Rabu, 22 Juli 2015

Budidaya Ikan Botia Chromobotia macracanthus

Budidaya Ikan Botia Chromobotia macracanthus



Ikan Botiamerupakan ikan hias asli Indonesia yang mempunyai nama daerah Ikan Bajubang, ikan ini hanya bisa dijumpai di dua tempat di Indonesia yakni Sungai Batanghari, Jambi dan Sungai Barito, Kalimantan.

Ikan ini diketahui pertama kali di eksport ke luar negeri pada tahun 1935. Sampai saat ini, botia termasuk ikan favorit dan memiliki banyak penggemar di luar negeri. Di habitat aslinya, botia hidup pada air mengalir di sungai-sungai. Oleh karena itu, untuk pemeliharaan dalam aquarium sering disarankan agar dilengkapi dengan arus buatan.

Botia termasuk ikan yang berumur panjang, ikan ini diduga bisa hidup puluhan tahun. Ikan botia bisa hidup dalam aquarium selama 20 tahun. Panjang ikan ini bisa mencapai 30-40 cm. Tetapi dalam lingkungan aquarium jarang yang dapat mencapai panjang potensialnya tersebut.

Morfologi dan Daerah Sebaran Ikan Botia

Ikan Botia memiliki bentuk tubuh memanjang dan pipih, perut hampir lurus, posisi lengkung sirip punggung lebih depan daripada sirip perut, memiliki empat pasang sungut. Warna dasar tubuh merah jingga kekuning-kuningan, yang dibalut warna hitam di tiga tempat. Satu memotong di kepala persis melintas di mata, di tengah tubuh agak lebar, terakhir di pangkal ekor merambat sampai sirip punggung. Sirip ekor tebal terbagi dengan ujung lancip, warna oranye dengan ujung kemerahan. Sirip anus hitam, dengan tulang sirip kuning, sirip dada berwarna merah darah. Botia memiliki duri di bagian bawah matanya.

Ikan botia yang berasal dari beberapa DAS di Sumatera dan Kalimantan. Penyebaran benih ikan botia di daerah banjiran sepanjang sungai Batang Hari mulai dari terusan sampai ke londerang pada musim penghujan. Penyebaran induk ikan botia mulai dari Muara Tembesi sampai Dusun Teluk Kayu Putih Kabupaten Tebo. Habitat ikan ini banyak ditemukan berkumpul di perairan yang tenang (tidak berarus deras). Ikan botia hidup di dasar perairan (termasuk ikan dasar), yang aktif mencari makan pada malam hari (nocturnal). Suhu untuk pertumbuhan adalah 24-28oC, pH: 6-7,5, kesadahan air 5-15 mg/ldan kadar oksigen 3-5 ppm.

Klasifikasi Ikan Botia

Menurut Saanin (1984), klasifikasi ikan botia adalah:
Fillum : Chordate
Kelas : Osteichthyes
Subkelas : Actinopterygii
Ordo : Teleostei
Subordo : Cyprinoidea
Famili : Cobitidae
Genus : Botia
Spesies : macracanthus

Reproduksi

Botia yang sudah matang gonad akan berenang melawan arus menuju hulu sungai yang berair dangkal. Disepanjang sungai yang dangkal dan jernih itu induk botia akan memijah. Setelah memijah, ikan akan kembali ke hilir mengikuti aliran sungai. Saat memijah, botia melepaskan semua telur – telurnya secara serempak. Telur botia yang telah dibuahi akan menetas 14 – 26 jam setelah pembuahan. Benih ikan botia berkelompok dalam jumlah besar sehingga mudah ditangkap. Botia mulai matang gonad setelah ukurannya ± 40 gram, untuk botia jantan dan untuk botia betina ± 70 gram, atau panjangnya lebih dari 15 cm.

Pengamatan histologi gonad ikan botia yang dilakukan oleh Susanto (1996), membagi tingkat kemetangan gonad (TKG) menjadi 6 fase, yaitu sebagai berikut :
1. TKG 1. Sel telur baru mengalami perbanyakan dari sel epitel dan membentukoogonia. Kumpulan oogeniaberbentuk bulat yang dilapisi oleh satu dinding epitel. Sitoplasmanya berwarna merah jambu dengan nucleus yang besar
2. TKG II. Ootgonia berkembang menjadi oositdenagn sitoplasma yang bertambah besar dengan nucleus yang terletak ditengah – tengahnya. Selama perkembangannya, oosit ditutupi satu baris epitel. Diameter oosit berkisar antara 100 – 150 um.
3. TKG III. Fase ini adlah fase berkembangnya dinding sel. Oosit semakin membesar dan inti sel mulai tampak. Sitoplasma yang berwarna biru merupakan awal / persiapan vitelogenesis. Diameter telur antara 200 – 300um
4. TKG IV. Membrane inti mulai tampak berwarna terang, melingkari inti sel. Inti berwarna merah jambu sedangkan sitoplasma berwarna biru yang lebih terang dibandingkan pada TKG II dan III. Pada fase ini vitelogenesis berlangsung dan mulai terbentuk granula dan vakuola pada sitoplasma. Juga mulai terbentuk zona radiate yang berasal dari sel epitel. Diameter telur antara 300 – 500 um.
5. TKG V. Pada fase ini nucleus tampak jelas dengan granula yang masih kasar. Sitoplasma berwarna biru, sedangkan nucleus berwarna merah jambu agak cerah dibandingkan dengan cairan yang mulai mengalami deregerasi. Lapisan zona radiate tampak lebih jelas, tersusun dari sel berbentuk kubus dan sel tiang. Diameter telur antara 500 – 600 um.
6. TKG VI. Fase ini merupakan fase maksimum perkembangna oosit, dimana sudah mengalami perkembangna optimal dengan vakuola yang berukuran besar dan jumlahnya sangat banyak. Nucleus serta granula tampak lebih jelas, memenuhi sitoplasma. Dinding folikel terdiri atas zona radiate, teka interna dan eksterna. Pada bagian tertentu dari teka terdapat epitel yang menipis, membentuk mikrofil. Diameter telur mencapai kisaran antara 600 – 700 um.

