
Untuk memanen belut, diperlukan ketepatan waktu panen dan cara panen. Wadah penampungan juga perlu disiaokan untuk membawa belut hasil panen di lokasi penjualan. Belut siap dipanen untuk kebutuhan pasar local dari mulai penaburan benih minimal 3 bulan ( Sisitem dengan pembesaran ), sedangkan untuk kebutuhan pasar ekspor dari mulai penaburan benih minimal 6 bulan ( sisitem dengan pembesaran ).

J. Paska Panen
Perlakuan paska panen yang perlu diperhatikan adalah membersihkan dan memperbaiki kolam pemeliharaan bila ada yang bocor. Hendaknya media pemeliharaan dapat digantikan dengan yang baru, supaya zat renik-renik makanan untuk belut tidak habis dan tumbuh banyak

K. Pemasaran
Belut merupakan makanan konsumsi manusia. Untuk itu, belut dapat dipasarkan di pasar-pasar ikan dan pasar tradisional. Saat ini di bandung masih mudah menjual belut. Jumlah permintaan saat ini masih sangat besar, di pasar Kosambi Bandung masih membutuhkan jumlah dari 100 Kg belut hidup perhari. Dipasar Ciroyom Bandung setiap harinya juga membutuhkan lebih dari 500 Kg belut hidup. Dengan harga eceran rata-rata Rp. 15.000,- sampai dengan Rp. 20.000 per Kg –nya. Untuk belut yang jumlah per Kg-nya sebnayak 20-30 ekor.
Sedangkan untuk pasar ekspor masih sangat kekurangan sekali, karena permintaan Negara Hongkong sebnanyak 8.000 Kg perhari baru dapat terpenuhi 3.000 Kg. Belum permintaan dari Negara lain seperti Jepang, Malaysia, Korea, Itali, Perancis, dan Belanda belum bisa terpenuhi.

L. Pencatatan
Pencatatan adalah suatu kegiatan mencatat semua kegiatan pembudidayaan. Pencatatan memuat informasi, diantaranya : Tanggal memasukkan benih, jadwal pemberian pakan. Jadwal panen, data peoduksi dan lain – lain.


PEMBESARAN BELUT DI KOLAM

Persiapan Kolam

Kolam dibuat ukuran minimal 25m2 ( 5 m X 5 m ) dengan kedalaman 1,2m
Kolam diberi media pemeliharaan berupa tanah / Lumpur sawah, pupuk kandang, jerami padi, batang pisang, dll sesuai dengan pemakaiannya
Setelah semua media dimasukkan kedalam kolam, diamkan media tersebut selama 2 minggu sebelum benih ditebarkan agar terjadi proses fermentasi

Penebaran Benih
Padat penebaran disesuikan dengan kapasitas optimal kolam, yaitu 1,5 Kg benih untuk 1 m2, jadi untuk 5 m x 5 m = 25 m2 dibutuhkan benih 25 X 1,5 = 38 Kg dibulatkan jadi 40 Kg

Pemeliharaan

Lama pemeliharaan 3 – 6 bulan
Pakan diberikan berupa cacing, ikan, anak katak hijau, belatung, dll, dengan perbandingan 5 % per hari dari jumlah benih yang ditebar ( Sebagai contoh 40 Kg benih perharinya membutuhkan pkan 40 Kg X 5 % = 2 Kg perhari )
Pakan ditebarkan langsung atau ditanamkan dibawah media pemeliharaan
Aliran air diusahakan tetap lancer

Pemanenan

Pemanenan belut dilakukan jika bobotnya sudah memenuhi ukuran pasar ( 100 Gr -200 Gr per ekornya atau 1 Kg berjumlah 10 -20 ekor ), biasanya setelah 3 bulan ( pasar local ) dan 6 bulan ( pasar ekspor )
Pemanenan dilakukan dengan bantuan bubu ( satu hari sebelum pemanenan total dengan pengeringan kolam )

JADWAL PEMBERIAN PAKAN BELUT

Pakan mulai dinerikan setelah benih belut masuk ke kolam pembesaran 3 hari, yaitu diberikan pada hari ke-4 dengan jumlah pemberian pakan sebagai berikut :

Hari Ke
Persentasi Dari Jumlah Benih Yang di tebar ( % )
Jumlah Kg yang diberikan ( kg )
Setiap hari (U/ 40 Kg benih )Total Pemberian Pakan( kg )
04-33
5
2
60
34-47
7,5
3
42
48-61
10
4
56
62-75
12.5
5
70
76-89
15
6
84
90-96
17.5
7
49
97-103
20
8
56
104-110
22.5
9
63
111-117
25
10
70
118-124
27.5
11
77
125-131
30
12
84
132-138
32.5
13
91
139-145
35
14
98
146-152
37.5
14.5
105
153-159
37.5
15
105
160-166
37.5
15
105
167-173
37.5
15
105
174-180
37.5
15
105
Total
1425

http://distributorpakanternak.blogspot.com