Minggu, 30 Oktober 2016

EKOSISTEM LAMUN DAN MANFAATNYA



Lamun atau sea grasses adalah satu-satunya kelompok tumbuh-tumbuhan berbunga yang terdapat di lngkungan laut dan hidup di perairan pantai yang dangkal. Seperti halnya rumput di darat, mereka mempunyai tunas berdaun yang tegak dan tangkai-tangkai yang merayap yang efektif untuk berkembang biak. Lamun berbunga, berbuah, dan menghasilkan biji. Mereka juga mempunyai akar dan sistem internal untuk mengangkut gas dan zat-zat hara. Terdapat 4 hal ciri-ciri lamun:

1.   Toleransi terhadap kadar garam lingkungan.
2.   Tumbuh pada perairan yang selamanya terendam.
3.   Mampu bertahan dan mengakar pada lahan dari hempasan ombak dan arus.
4.   Menghasilkan polinasi hydrophilous ( benang sari yang tahan terhadap kondisi perairan)
5.   (Hadi Endrawati, 2000)
Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (angiospermae) yang berbiji satu (monokotil) dan mempunyai akar rimpang, daun, bunga dan buah. Jadi sangat berbeda dengan rumput laut (algae) (Wood et al. 1969; Thomlinson 1974; Askab 1999). Lamun dapat ditemukan di seluruh dunia kecuali di daerah kutub. Lebih dari 52 jenis lamun yang telah ditemukan. Di Indonesia hanya terdapat 7 genus dan sekitar 15 jenis yang termasuk ke dalam 2 famili yaitu : Hydrocharitacea ( 9 marga, 35 jenis ) dan Potamogetonaceae (3 marga, 15 jenis). Jenis yang membentuk komunitas padang lamun tunggal, antara lain : Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Cymodoceae serulata, dan Thallasiadendron ciliatum Dari beberpa jenis lamun, Thalasiadendron ciliatum mempunyai sebaran yang terbatas, sedangkan Halophila spinulosa tercatat di daerah Riau, Anyer, Baluran, Irian Jaya, Belitung (Nyabaken, 1992)


Manfaat Lamun
Secara ekologi, kebun lamun mempunyai beberapa fungsi penting di daerah pesisir. Lamun merupakan sumber utama produktivitas primer di perairan dangkal di seluruh dunia dan merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme (dalam bentuk detritus). Selanjutnya mereka berfungsi menstabilkan dasar-dasar lunak dimana kebanyakan spesies tumbuh, terutama dengan sisten akr yang padat dan saling menyilang. Penstabilan dasar olah akar ini sangat kuat dan mampu bertahan dalam topan badai sekalipun. Sebaliknya, sistem ini dapat melindungi banyak organisme. Jadi terdapat banyak hewan umum yang dijumpai di kebun lamun, tetapi tidak berhubungan dengan tingkatan makanan secara langsung. Kebun lamun berperan juga sebagi tempat pembesaran bagi banyak spesies yang menghabiskan waktu dewasanya dilingkungan lain. (Nyabaken, JW. 1992)

Sumber:
Suharni dan Iman. 2011. Modul Penyuluhan Kelautan dan Perikanan: Pengelolaan Ekosistem Lamun. Jakarta, Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan BPSDMKP.

http://www.cintalaut.com/2013/07/pengertian-dan-manfaat-tumbuhan-lamun.html

Sabtu, 29 Oktober 2016

MENCEGAH LEBIH BAIK DARIPADA MENGOBATI PENYAKIT PADA IKAN


Semenjak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor: 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, maka keamanan dan keselamatan konsumen dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa sangat dijunjung tinggi di era sekarang ini. Belajar juga dari pengalaman tahun 2007 dan tahun 2008 dimana pada saat itu ekspor produk perikanan jenis udang windu asal Indonesia ditolak Uni Eropa terkait logam berat, histamin dan chloram fenicol atau antibiotik.

Dengan memperhatikan hal tersebut di atas, maka sudah saatnya kita harus memperbaiki kualitas produk perikanan dalam negeri. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan Cara Budidaya Ikan yang Baik dan menghindari penggunaan obat antibiotik. Berdasarkan Kepmen Kelautan dan Perikanan No: 20 Tahun 2003, zat aktif yang dilarang beredar dan dipergunakan sebagai bahan obat ikan, antara lain: Nitrofuran, Ronidozol, Dapson, Chloramphenicol, Cholichicin, Chlorpromazone, Trichlorfon, Dimetildazole, Metronidazole dan Aristolochia spp.