Seleksi Induk
Dalam pemijahan buatan induk ikan botia masih diambil dari alam. Setelah induk diambil dari alam induk ikan botia ditempatkan pada wadah pemeliharaan untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Proses adaptasi induk ikan botia hingga matang gonad sekitar 8-10 bulan. Induk yang sudah matang gonad ditandai dengan perut yang gendut pada induk betina, bobot > 80 gram, sedangkan induk jantan sudah berbobot> 40 gram, perut langsing, dan ditandai keluarnya cairan sperma setelah distripping.

Rangsangan Pemijahan
Untuk merangsang ovulasi atau spermiasi pada induk yang telah matang gonad dilakukan dengan cara stimulasi yaitu dengan menyuntikan hormon gonadotropin. Biasanya hormaon yang sering digunakan untuk merangsang pemijahan adalah “Ovaprim”. Ovaprim merupakan hormaon GNRH dan domperidon. Dosis yang digunakan dalam penyuntikan yaitu 1 ml/kg berat induk. Penyuntikan biasanya dilakukan dua kali. Penyuntikan pertama dilakukan bertujuan untuk pematangan sel telur dengan dosis 0,4 ml/kg. Sedangkan penyuntikan kedua bertujuan untuk proses pemijahan dengan dosis 0,6 ml/kg.

Stripping
Stripping adalah proses pengeluaran telur dan dan sperma dari induk betina maupun jantan dengan cara mengurut bagian genetal induk. Sebelum induk dilakukan stripping dilakukan pembiusan dengan menggunakan MS22 (phenoxy ethanol) dengan dosis 0,3 ml/L air. Setelah dilakukan stripping, telur dan sperma dimasukan pada wadah terpisah. Biasanya sperma diencerkan dengan larutan fisiologis (perbandingan 1:3).

Pembuahan
Pembuahan ika botia dilakukan secaran buatan yaitu dengan mencampur telur dan sperma. Setelah telur dan sperma tercampur, ditambahkan air untuk mengaktifkan sperma dan diaduk perlahan dengan bulu ayam. Selanjutya telur diletakan pada corong penetasan selama 15-26 jam pada suhu 26-270C.

Pemanenan Larva
Pemanenan larva dilakukan setelah telur menetas atau setelah 15-26 inkubasi. Larva yang baru menetas tidak langsung dipindahkan ke dalam akuarium sebab larva botia sangat sensitif terhadap perubahan kondisi lingkungan. Setelah 4 hari didalam corong penetasan dan larva sudah dapat makan artemia, larva botia baru bisa dipindahkan ke dalam bak pemeliharaan larva atau akuarium.

Pemeliharaan Larva
Pemeliharaa larva ikan botia dilakukan pada akuarium dengan padat tebar 5 ekor/liter. Pada larva berumur 4 hari, larva diberi makan dengan aetrmia sampai latva berumur 13 hari. Setelah itu larva diberi makan cacing darah sampai panen.

Sumber :

http://www.kkp.go.id/ikanhias/index.php/news/c/51/Budidaya-Ikan-Botia-Chromobotia-macracanthus/?category_id=1

Selasa, 21 Juli 2015

Mengenal Ikan Sepat Mutiara

Mengenal Ikan Sepat Mutiara



Ikan Sepat Mutiara adalah sejenis ikan hias air tawar sisi suku gurami (osphronemidae). Di dalam bahasa inggris disebut sebagai mosaic gourami atau lace gourami merujuk pada pola warna berbintik-bintik indah dengan garis hitam di sisi tubuhnya. Dengan nama dagang pearl gouramy atau mosaic gouramy datang dari Malaysia, Thailand, Sumatera dan kalimantan. Ikan yang berupa omnivora ini hidup pada suhu optimal 26-28° celcius ; Ph 6, 5-7, 0; dengan kekerasan air 6-8° dh.

Panjang tubuh ikan ini dapat menggapai 12 cm. Warnanya biru muda dengan kilas violet terang. Bagian seluruh tubuhnya dipenuhi oleh totol putih seperti mutiara dengan poly mosaik. pada saat birahi, warna segi perut jantan lantas orange.

Ciri khas
Ikan yang bertubuh pipih dan bermoncong agak runcing sempit, panjang keseluruhan beserta ekor hingga memanjang 120 mm. berwarna abu-abu atau kebiruan dengan pola butir-butir berwarna kehijauan atau keperakan sama mutiara amat banyak. suatu hal pita berwarna gelap jalur pada tengah sisi tubuh, diawali dari ujung moncong melewati mata dan berakhir dengan suatu hal bintik pada pangkal ekor. Ikan sepat mutiara jantan akan lebih berwarna warni, dengan tenggorokan dan sirip dubur segi depan berwarna kemerahan.


Persebaran serta habitat
Sepat mutiara menyebar diawali dari thailand, malaysia, sumatra, hingga kalimantan. ikan ini yaitu penghuni rawa-rawa dataran rendah yang berair sedikit asam. ikan ini biasanya senang ada dekat permukaan hingga 1/2 kedalaman air.

Pemeliharaan di aquarium
Untuk memelihara sepasang sepat mutiara sebaiknya digunakan kolam atau aquarium berukuran sekurang-kurangnya 60 liter ; makin besar ukurannya bisa makin baik, karena ikan ini bisa perlihatkan sinyal tanda stres bila lantas terbatasi ruangannya. Suhu air sebaiknya berkisar pada 22–28 °celcius. Permukaan airnya baiknya berkenaan segera dengan udara terbuka, agar organ labirin ikan ini dapat bertindak dengan baik. kelengkapan aquarium yang diperlukan salah satunya yakni substrat dan ornamen yang pas, tetumbuhan air, filter air, pencahayaan, serta perawatan.

Sepat mutiara yakni ikan yang cinta damai. ikan ini dapat hidup bercampur dengan sebagian type ikan yang lain, namun sebaiknya jangan sampai digabungkan dengan ikan-ikan yang berupa agresif atau terlalu aktif. Juga perlu dijaga agar aquarium tidak terlalu penuh agar sepat mutiara tidak gelisah. Tandanya, sepat jantan dapat tiba-tiba saja menyerang atau menggertak ikan lain yang jadi mengganggunya.

Pakan
Sepat mutiara yakni hewan omnivora, pemakan seluruh. Di aquarium, ikan ini dapat diberi pakan kering layaknya pelet atau cacing tubifex kering. Sesekali, juga dapat diberikan pakan hidup layaknya udang renik.

Pemijahan
Langkah pemijahan dan pemeliharaan ikan ini hampir sama saja dengan dwarf gouramy. perbedaannya hanya pada ke-2 induknya yang sangat sctia melindungi telurnya. oleh karena itu, pemisahan induk jantan dan betina dengan anaknya dapat ditangani setelah larva bisa berenang atau kurang lebih umur 1 minggu. ukuran jual kurang lebih 4 cm atau sudah berumur 3, 5 bln.

Untuk area memijah, aquarium perlu dilengkapi dengan tanaman air yang mengapung. Di sini ikan jantan bisa buat sarang busa atau sarang gelembung dari air ludahnya, sebagai area memijah dan menyimpan telur hingga menetas kelak. Percumbuan dan pemijahan bisa jalan di sarang ini, dan sesudah telur dikeluarkan dan dibuahi, sepat betina bisa diusir keluar oleh si jantan. Sebagaimana sebagian type sepat yang lain, jantan sepat mutiara bisa menjagai telur-telur ini hingga menetas.

Sekali memijah biasanya betina bisa mengeluarkan 150–200 butir telur. Telur ikan bisa menetas setelah 24 jam. Sekian hari setelah itu burayak (anak-anak ikan) mulai aktif berenang. Pada saat itu baiknya ikan jantan dipisahkan dari anak-anaknya, agar burayak-burayak itu tidak dimakannya. Anak-anak ikan awal mulanya dapat diberi pakan udang renik, dan minggu-minggu setelah itu dapat diberi pakan kering yang dihaluskan.

Sumber :

http://miniaquarium.blogspot.com/2013/07/mengenal-ikan-sepat-mutiara.html

Senin, 20 Juli 2015

Cara Mudah Merawat Ikan Discus

Cara Mudah Merawat Ikan Discus




Cara Mudah Merawat Ikan Discus (akuariumhias) - Mau pelihara ikan discus ? discus kan sukar perawatannya !. Banyak beberapa pencinta ikan hias terlebih yang pingin mulai pelihara type ikan ini menyebutkan perihal demikian. Walau sebenarnya tidak sukar saat memeliharanya, pemeliharaan ikan discus ini sama halnya memelihara ikan hias biasanya. Tidak memerlukan keahlian spesial serta perawatannya terbilang gampang. Yang butuh kita kenali yaitu bagaimana serta didalam situasi bagaimana ikan discus itu dapat hidup serta apa saja yang butuh kita kenali untuk mengawali pelihara ikan ini.

Layaknya ikan-ikan hias biasanya, letak kesuksesan saat merawat ikan discus yaitu penanganan yang benar. Ikan discus yaitu ikan yang memerlukan situasi didalam akuarium yang stabil, dikarenakan apabila situasi lingkungan labil ikan ini amat tidak tahan, ikan discus amat rawan pada suatu hal yang asing baginya. Untuk menciptakan situasi yang stabil untuk ikan discus, ada langkah dan cara-cara serta perihal yang butuh kita cermati sebelum saat memelihara si ikan cakram ini.



1. Belilah ikan discus di area yang dipercaya/benar. Janganlah sekali-kali beli ikan discus disembarang area. Karena bila kita beli di area yang benar, karena harga ikan ini cukup mahal makanya kita harus dapat dapat memperoleh ikan yang kondisinya baik. Dan tidak menjadi tidak itu saja, di area tersebut kita dapat berkonsultasi bagaimana pelihara ikan discus yang baik serta benar.

2. Siapkan akuarium yang telah berisi air beserta filter didalam situasi hidup. Air yang ada didalam akuarium mesti diendapkan sekurang-kurangnya 24 jam. Tujuannya untuk kurangi kejenuhan. air yang belum diendapkan di kuatirkan tetap memiliki kandungan bakteri maupun penyakit lain yang bisa mengancam hidup ikan. Yang tidak kalah mutlak janganlah memakai air sumur dengan segera, dikarenakan air sumur banyak memiliki kandungan zat besi yang tinggi serta tidak baik untuk perkembangan ikan discus.

3. Suhu air mesti ada pada posisi 30 – 32 derajat celcius. Dibawah angka tersebut, ikan discus dapat kehilangan daya tahan tubuh. discus dapat gampang diserang penyakit yang selanjutnya yang didapat kematian ikan. Suhu terlampau tinggi juga menyebabkan ikan discus ini tidak bertahan lama. Heater mesti senantiasa didalam situasi on.

4. Kebersihan akuarium mesti senantiasa dijaga dengan baik. Karenanya 1 minggu sekali air mesti diganti. Penggantian air cuma butuh 40 – 50 persen volume air akuarium. juga, tiap-tiap bln. Air didalam akuarium beserta perlengkapan filter mesti dibersihkan. Tiap-tiap perubahan air, masukkan garam ikan sejumlah 1 sendok makan. perubahan air sendiri dikerjakan untuk menyingkirkan sisa-sisa kotoran layaknya lendir ikan. Lendir yang tersisa amat gampang menyebabkan bakteri maupun penyakit.

5. Janganlah terlampau banyak berikan obat-obatan didalam dosis tinggi. janganlah gampang berikan obat bila ikan discus terkena penyakit. Pemberian obat yang salah, bukan hanya jadi mengobati namun dapat mengakibatkan keracunan pada ikan. Sebaiknya apabila ikan kita sakit tanyakan pada penjual area anda beli ikan.