Penggunaan antibiotik biasanya disebabkan karena pada kegiatan budidaya ikan terdapat serangan penyakit. Agar terhindar dari penggunaan bahan antibiotik tersebut maka langkah yang tepat adalah melakukan pencegahan terhadap kemungkinan munculnya penyakit pada ikan. Ada pepatah yang mengatakan bahwa “lebih baik mencegah daripada mengobati”. Dalam kegiatan usaha budidaya ikan pepatah tersebut ada benarnya juga, mencegah itu lebih baik daripada mengobati karena selain lebih ekonomis juga dapat terhindar dari kerugian yang lebih besar akibat kematian massal pada ikan. Selain itu dengan melakukan pencegahan maka kemungkinan untuk menggunakan bahan antibiotik akan semakin berkurang atau sama sekali tidak digunakan pada budidaya ikan.

Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah munculnya penyakit pada ikan adalah dengan memperhatikan 5 (lima) komponen budidaya. Komponen tersebut, antara lain: wadah (kolam), media (air), ikan, pakan dan manusia (human).

1) Wadah (kolam)

Persiapan kolam sebagai wadah budidaya ikan harus diperhatikan dengan benar. Persiapan kolam yang baik adalah minimal dalam tahapan kegiatannya melakukan kegiatan pengeringan, pengolahan tanah, pengapuran, pemupukan dan perbaikan pematang.
Pengeringan bertujuan untuk memutus siklus hidup penyakit. Dilakukan kira-kira selama tiga minggu atau disesuaikan dengan intensitas sinar matahari pada lokasi kolam sampai dasar kolam terlihat retak-retak. Pengolahan tanah bertujuan untuk menggemburkan kontruksi tanah agar bahan/zat racun dapat ternetralisir dan kandungan oksigen dalam tanah meningkat. Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan cara mencangkul atau membajak tanah dengan prinsip untuk membalikan lapisan tanah. Pengapuran digunakan untuk menstabilkan pH tanah dan air serta dapat membunuh bakteri dan parasit. Kapur yang digunakan yaitu kapur pertanian (dolomit) dengan cara kapur ditebar merata pada permukaan tanah. Pemupukan digunakan untuk menyuburkan kolam dan menumbuhkan fitoplankton sebagai pakan alami. Sebaiknya pupuk yang digunakan adalah jenis pupuk organik. Perbaikan Pematang dilakukan bertujuan untuk memperbaiki kontruksi kolam agar hama/predator dan pembawa penyakit pada ikan tidak mudah masuk ke dalam kolam.

2) Media (air)

Dalam lingkup budidaya, kualitas air secara umum mengacu pada kandungan polutan atau cemaran yang terkandung dalam air dalam kaitannya untuk menunjang kehidupan ikan dan kondisi ekosistem yang memadai. Ikan hidup dalam lingkungan air dan melakukan interaksi aktif antara keduanya. Air yang jernih bukan berarti air yang baik bagi ikan, karena jernih bukan satu-satunya sarat air berkualitas bagi ikan. Lima syarat utama kualitas air bagi kehidupan ikan adalah:

• Rendah kadar amonia dan nitrit
• Bersih secara kimiawi
• Memiliki pH, kesadahan, dan temperatur yang sesuai
• Rendah kadar cemaran organik, dan
• Stabil
Apabila persyaratan tersebut dapat dijaga dan dipelihara dengan baik, maka ikan yang dipelihara akan berkembang biak dengan baik dan terbebas dari berbagai penyakit.

3) Ikan

Ikan sebagai obyek utama dalam kegiatan budidaya tentunya sangat diharapkan pertumbuhan dan perkembangannya dengan baik. Yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah jenis dan perlakuan terhadap ikan.
Jenis ikan yang dibudidayakan tentunya harus jenis ikan yang memiliki ekonomis menguntungkan untuk dibudidayakan, baik untuk konsumsi ataupun hias. Selain itu menentukan jenis ikan yang dibudidayakan harus memperhatikan kecocokan dengan kondisi lingkungan tempat budidaya.
Perlakuan terhadap ikan yang dibudidayakan meliputi : aklimatisasi ikan, karantina ikan, padat tebar dan model budidaya (monokultur/polykultur).
Aklimatisasi ikan adalah penyesuaian kehidupan ikan terhadap lingkungan barunya atau terhadap perubahan lingkungan yg berlainan dari tempat asal sebagai akibat pemindahan. Tujuan dari perlakuan ini adalah supaya ikan tidak mengalami shock/stres dan ikan akan bertahan hidup. Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam proses aklimatisasi:

1.            Apungkan kantong plastik berisi ikan pada kolam ± 10-15 menit tanpa membuka kantong plastiknya. Tujuannya untuk menyamakan suhu air di dalam kantong plastik dengan suhu air akuarium.
2.            Buka kantong plastik lalu tambahkan air kolam kedalam kantong plastik sedikit demi sedikit selama ± 20-30 menit sampai kantong plastik penuh.
3.            Biarkan ikan keluar dengan sendirinya atau dapat dibantu dengan menggunakan jaring kecil.
Karantina ikan pada lahan budidaya adalah proses pemisahan/isolasi ikan yang baru masuk sebagai upaya pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit ikan atau organisme pengganggu lainnya dari area lain.
Padat Tebar dalam satuan luas kolam harus disesuaikan dengan jenis dan ukuran ikan. Padat tebar pada ikan yang bersifat karnivora, herbivora dan omnivora tentunya jumlah padat tebarnya akan berbeda. Tujuan dari penentuan padat tebar ini adalah untuk menciptakan kondisi budidaya yang optimal, tidak terjadi persaingan/kompetisi ikan dalam wadah budidaya sebagai proses pertumbuhannya.
4) Pakan 
Berbagai kandungan gizi pada pakan ikan memiliki fungsi tersendiri untuk menjaga ikan agar tetap hidup dan tumbuh: protein, lipid, dan karbohidrat diperlukan untuk menyediakan energi, disamping itu protein pada khususnya diperlukan untuk pertumbuhan. Komposisi pakan ikan oleh karenanya memegang peranan yang penting. Protein yang diberikan pada ikan harus dapat menyediakan semua asam amino esensial yang diperlukan, lipid harus mengandung jenis asam lemak yang tepat. Berbagai jenis hara lainnya juga diperlukan tetapi jumlah keperlukannya sangat sedikit. Proporsi keperluan gizi ikan dan jumlahnya ditentukan oleh berbagai faktor, yaitu: spesies, tahap pertumbuhan, status reproduksi, dan faktor-faktor luar seperti suhu, habitat, dan musim.
Pengelompokan ikan berdasarkan jenis makanannya: pemakan algae atau tumbuhan (herbivora), pemakan daging (karnivora) dan pemakan segala (omnivora). Dengan kebiasaan makan yang berbeda tersebut akan menjadi jelas bagi kita mengenai permasalahan-permalahan yang mungkin timbul apabila kita memberikan pakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan atau kebiasaan makannya. Ikan pemakan daging pada umumnya sangat bersifat selektif, sehingga apabila dipaksakan untuk memakan pakan berbahan dasar tumbuhan, maka perutnya tidak akan efesien dalam mengolah jenis pakan tersebut. Akibatnya ikan bisa kelaparan dan mengalami ketidakseimbangan gizi yang pada akhirnya akan membawanya ke kematian. Berbeda halnya dengan ikan herbivora kebanyakan lebih bersifat pemakan fakultatif mereka berevolusi memakan bagian tumbuhan karena makanan tersebut paling banyak tersedia bagi mereka, akan tetapi pada dasarnya mereka gemar makanan lain yang lebih bergizi apabila tersedia. Oleh karena itu ikan herbivora akan memakan dengan lahap daging ikan segar yang diberikan padanya. Dan karena kandungan gizinya lebih tinggi dibandingkan dengat diet normlanya, berupa tumbuhan, ikan tersebut malah bisa mendapatkan gizi lebih banyak dari yang diperlukan.
Gambar: 1) Bahan (ikan segar); 2) Pembuatan Pakan dan 3) Pemberian Pakan pada Ikan Lele
5) Manusia (human)
Unsur manusia sebagai pengelola kegiatan usaha budidaya ikan sangat menentukan pada tingkat keberhasilan kegiatan budidaya itu sendiri. Untuk itu pengelola harus mampu menguasai teknik dan manajemen usaha budidaya ikan.