6. Pemberian pakan pada discus, baiknya pakan yang halus, karena pencernaan ikan discus lebih kecil dibandingka dengan ikan hias lain yang tetap kerabat. Apabila diberikan makanan yang kasar pencernaan ikan discus dapat terganggu.

Apabila perihal tersebut di atas kita cermati, maka kita siap pelihara ikan gepeng ini serta ikan dapat bertahan didalam periode waktu yang lama. selamat coba.

Sumber :

http://akuariumhias.blogspot.com/2013/08/cara-mudah-merawat-ikan-discus.html

Selasa, 14 Juli 2015

PENANGANAN  IKAN DI KAPAL (HENDLING)

PENANGANAN  IKAN DI KAPAL (HENDLING)



 1. Jenis Kapal Penangkap Ikan
Kapal penagkap ikan ada beberapa jenis yaitu perahu layar, perahu motor, kapal motor. Dan semua kapal penangkap ikan itu sudah pasti di lengkapi dengan alat tangkap ikan. Jenis kapal berpengaruh terhadap luas / volume, ruang gerak, peralatan dan lamanya beroperasi kapal penangkap tersebut. Kapal motor misalnya peralatannya lebih moderen sehingga alat kapalnya pun cenderung berkualitas baik.
2. Jenis Alat Tangkap (fishing gear)
Dalam hubungannya dengan penangkapan ikan di kapal, jenis alat tangkap digolongkan ke dalam :
a. Alat tangkap pasif, contohnya : panang, bubu, bagan (apung dan tetap), gill net, rawai
alat tangkap ini bersifat menunggu ikan dan tidak terlalu banyak berinteraksi dengan ikan, jadi kerusakan ikan cenderung minim.
b. Alat tangkap aktif, contohnya : jaring arad (beach seine), jaring  trawl, jaring lingkar (payang), dan alat tangkap bergerak lainnya.
Alat tangkap ini sifatnya aktif memburu dan menangkap ikan, dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah  pengaruhnya terhadap kondisi ikan.
3. Jenis ikan / hasil perikanan/  hasil tangkapan ikan
Dari segi penanganan hasil tangkapan dapat digolongkan ke dalam :
a. Ikan yang kandungan lemaknya rendah (lean fish)
b. Ikan yang kandungan lemaknya tinggi (gemuk-fatty fish)
yang kandungan lemaknya tinggi umumnya sulit mengalami kerusakan/ perubahan fisik, kimiawi, dan mikrobiologis. Disamping itu ikan juga dibedakan atas dagingnya yaitu daging putih dan merah. Kalau daging yang bewarna merah relatif lebih mudah tegik (lancip), sehingga penanganan ikan harus lebih teliti.
4. Bahan pengawet
– es,
– garam dan
– udara dingin
Garam dan es digunakan biasanya digunakan pada operasi penangkapan dengan perahu layar dan kapal kecil sedangkan udara dingin pada operasi penangkapan kapal besar yang jangkauan operasi penangkapannya jauh dan memakan waktu cukup lama sampai berbulan-bulan di laut.
Jenis garam terbagi 2 yaitu :
a. Garam laut (Solar salt)
yaitu garam yang dibuat dengan cara menguapkan air laut dengan sinar matahari. Garam laut banyak mengandungkotoran dan komponen garam lain selain NaCl sehingga kemurniannya rendah (impuritas rendah). Garam ini dalam proses pengawetan memang menghambat pertumbuhan bakteri tapi tergolong lambat sehingga kadang terdahului oleh proses pembusukan.
b. Garam tambang (Rock salt)
Garam ini diambil dari bahan hasil penambangan dan garam ini mengandung kadar NaCl yang tinggi. kotoran dan kandungan lain selain NaCl sangat rendah dan dapat dikatakan murni (impuritas rendah). Garam ini dalam proses pengawetan juga sangat efektif.
5. Perlengkapan handling (penanganan ikan di kapal)
a. Gladak (lantai bongkar)
Tempat untuk membongkar hasil tangkapan ikan terbuat dari papan kayu tebal yang sudah dihaluskan dibentuk sedemikian rupa sehingga air dan kotoran mudah mengalir atau terbuang. Tapi bila kapalnya sudah maju atau moderen gladaknya terbuat dari bahan stenlis sehingga penanganan lebih mudah dan hasil lebih maksimal.
b. Pompa air bersih
Untuk membersihkan/ mencuci ikan hasil tangkapan dengan menyemprotkan air pada ikan, kotoran dan sisa-sisa darah
c. Ruang penyimpanan
Pada lambung kapal, terbuat dari kayu yang sudah berisol untuk mencegah bocoran air akan udara pada kapal kecil berupa ruang yang terbuat dari kayu
d. Tempat penyimpanan bahan pengawet
Untuk menyimpan es dan garam sebelum digunakan dalam pengawetan
e. Peralatan lain
-martil/ palu besar : menghancurkan es
– ganco terbuat dari besi untuk mengaambil dan mematikan ikan
– lampu yang cukup besar untuk membantu pembongkaran/ menurunkan hasil tangkapan terutama bila bongkar muat.
6. Prosedur penanganan ikan di kapal
a. Pekerjaan yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah memilih hasil tangkapan berdasarkan jenis, ukuran dan kualitas
b. Penyiangan: ikan yang besar disiangi dulu dan dibuang isi perutnya dan ingsangnya juga
c. Pencucian (washing) : dicuci bersih, dibuang lendir, sisik dan sisa darah
d. Pemilihan: ikan yang terlalu besar dipotong kepalanya dan dibuat kecil
e. Pendinginan : didalam pendingin/ palka
f. Untuk ikan kecil langsung dicuci tidak ditangani lagi langsung diawetkan
Penyusunan / menyimpan ikan
Penyusunan ikan dalam palka dilakukan dengan 3 cara :
a. Bulking
Ikan ditumpuk dalam ruangan palka lapis demi lapis. Dasar dibari es yang telah dihancurkan kurang lebih tebalnya 15 cm. Ikan dibelah perutnya disimpan dengan bagian perutnya di bawah agar air/cairan tidak tertampung dalam perutnya tapi mengalir ke dasar palka.
Lapisan ikan tidak boleh terlalu tebal agar pendinginannya merata. Cairan dari pelelehan es diusahakan tidak mengalir ke lapisan bawahnya. Jadi diberi kemiringan pada lapisan dasar agar air dapat mengalir ke pinggir lalu dibuang.
b. Shelfing
Dengan satu lapisan ikan dalam satu rak. Sekat ini dipasang dengan jarak sekitar 20cm. Kelemahan dari cara ini akan memakan waktu, tenaga dan ruang palka.
c. Boxing
Menggunakan peti-peti / box yang terbuat dari kayu, pastik, bahan sintetis. Dan juga bahan aluminium yang cenderung lebih baik karena mudah di kontrol dan dibersihkan. Kelebihan alat ini kualitas/mutu ikan lebih baik karena ikan tidak mendapatkan tekanan dan beratnya tidak berkurang. Selain itu saat pembongkaran juga jadi elbih mudah dan cepat. Kerugiannya terlalu banyak memkan tempat di dalam kapal.


Sumber :https://pobersonaibaho.wordpress.com

Sabtu, 11 Juli 2015

Transfer Teknologi Set-net di Bone

Transfer Teknologi Set-net di Bone

        

  Set-net digadang menjadi alternatif solusi alat penangkap ikan yang efektif dan ramah lingkungan. Set-net yang dalam bahasa jepang disebut teichi ami merupakan salah satu teknologi penangkapan ikan ramah lingkungan yang pengoprasiannya bersifat perangkap (trap). Target tangkapan dari alat tangkap set-net adalah ikan atau gerombolan ikan yang sedang melakukan migrasi kearah pantai (coastal migration).
          Maka dari itu alat ini dipasang menetap pada suatu daerah penangkapan ikan (fishing ground). prinsip kerja set-net ini adalah dengan menghalau ruaya ikan, jalan yang dilalui oleh ikan dihadang oleh jaring penaju, sehingga ikan akan merubah arah ruayanya menuju pintu masuk jaring yang telah terpasang sedemikian rupa dan berakhir pada bagian kantong.
          Set-net masuk dalam golongan alat tangkap pasif, di indonesia terdapat berbagai jenis alat tangkap yang sejenis dengan set-net seperti bubu, sero (dalam bahasa Bugis disebut belle), jermal, atau jenis perangkap lainnya. bedanya set-net dipasang pada perairan yang dalam, namun prinsip kerjanya sama yakni bersifat perangkap. 
          Ada banyak jenis dan type set-net seperti dai ami (keddle net), masu ami (pot net), hari ami (fyke net), dashi ami (barier net),eri mai (sero), dan otoshi ami (trap net). Set-net dikabupaten Bone masuk dalam type otoshi ami (trap net).

          Beberapa keunggulan set-net antara lain hemat bahan bakar karena set-net dipasang secara menetap sehingga kapal tidak perlu lagi berlayar jauh dari fhising base dan dipasang secara menetap sehingga kapal tidak perlu lagi berlayar jauh untuk mencari ikan. dalam mengoprasikannya pun tidak butuh waktu lama dan dapat dilakukan secara terus menerus selama memperhatikan perawatan bagian-bagian set-net.
          Teknologo set-net diharapkan dapat mengatasi masalah penggunaan alat tangkap ikan yang terlampau sederhana, kurang selektif terhadap ikan, dan berpotensi merusak ekosistem laut. Alat tangkap yang tidak efektif akan mengakibatkan pemborosan bahan bakar minyak (BBM) karena waktu melaut menjadi lebih lama dengan hasil tangkapan yang lebih rendah.
          Teknologi set-net sangat hemat BBM kerana umumnya alat tangkap ini dipasang pada jarak 1 mil laut sampai 2 mil laut dari daratan. Waktu pengoprasian set-net dari mulai berangkat menuju tempat set-set terpasang sampai proses pengambilan ikan dan kembali lagi ke fhising base (daerah penangkapan ikan) memerlukan waktu  sekitar 2-4 jam tergantung ukuran set-net yang digunakan.
keunggulan Set-net
          Keunggulan terpenting adalah set5-net ramah lingkungan karena jaring yang terpasang dilaut dapat berfungsi sebagai tempat berlindung (shelter) bagi ikan-ikan yang berukuran kecil, tempat bertelur beberapa jenis cumi-cumi, dan tempat ikan-ikan kecil mencari makan. alat ini juga mendukung penangkapan selektif karena ikan-ikan yang belum layak konsumsi dan hewan laut yang dilindungi seperti penyu bisa lepas kembali. penggunaan set-net ini bisa menggantikan cara penangkapan ikan yang merusak lingkungan, seperti trawl atau pengguna bahan peledak.
          Dari sisi kualitas hasil tangkapan, ikan eks set-net dapat pula dipasang dan dipadukan dengan kegiatan budidaya laut lainnya karena bersifat statik.
          Namun sebelum mengaplikasi alat ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. antara lain pemilihan lokasi (fhising ground) yang tepat, dan akurasi penggunaan keberadaan dan arah ruaya ikan. selanjutnya, perlu dipastikan/dipetakan faktor oceanografi pada lokasi penempatan set-net.
          Tidak kalah penting, faktor kondisi sosial ekonomi masyarakat dan faktor keamanan pada lokasi penempatan juga harus dipastikan agar keberadaan alat ini dapat lestari. Kemampuan dan keterampilan SDM dalam melakukan kegiatan set-net tersebut harus dipersiapkan secara matang agar kelak tidak mangkrak.
Kerhasama Jepang 
          Program transfer teknologi set-net diperairan Tanjung Pallete kecamatan Tanate Riattang Timur kabupaten Bone Sulawesi Selatan merupakan kerjasama pemerintah Indonesia dengan Jepang. Pada pelaksanaannya, tim Jepang yang dipimpin oleh Prof Dr Takafumi Arimoto ini beranggotakan tenaga ahli dari Tokyo University of Marine Science and Technology (TUMSAT), Himi City, IC NET Limited, dan JICA Tokyo.
          Guna menerima transfer teknologi ini, Pemerintah Indonesia melibatkan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) Universitas Hasanuddin (Unhas), Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Negri Bone, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Sulawesi Selatan,DKP kabupaten Bone, serta masyarakat nelayan Kelurahan Pallete. Proses transfer teknologi set-net dimulai pada Agustus 2010 yang dibiayai oleh JICA Tokyo Jepang.
          Project dimulai dari persiapan dan pengadaan bahan atau material set-netsampai dengan konstruksi set-net. proses konstruksi set-net dilakukan dikampus SUPM Negri Bone dengan melibatkan siswa program Studi Nautika Perikanan Laut. Instalasi alat tangkap set-net dilakukan pada akhir bulan februari 2008, sedengkan operasi penangkapan dimulai pada tanggal 3 maret 2008.
          Program ini berlangsung selama 3 tahun dan dibawah pengawasan langsung oleh tim dari Jepang. pengoprasian awal set-net ini dibantu oleh alumni SUPM Negri Bone yang telah magang pada alat tangkap set-net di Jepang selama 3 tahun. 
          Selanjutnya, pelaksana pengoprasian dan perawatan set-net selama 3 tahun dilakukan oleh kelompok nelayan yang telah dibentuk. Set-net dioprasikan pada pagi hari dan awalnya dilakukan oleh 25 nelayan yang terbentuk dalam 1 kelompok, namun karena beberapa hal dan seiring dengan berjalannya waktu saat ini pengoprasian set-net dilakukan oleh 7 orang.
          Pengoprasian tetap didampingi oleh teknisi dari SUMP Negri Bone dan dibantu oleh beberapa siswa SUMP Negri Bone yang bergiliran ikut dalam kegiatan pengoprasian dan perawatan alat ini. Sebab untuk pengoprasian sistem manual (tenaga manusia) dengan ukuran set-net seperti yang dilakukan di Bone idealnya dilakukan oleh 10 sampai 15 orang.