Sumber : Akbar Zaelani, S.St.Pi (Penyuluh Pusbangluh)

Jumat, 28 Oktober 2016

MENGENAL HUTAN MANGROVE





Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat di sepanjang pantai atau  muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Sering kali disebut pula sebagai hutan pantai, hutan pasang-surut, hutan payau, atau hutan bakau.  Mangrove tumbuh pada pantai-pantai yang terlindung atau pantai-pantai yang datar. Biasanya di tempat yang tidak ada muara sungainya hutan mangrove terdapat agak tipis, namun pada tempat yang mempunyai muara sungai besar dan delta yang aliran airnya banyak mengandung lumpur dan pasir, mangrove biasanya tumbuh meluas (Jaya, 2001).
Hutan mangrove berada di daerah tropis di titik pertemuan antara laut dan darat dimana ekosistemnya mempunyai bermacam-macam fungsi. Ekosistem mangrove sangat berhubungan dengan kehidupan manusia dalam mengontrol kondisi alam. Di Indonesia ditemukan 75 jenis flora mangrove yang tersebar di 27 propinsi dengan luas hutan mangrove berkisar antara 2,5-4,2 juta ha dan luas ini terus  berubah karena faktor lingkungan dan kegiatan ekonomi manusia (Inoue et al., 1999).
Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Ditemukan di pantai–pantai teluk yang dangkal, estuaria, delta, dan daerah pantai yang terlindung (Bengen, 1999).   Hutan mangrove sebagai hutan yang terutama tumbuh pada tanah lumpur di daerah pantai dan muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut, dan terdiri atas jenis-jenis pohon Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera, Excoecaria, Xylocarpus, Aegiceras, Scyphyphora dan Nypa (Noor et al., 1999).
Menurut Noor et al., (1999)  mangrove memiliki berbagai macam manfaat bagi kehidupan manusia dan lingkungan sekitarnya. Bagi masyarakat pesisir, pemanfaatan mangrove untuk berbagai tujuan telah dilakukan sejak lama. Akhir-akhir ini, peranan mangrove bagi lingkungan sekitarnya dirasakan sangat besar setelah berbagai dampak merugikan dirasakan di berbagai tempat akibat hilangnya mangrove. Mangrove merupakan ekosistem yang sangat produktif. Berbagai produk dari mangrove dapat dihasilkan baik secara langsung maupun tidak langsung, diantaranya: kayu bakar, bahan bangunan, keperluan rumah tangga, kulit, obat-obatan dan perikanan. Melihat beragamnya manfaat mangrove, maka tingkat laju dan perekonomian pedesaan yang berada dikawasan pesisir sering kali sangat bergantung pada habitat mangrove yang ada disekitarnya. Contohnya, perikanan pantai yang sangat dipengaruhi oleh keberadaan mangrove, merupakan produk yang secara tidak langsung mempengaruhi taraf hidup dan perekonomian desa-desa nelayan (Noor et al., 1999).
Manfaat lain dari hutan mangrove adalah melindungi garis pantai dari erosi. Akar-akarnya yang kokoh dapat meredam pengaruh gelombang, menahan lumpur hingga lahan mangrove dapat semakin luas tumbuh keluar (Jaya, 2001).
Sumber:

Basuki. 2011. Modul Penyuluhan Kelautan dan Perikanan: Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Jakarta, Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan BPSDMKP.
http://www.larisahomestay.com/product/20/121/Hutan-Mangrove-Baros-Bantul#/image-product/img121-1437789134.jpg
https://ilalangbasah.wordpress.com/2015/04/14/wisata-murah-hutan-mangrove-pik/


Minggu, 16 Oktober 2016

Klasifikasi dan Toksonomi Ikan Arwana

Klasifikasi dan Toksonomi Ikan Arwana

Menurut sistematika ilmu taksonomi (identifikasi organism berdasarkan kelasnya) ternyata arwana tidak hanya digolongkan dalam satu genus. Ada empat genus yang dikenal tetapi yang lazim dan  banyak diperdagangkan hanya dua genus yaitu Scleropages dan Osteoglossum. Sementara itu arwana asia sering disebut ikan naga, ikan kayangan atau ikan siluk karena berasal dari genus Scleopages. Berikut adalah klasifikasi ikan arwana:

Filum                :    Chordata
Subfilum          :    Vertebrata
Kelas                :    Pisces
Sub Kelas        :    Teleostei
Ordo                :    Malacopterygii
Famili               :    Osteoglossidae (Bonytongues)
Genus        :    1. Arapaima           Spesies      :    Arapaima gigas (giant arwana)
                             2. Osteoglossum    Spesies      :    Osteoglossum bicirrbosum
                                                            Spesies      :    Osteoglossum ferreirai
                             3. Scleropages       Spesies      :    Scleropages formosus
                                                            Spesies      :    Scleropages guntberi
                                                            Spesies      :    Scleropages Leicbardti
                                                            Spesies      :    Scleropages Jardini
           4. Clupisudis          Spesies      :    Clupisudis nilot/Heterotis Nilotic (nile arowana)