          Setelah 3 tahun berjalan berakhirlah pembiayaan dari JICA, sehingga sejak bulan Agustus 2010 keberlanjutan program ini deserahkan kepada SUPM Negri Bone dengan tetap bekerja sama dengan nelayan dan DKP Bone.
Spesifikasi Teknis
          Secara teknis, harus dilakukan pemeriksaan secara rutin terhadap kondisi dan posisi setiap bagian dari set-net, seperti posisi pemberat rangka kondisi setiap bagian jaring dan pelampung, serta kondisi tali dan simpulnya. Selanjutnya, diperlukan perawatan  terhadap bagian-bagian set-net secara berkala baik perawatan dilaut maupun perawatan didarat. untuk itu mutlak disediakan lokasi yang mendukung dalam melakukan kegiatan perawatan set-net di darat.
          Bagian-bagian utama set-net yang terpasang di Bone terdiri dari Penaju (leader net/ michi-ami/ kaki-ami), serambi (play ground/ondo-ba/ondo-jo), jaring menarik (slope net/ nobori-ami),kantong (chamber net/hako-ami), rangka utama (main frame), tali rangka, pelampung (float), dan pemberat (sand bag). panjang penaju set-net di kab Bone mencapai 240 m ditambvah dengan penaju tambahan 25 m dengan mesh size 242,4 mm.

          Panjang tali rangka serambi sampai kantong 150 meter dan lebar 22,5 m.  mesh size (mata jaring) bagian serambi dan slope net selebar 121,2 mm sedangkan mesh size bagian kantong adalah 1inci (224 mm). untuk pemberat pengganti jangkar digunakan 1.500 buah sand bag yang dibuat dari karung diisi kerikil seberat kurang 50 kg.set net di perairan Tanjung Pallete Bone ini dibenamkan hingga kedalaman 15 meter.  

Jumat, 10 Juli 2015

10 Tips Memilih Ikan Discus

10 Tips Memilih Ikan Discus




Ikan discus sebagai rajanya ikan air tawar menarik banyak akuaris maupun orang awam untuk memeliharanya. Selain bentuk, warna, dan coraknya yang menarik, harganya yang mahalpun menjadi salah satu daya tarik untuk memeliharanya. Namun memelihara terutama untuk memilih calon bibit yang baik tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Untuk mendapatkan discus yang baik tentulah harus mendapatkan bibit yang baik. Oleh karena itu seorang hobies terutama pemula harus jeli dalam memilih ikan. Kesulitan terbesar yang dihadapi oleh pemula adalah kurangnya pengetahuan mengenai kualitas discus yang baik. Banyaknya jenis discus, terutama nama-nama yang berlainan untuk satu jenis discus ikut membuat pemula ini semakin bingung.

Berikut tips untuk memilih discus yang baik, diantaranya;

1. Warna kulit yang cerah, tidak berselaput ataupun mengeluarkan lendir yang berlebihan. Warna kulit yang mengkilap/hitam menandakan kondisi discus yang tidak sehat. Garis hitam vertical/stress bar yang sangat menyolok/tegas menandakan discus dalam kondisi stress yang berat. Jumlah garis ini berbeda-beda menurut varian ikan. Biasanya berjumlah antara 7-18 bar. Stress bar ini tidak menentukan sakit tidaknya seekor discus, tetapi sebagai parameter kondisi discus akibat kaget, atau kondisi lingkungan yang tidak cocok bagi discus. Banyak jenis discus yang menunjukkan stress-bar nya dengan jelas.

2. Sisik pada ikan yang bersih dan tidak terkelupas, tidak berbintik putih dan berlendir terlalu banyak. Sirip ikan haruslah terlihat bersih dan lengkap. Sirip yang sobek, rusak, berjamur menandakan ikan tidak sehat. Biasanya pada sirip ikan sering terserang fin rot. Sirip yang tidak cacat dan seimbang akan membuat bentuk discus bulat dan indah dipandang.

3. Warna mata yang bening, tidak berselaput ataupun berbintik putih. Bola mata yang tidak terlalu mencolok keluar seperti ban radial. Mata demikian disebut pop eye yang disebabkan kondisi air yang jelek, dan ikan terjangkit intestinal bakteri. Ukuran mata yang terlalu besar pada ikan yang berukuran kecil menandakan ikan tersebut terhambat pertumbuhannya atau biasa disebut bantet/ kontet. Selain itu mata yang hitam dapat diakibatkan oleh penyakit internal dan terlalu lama terkena kontaminasi obat-obatan dalam jangka lama.

4. Bentuk tubuh ikan discus yang ideal, tidak kurus yang nampak dari ketebalan dahi/ jidat discus. Discus yang tidak cacat fisik, biasanya terlihat dari depan/ muka dimana sisi kiri dan kanan terlihat sama. Mulut ataupun bagian tubuh lainnya tidak ada yang lebih ke kiri/ ke kanan.

5. Cara bernafas yang berirama teratur, dimana kedua insang membuka dan menutup bersamaan, tanpa ada yang lebih besar membukaya ataupun bernafas hanya dengan satu insang. Biasanya ikan yang bernafas dengan satu insang terjangkit Gill Fluke Dactylogyrus atau kutu insang. Tutup insang rata menutupi insang, tidak pendek dan tidak menganga terbuka. Juga harus diperhatikan nafas yang snagat cepat, yang dapat disebabkan oleh kekurangan oksigen naum dalam jangka panjang akan merusak fungsi insang.

6. Discus yang sehat umumnya tidak takut terhadap manusia yang melihatnya. Discus yang baik dan sehat biasanya akan segera mendekat dengan cepat, mengira akan diberi makan. Selain itu discus yang sehat umumnya tidak menyendiri, tertapi berbaur dengan teman-temannya.

7. Umumnya discus yang sehat, gaya berenangnya tenang, tidak tersendat-sendat. Discus yang suka menggesekkan bagian tubuhnya ke alat-alat atau benda sekitarnya, umumnya terserang parasit. Hal ini mungkin karena rasa gatal yang ditimbulkan akibat gigitan kutu ataupun jamur/ bakteri pada kulit maupun insang. Discus yang sehat umumnya berenang dengan tenang, dasi/pectoral fin – sirip depan bawah perut diturunkan sehingga terlihat gagah pada saat berenang.

8. Jangan mudah tertipu dengan warna. Warna merah membara pada mata dan warna yang menyolok, terutama pada discus kecil & remaja (antara 2-3 inci), bukan jaminan untuk mendapatkan discus yang baik. Pada saat ini ada sebagian kalangan yang menggunakan hormon untuk memaksakan keluarnya warna ikan, yang bertujuan untuk memudahkan penjualan dan meningkatkan daya tarik ikan. Warna ini tidak akan bertahan lama (kurang lebih 2 minggu – 1 bulan). Pemakaian hormon dapat mengakibatkan gagalnya pemijahan atau anakan yang dihasilkan sedikit dan biasanya tidak sehat.

9. Batik atau pattern ikan biasanya akan timbul mulai 2 inci ke atas dan bertahap. Berhati-hatilah jika membeli discus yang sudah keluar batik sejak ukuran kecil, karena kemungkinan adanya pemberian hormon untuk mengeluarkan batik ini agar terlihat indah. Adalah wajar batik yang keluar hanya setengah atau kurang pada ukuran 2 inci, namun terkadang kualitas discus yang rendah mengakibatkan batiknya tidak keluar secara sempurna hingga full satu badan.

10. Usahakan membeli ikan paling tidak ukuran 2 inci, karena pada ukuran inilah ciri-ciri ikan sehat dan baik dapat dilihat dibandingkan ukuran yang lebih kecil. Hindari untuk membeli burayak walaupun harganya murah, terutama jika anda seorang pemula. Jangan tergiur dengan keuntungan karena memelihara burayak tidak mudah.

Selain tips di atas, yang harus diterima oleh pemula adalah cacat fisik seperti mata besar sebelah, pertumbuhan fin tidak sempurna, dahi menonjol, bagian kepala meruncing dll. Kemudian yang terpenting adalah lakukan adaptasi secara perlahan sesudah tiba dirumah dan lakukan karantina pada setiap ikan yang dibeli.

Sumber :

http://www.zonaikan.com/2012/06/10-tips-memilih-ikan-discus.html

Kamis, 09 Juli 2015

Faktor Penting dalam Pembesaran Ikan Patin

Faktor Penting dalam Pembesaran Ikan Patin



Dalam menjalankan bisnis budidaya ikan patin, terdapat tiga tahapan yang harus dilewati selama proses budidaya ikan berlangsung. Proses tersebut antara lain tahap pembenihan, tahap pendederan dan tahap pembesaran ikan. Yang dimaksud dengan tahap pembenihan meliputi pemeliharaan induk agar menghasilkan telur dan menjadi bibit ikan. Sedangkan tahap pendederan yaitu tahap pemeliharaan ikan patin pada ukuran tertentu, atau bisa juga dikatakan sebagai masa transisi dari tahap pembibitan ikan ke pembesaran ikan. Dan yang ketiga yaitu masa pembesaran ikan patin, dimana pada tahapan ini merupakan tahapan dari ikan hasil pendederan sampai menjadi ikan patin yang cukup besar dan siap untuk dikonsumsi.

Walaupun budidaya ikan patin memiliki tiga tahapan perawatan, namun tidak semua petani ikan patin fokus pada ketiga tahapan tersebut. Kebanyakan dari mereka hanya fokus pada salah satu tahapan saja, misalnya memilih bisnis pembibitan ikan patin, bisnis pendederan patin, atau hanya fokus pada bisnis pembesaran ikan patin saja. Hal ini dilakukan untuk mempermudah mereka dalam memberikan perawatan pada ikan, karena setiap tahapan yang ada membutuhkan perawatan yang berbeda.