Secara morfologis (ciri-ciri fisik),badan dan kepala arwana agak padat. Tubuhnya pipih dan punggungnya datar, hampir lurus dari mulut hingga sirip punggung. Garis lateral atau gurat sisi yang terletak di samping kiri dan kanan tubuh arwana panjangnya antara 20-24 cm. bentuk mulutnya mengarah keatas dan mempunyai sepasang sungut pada bibir bawah. Ukuran mulutnya lebar dan rahangnya cukup kokoh.Giginya berjumlah 15-17.Bagian insangnya di lengkapi dengan penutup insang. Letak sirip punggungnya berdekatan dengan pangkal sirip ekor (caudal). Sirip anusnya lebih panjang dari pada sirip punggung (dorsal), hampir mencapai sirip perut (ventral).Panjang arwana arwana dewasa sangat variatif, antara 30-80 cm.

Sisiknya berukuran besar  dan permukaanya mengkilap. Bentuk sisiknya berupa cycloid atau melingkar.Warnanya sangat variatif, antara lain perak, hitam, emas, dan merah. Untuk lebih gampangnya, banyak yang memberi  nama arwana berdasarkan warna sisiknya, misalnya arwana hijau (green arowana), arwana hitam (black arowana), arwana perak (silver arowana), arwana kuning (golden arwana), dan arwana merah (red arwana). Arwana merah di bagi lagi menjadi tiga jenis, yakni merah biasa (red banjar), merah kuning (golden red) dan sangat merah (super red).

Gambar 1.Ciri-ciri fisik arwana


Sumber:
Suharyadi, 2011. Budidaya Ikan Arwana: Modul Penyuluhan Perikanan. Jakarta, Pusat Penyuluhan Kelutan dan Perikanan BPSDMKP. 

Selasa, 11 Oktober 2016

MENCEGAH LEBIH BAIK DARIPADA MENGOBATI PENYAKIT PADA IKAN


Semenjak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor: 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, maka keamanan dan keselamatan konsumen dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa sangat dijunjung tinggi di era sekarang ini. Belajar juga dari pengalaman tahun 2007 dan tahun 2008 dimana pada saat itu ekspor produk perikanan jenis udang windu asal Indonesia ditolak Uni Eropa terkait logam berat, histamin dan chloram fenicol atau antibiotik.

Dengan memperhatikan hal tersebut di atas, maka sudah saatnya kita harus memperbaiki kualitas produk perikanan dalam negeri. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan Cara Budidaya Ikan yang Baik dan menghindari penggunaan obat antibiotik. Berdasarkan Kepmen Kelautan dan Perikanan No: 20 Tahun 2003, zat aktif yang dilarang beredar dan dipergunakan sebagai bahan obat ikan, antara lain: Nitrofuran, Ronidozol, Dapson, Chloramphenicol, Cholichicin, Chlorpromazone, Trichlorfon, Dimetildazole, Metronidazole dan Aristolochia spp.

Penggunaan antibiotik biasanya disebabkan karena pada kegiatan budidaya ikan terdapat serangan penyakit. Agar terhindar dari penggunaan bahan antibiotik tersebut maka langkah yang tepat adalah melakukan pencegahan terhadap kemungkinan munculnya penyakit pada ikan. Ada pepatah yang mengatakan bahwa “lebih baik mencegah daripada mengobati”. Dalam kegiatan usaha budidaya ikan pepatah tersebut ada benarnya juga, mencegah itu lebih baik daripada mengobati karena selain lebih ekonomis juga dapat terhindar dari kerugian yang lebih besar akibat kematian massal pada ikan. Selain itu dengan melakukan pencegahan maka kemungkinan untuk menggunakan bahan antibiotik akan semakin berkurang atau sama sekali tidak digunakan pada budidaya ikan.

Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah munculnya penyakit pada ikan adalah dengan memperhatikan 5 (lima) komponen budidaya. Komponen tersebut, antara lain: wadah (kolam), media (air), ikan, pakan dan manusia (human).