Jika artikel sebelumnya telah membahas peluang bisnis budidaya ikan patin yang fokus pada pembibitan saja. Pada kesempatan ini kami akan memberikan informasi mengenai tahapan pembesaran ikan patin, terutama mengenai faktor apa saja yang perlu diperhatikan dalam pembesaran ikan patin, yaitu sebagai berikut :

* Lokasi budidaya pembesaran ikan patin

Dalam pemilihan lokasi yang akan digunakan untuk budidaya pembesaran ikan patin, harus memperhatikan beberapa aspek yang meliputi sumber air, kualitas air, kuantitas air, dan kualitas tanah. Sumber air yang dapat dimanfaatkan yaitu sungai, air tanah yang berasal dari sumur, atau saluran irigasi buatan.

Selanjutnya perhatikan pula kualitas air, sebaiknya jaga kebersihan air jangan terlalu keruh, tidak tercemar bahan – bahan kimia yang beracun seperti minyak atau limbah pabrik, serta terjaga temperatur suhunya. Bila perlu tambahkan larutan yang befungsi mencegah timbulnya jamur, yaitu emolin atau blitzich dengan dosis 0, 05 cc/liter. Kuantitas air pada pembesaran ikan patin juga harus diperhatikan, karena debit air yang dibutuhkan pada saat pembenihan, pendederan dan pembesaran masing – masing memiliki ukuran yang berbeda.

Sedangkan untuk kualitas tanah yang cocok untuk pembesaran ikan patin antara lain tanah liat atau lempung, tanah terapan, tanah berfraksi, tanah berpasir dan tidak berporos. Hal ini agar tidak terjadi kebocoran air, karena jenis tanah ini dapat menahan massa air.

* Bangunan untuk keramba maupun fence

Keramba adalah kolam ikan yang rangkanya terbuat dari kayu dan bambu, keramba berbentuk kotak dengan ukuran 4m x 2m x 1,5 m dan pada tutupnya dibuat lubang untuk pemberian makan dan pengontrolan ikan. Serta pada bagian dalam keramba ditambahkan jaring dengan ukuran mata jaring lebih kecil dari ukuran benih ikan, ini berfungsi sebagai penampung ikan agar tidak lepas. Penempatan keramba yaitu 2/3 di dalam air dan sisanya diatas permukaan air, oleh karena itu pemilik keramba biasanya sering meletakan keramba di pinggir sungai yang alirannya tidak deras.

Sedangkan untuk sistem fence yaitu budidaya ikan yang sekelilingnya dibatasi dengan pagar. Biasanya ukuran fence adalah 5m x 12 m x 5 m untk setiap unitnya. Selain itu unutuk menjalankan sistem ini dibutuhkan pondok untuk menjaga kolam fence, serta perahu dan jembatan penghubung antar fence untuk mempermudah proses pengontrolan ikan.

* Penyediaan benih

Pembibitan bisa dimulai dengan mengawinkan indukan yang berkualitas, atau bisa juga dengan membeli benih ikan patin dari para penjual benih. Selain itu untuk produksi benih, dapat dilakukan dengan proses reproduksi buatan dengan mencampurkan telur induk betina dengan sperma ikan jantan. Yang perlu diperhatikan dalam memelihara benih ikan yang berumur 1 hari, sebaiknya dipelihara dalam akuarium yang berukuran 80 cm x 45 cm x 45 cm, diisi dengan air sumur bor yang telah diaerasi, dengan penebaran bibit 500 ikan per akuarium. Tambahkan pula heater dan aerator pada akuarium, untuk menjaga kuantitas oksigen dan kestabilan suhu.

* Pemberian pakan ikan patin

Pemberian pakan pada proses pembesaran ikan patin, bisa dilakukan dengan memberikan tambahan makanan berupa pelet setiap harinya, dan mengalami peningkatan setiap bulannya karena disesuaikan dengan berat badan ikan. Kadar ideal pemberian pakan ikan patin yaitu 3 – 5% dari berat ikan.

* Pengendalian Hama dan Penyakit

Pada budidaya ikan patin dengan keramba ataupun fence, biasanya hama yang menyerang adalah lingsang, kura – kura, biawak, ular air atau ikan liar yang memangsa patin. Sedangkan untuk pennyakit yang sering muncul yaitu parasit, jamur dan virus yang dapat mengganggu kesehatan ikan patin. Untuk mengendalikan hama sebaiknya jaga kebersihan lokasi budidaya dari semak belukar, karena itu akan menjadi sarang hama. Selain itu Anda juga bisa menutupi keramba dengan kantong jaring dibagian luar keramba atau penutup keramba, sehingga hama tidak dapat masuk. Sedangkan untuk menghindari munculnya penyakit, jaga kualitas air dan jangan memberikan pakan yang berlebihan, karena akan memperkeruh air dan menimbulkan munculnya penyakit pada kulit ikan.

* Masa Panen

Masa panen ikan patin setelah berat satu ikan rata – rata 1 kg, membutuhkan waktu antara 6 sampai 12 bulan. Ikan yang dipelihara di keramba umumnya lebih cepat dipanen yaitu sekitar 6 – 8 bulan. Sedangkan untuk ikan yang dibesarkan pada fence baru bisa dipanen setelah 8 sampai 12 bulan.

Dalam proses pemanenan ikan hindari penggunaan jala, karena hanya akan menimbulkan luka pada ikan. Alternatif alat yang dapat digunakan yaitu serok atau menangkap ikan dimulai dari bagian hilir ke hulu. Usahakan agar ikan tidak terluka, agar kualitasnya tidak turun dan harga jualnya tinggi. Selanjutnya ikan dimasukan kedalam wadah yang telah diisi air, ini untuk menjaga ikan tetap hidup dan tidak stres.

Sekain informasi mengenai faktor penting dalam pembesaran ikan patin, semoga informasi ini dapat membantu Anda yang ingin mencoba peluang bisnis budidaya ikan patin. Salam sukses.


Sumber : http://bisnisukm.com/faktor-penting-dalam-pembesaran-ikan-patin.html