1) Wadah (kolam)

Persiapan kolam sebagai wadah budidaya ikan harus diperhatikan dengan benar. Persiapan kolam yang baik adalah minimal dalam tahapan kegiatannya melakukan kegiatan pengeringan, pengolahan tanah, pengapuran, pemupukan dan perbaikan pematang.
Pengeringan bertujuan untuk memutus siklus hidup penyakit. Dilakukan kira-kira selama tiga minggu atau disesuaikan dengan intensitas sinar matahari pada lokasi kolam sampai dasar kolam terlihat retak-retak. Pengolahan tanah bertujuan untuk menggemburkan kontruksi tanah agar bahan/zat racun dapat ternetralisir dan kandungan oksigen dalam tanah meningkat. Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan cara mencangkul atau membajak tanah dengan prinsip untuk membalikan lapisan tanah. Pengapuran digunakan untuk menstabilkan pH tanah dan air serta dapat membunuh bakteri dan parasit. Kapur yang digunakan yaitu kapur pertanian (dolomit) dengan cara kapur ditebar merata pada permukaan tanah. Pemupukan digunakan untuk menyuburkan kolam dan menumbuhkan fitoplankton sebagai pakan alami. Sebaiknya pupuk yang digunakan adalah jenis pupuk organik. Perbaikan Pematang dilakukan bertujuan untuk memperbaiki kontruksi kolam agar hama/predator dan pembawa penyakit pada ikan tidak mudah masuk ke dalam kolam.

2) Media (air)

Dalam lingkup budidaya, kualitas air secara umum mengacu pada kandungan polutan atau cemaran yang terkandung dalam air dalam kaitannya untuk menunjang kehidupan ikan dan kondisi ekosistem yang memadai. Ikan hidup dalam lingkungan air dan melakukan interaksi aktif antara keduanya. Air yang jernih bukan berarti air yang baik bagi ikan, karena jernih bukan satu-satunya sarat air berkualitas bagi ikan. Lima syarat utama kualitas air bagi kehidupan ikan adalah:

• Rendah kadar amonia dan nitrit
• Bersih secara kimiawi
• Memiliki pH, kesadahan, dan temperatur yang sesuai
• Rendah kadar cemaran organik, dan
• Stabil
Apabila persyaratan tersebut dapat dijaga dan dipelihara dengan baik, maka ikan yang dipelihara akan berkembang biak dengan baik dan terbebas dari berbagai penyakit.

3) Ikan

Ikan sebagai obyek utama dalam kegiatan budidaya tentunya sangat diharapkan pertumbuhan dan perkembangannya dengan baik. Yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah jenis dan perlakuan terhadap ikan.
Jenis ikan yang dibudidayakan tentunya harus jenis ikan yang memiliki ekonomis menguntungkan untuk dibudidayakan, baik untuk konsumsi ataupun hias. Selain itu menentukan jenis ikan yang dibudidayakan harus memperhatikan kecocokan dengan kondisi lingkungan tempat budidaya.
Perlakuan terhadap ikan yang dibudidayakan meliputi : aklimatisasi ikan, karantina ikan, padat tebar dan model budidaya (monokultur/polykultur).
Aklimatisasi ikan adalah penyesuaian kehidupan ikan terhadap lingkungan barunya atau terhadap perubahan lingkungan yg berlainan dari tempat asal sebagai akibat pemindahan. Tujuan dari perlakuan ini adalah supaya ikan tidak mengalami shock/stres dan ikan akan bertahan hidup. Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam proses aklimatisasi:

1.      Apungkan kantong plastik berisi ikan pada kolam ± 10-15 menit tanpa membuka kantong plastiknya. Tujuannya untuk menyamakan suhu air di dalam kantong plastik dengan suhu air akuarium.
2.            Buka kantong plastik lalu tambahkan air kolam kedalam kantong plastik sedikit demi sedikit selama ± 20-30 menit sampai kantong plastik penuh.
3.            Biarkan ikan keluar dengan sendirinya atau dapat dibantu dengan menggunakan jaring kecil.
Karantina ikan pada lahan budidaya adalah proses pemisahan/isolasi ikan yang baru masuk sebagai upaya pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit ikan atau organisme pengganggu lainnya dari area lain.
Padat Tebar dalam satuan luas kolam harus disesuaikan dengan jenis dan ukuran ikan. Padat tebar pada ikan yang bersifat karnivora, herbivora dan omnivora tentunya jumlah padat tebarnya akan berbeda. Tujuan dari penentuan padat tebar ini adalah untuk menciptakan kondisi budidaya yang optimal, tidak terjadi persaingan/kompetisi ikan dalam wadah budidaya sebagai proses pertumbuhannya.
4) Pakan 
Berbagai kandungan gizi pada pakan ikan memiliki fungsi tersendiri untuk menjaga ikan agar tetap hidup dan tumbuh: protein, lipid, dan karbohidrat diperlukan untuk menyediakan energi, disamping itu protein pada khususnya diperlukan untuk pertumbuhan. Komposisi pakan ikan oleh karenanya memegang peranan yang penting. Protein yang diberikan pada ikan harus dapat menyediakan semua asam amino esensial yang diperlukan, lipid harus mengandung jenis asam lemak yang tepat. Berbagai jenis hara lainnya juga diperlukan tetapi jumlah keperlukannya sangat sedikit. Proporsi keperluan gizi ikan dan jumlahnya ditentukan oleh berbagai faktor, yaitu: spesies, tahap pertumbuhan, status reproduksi, dan faktor-faktor luar seperti suhu, habitat, dan musim.
Pengelompokan ikan berdasarkan jenis makanannya: pemakan algae atau tumbuhan (herbivora), pemakan daging (karnivora) dan pemakan segala (omnivora). Dengan kebiasaan makan yang berbeda tersebut akan menjadi jelas bagi kita mengenai permasalahan-permalahan yang mungkin timbul apabila kita memberikan pakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan atau kebiasaan makannya. Ikan pemakan daging pada umumnya sangat bersifat selektif, sehingga apabila dipaksakan untuk memakan pakan berbahan dasar tumbuhan, maka perutnya tidak akan efesien dalam mengolah jenis pakan tersebut. Akibatnya ikan bisa kelaparan dan mengalami ketidakseimbangan gizi yang pada akhirnya akan membawanya ke kematian. Berbeda halnya dengan ikan herbivora kebanyakan lebih bersifat pemakan fakultatif mereka berevolusi memakan bagian tumbuhan karena makanan tersebut paling banyak tersedia bagi mereka, akan tetapi pada dasarnya mereka gemar makanan lain yang lebih bergizi apabila tersedia. Oleh karena itu ikan herbivora akan memakan dengan lahap daging ikan segar yang diberikan padanya. Dan karena kandungan gizinya lebih tinggi dibandingkan dengat diet normlanya, berupa tumbuhan, ikan tersebut malah bisa mendapatkan gizi lebih banyak dari yang diperlukan.
Gambar: 1) Bahan (ikan segar); 2) Pembuatan Pakan dan 3) Pemberian Pakan pada Ikan Lele
5) Manusia (human)
Unsur manusia sebagai pengelola kegiatan usaha budidaya ikan sangat menentukan pada tingkat keberhasilan kegiatan budidaya itu sendiri. Untuk itu pengelola harus mampu menguasai teknik dan manajemen usaha budidaya ikan.


Sumber : Akbar Zaelani, S.St.Pi (Penyuluh Pusbangluh)

Sabtu, 08 Oktober 2016

HAMA & PENYAKIT PADA IKAN PATIN



1.            Hama
Pada pembesaran ikan patin di jaring terapung hama yang mungkin menyerang antara lain lingsang, kura-kura, biawak, ular air, dan burung. Hama serupa juga terdapat pada usaha pembesaran patin sistem hampang (pen) dan karamba. Karamba yang ditanam di dasar perairan relatif aman dari serangan hama. Pada pembesaran ikan patin di jala apung (sistem sangkar ada hama berupa ikan buntal (Tetraodon sp.) yang merusak jala dan memangsa ikan. Hama lain berupa ikan liar pemangsa adalah udang, dan seluang (Rasbora). Ikan-ikan kecil yang masuk kedalam wadah budidaya akan menjadi pesaing ikan patin dalam hal mencari makan dan memperoleh oksigen. Untuk menghindari serangan hama pada pembesaran di jala apung (rakit) sebaiknya ditempatkan jauh dari pantai. Biasanya pinggiran waduk atau danau merupakan markas tempat bersarangnya hama, karena itu sebaiknya semak belukar yang tumbuh di pinggir dan disekitar lokasi dibersihkan secara rutin. Cara untuk menghindari dari serangan burung bangau (Lepto-tilus javanicus), pecuk (Phalacrocorax carbo sinensis), blekok (Ramphalcyon capensis capensis) adalah dengan menutupi bagian atas wadah budi daya dengan lembararan jaring dan memasang kantong jaring tambahan di luar kantong jaring budi daya. Mata jaring dari kantong jaring bagian luar ini dibuat lebih besar. Cara ini berfungsi ganda, selain burung tidak dapat masuk, ikan patin juga tidak akan berlompatan keluar.
2.            Penyakit
Penyakit ikan patin ada yang disebabkan infeksi dan non-infeksi. Penyakit non-infeksi adalah penyakit yang timbul akibatadanya gangguan faktor yang bukan patogen. Penyakit non-infeksi ini tidak menular. Sedangkan penyakit akibat infeksi biasanya timbul karena gangguan organisme patogen.
1.                            Penyakit akibat infeksi Organisme patogen yang menyebabkan infeksi biasanya berupa parasit, jamur, bakteri, dan virus. Produksi benih ikan patin secara masal masih menemui beberapa kendala antara lain karena sering mendapat serangan parasit Ichthyoptirus multifilis (white spot) sehingga banyak benih patin yang mati, terutama benih yang berumur 1-2 bulan. Dalam usaha pembesaran patin belum ada laporan yang mengungkapkan secara lengkap serangan penyakit pada ikan patin, untuk pencegahan, beberapa penyakit akibat infeksi berikut ini sebaiknya diperhatikan.
1.                                            Penyakit parasit
Penyakit white spot (bintik putih) disebabkan oleh parasit dari bangsa protozoa dari jenis Ichthyoptirus multifilis Foquet. Pengendalian: menggunakan metil biru atau methilene blue konsentrasi 1% (satu gram metil biru dalam 100 cc air). Ikan yang sakit dimasukkan ke dalam bak air yang bersih, kemudian kedalamnya masukkan larutan tadi. Ikan dibiarkan dalam larutan selama 24 jam. Lakukan pengobatan berulang-ulang selama tiga kali dengan selang waktu sehari.
2.                                            Penyakit jamur
Penyakit jamur biasanya terjadi akibat adanya luka pada badan ikan. Penyakit ini biasanya terjadi akibat adanya luka pada badan ikan. Penyebab penyakit jamur adalah Saprolegnia sp. dan Achlya sp. Pada kondisi air yang jelek, kemungkinan patin terserang jamur lebih besar. Pencegahan penyakit jamur dapat dilakukan dengan cara menjaga kualitas air agar kondisinya selalu ideal bagi kehidupan ikan patin. Ikan yang terlanjur sakit harus segera diobati. Obat yang biasanya di pakai adalah malachyt green oxalate sejumlah 2 –3 g/m air (1 liter) selama 30 menit. Caranya rendam ikan yang sakit dengan larutan tadi, dan di ulang sampai tiga hari berturut- turut.
3.                                            Penyakit bakteri
Penyakit bakteri juga menjadi ancaman bagi ikan patin. Bakteri yang sering menyerang adalah Aeromonas sp. dan Pseudo-monas sp. Ikan yang terserang akan mengalami pendarahan pada bagian tubuh terutama di bagian dada, perut, dan pangkal sirip. Penyakit bakteri yang mungkin menyerang ikan patin adalah penyakit bakteri yang juga biasa menyerang ikan-ikan air tawar jenis lainnya, yaitu Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp. Ikan patin yang terkena penyakit akibat bakteri, ternyata mudah menular, sehingga ikan yang terserang dan keadaannya cukup parah harus segera dimusnahkan. Sementara yang terinfeks, tetapi belum parah dapat dicoba dengan beberapa cara pengobatan. Antara lain:
1.                                                         Dengan merendam ikan dalam larutan kalium permanganat (PK) 10-20 ppm selama 30–60 menit,
2.                                                            Merendam ikan dalam larutan nitrofuran 5- 10 ppm selama 12–24 jam, atau
3.                                                            merendam ikan dalam larutan oksitetrasiklin 5 ppm selama 24 jam.
2.                            Penyakit non-infeksi
Penyakit non-infeksi banyak diketemukan adalah keracunan dan kurang gizi.Keracunan disebabkan oleh banyak faktor seperti pada pemberian pakan yang berjamur dan berkuman atau karena pencemaran lingkungan perairan. Gajala keracunan dapat diidentifikasi dari tingkah laku ikan. – Ikan akan lemah, berenang megap-megap dipermukaan air. Pada kasus yang berbahaya, ikan berenang terbalik dan mati. Pada kasus kurang gizi, ikan tampak kurus dan kepala terlihat lebih besar, tidak seimbang dengan ukuran tubuh, kurang lincah dan berkembang tidak normal.
·                                                                     Kendala yang sering dihadapi adalah serangan parasit Ichthyoptirus multifilis (white spot) mengakibatkan banyak benih mati, terutama benih yang berumur 1-2 bulan.
·                                                                     Penyakit ini dapat membunuh ikan dalam waktu singkat.
·                                                                     Organisme ini menempel pada tubuh ikan secara bergerombol sampai ratusan jumlahnya sehingga akan terlihat seperti bintik-bintik putih.

·                                                                     Tempat yang disukai adalah di bawah selaput lendir sekaligus merusak selaput lendir tersebut.