Sabtu, 11 Juli 2015

Transfer Teknologi Set-net di Bone

Transfer Teknologi Set-net di Bone

        

  Set-net digadang menjadi alternatif solusi alat penangkap ikan yang efektif dan ramah lingkungan. Set-net yang dalam bahasa jepang disebut teichi ami merupakan salah satu teknologi penangkapan ikan ramah lingkungan yang pengoprasiannya bersifat perangkap (trap). Target tangkapan dari alat tangkap set-net adalah ikan atau gerombolan ikan yang sedang melakukan migrasi kearah pantai (coastal migration).
          Maka dari itu alat ini dipasang menetap pada suatu daerah penangkapan ikan (fishing ground). prinsip kerja set-net ini adalah dengan menghalau ruaya ikan, jalan yang dilalui oleh ikan dihadang oleh jaring penaju, sehingga ikan akan merubah arah ruayanya menuju pintu masuk jaring yang telah terpasang sedemikian rupa dan berakhir pada bagian kantong.
          Set-net masuk dalam golongan alat tangkap pasif, di indonesia terdapat berbagai jenis alat tangkap yang sejenis dengan set-net seperti bubu, sero (dalam bahasa Bugis disebut belle), jermal, atau jenis perangkap lainnya. bedanya set-net dipasang pada perairan yang dalam, namun prinsip kerjanya sama yakni bersifat perangkap. 
          Ada banyak jenis dan type set-net seperti dai ami (keddle net), masu ami (pot net), hari ami (fyke net), dashi ami (barier net),eri mai (sero), dan otoshi ami (trap net). Set-net dikabupaten Bone masuk dalam type otoshi ami (trap net).

          Beberapa keunggulan set-net antara lain hemat bahan bakar karena set-net dipasang secara menetap sehingga kapal tidak perlu lagi berlayar jauh dari fhising base dan dipasang secara menetap sehingga kapal tidak perlu lagi berlayar jauh untuk mencari ikan. dalam mengoprasikannya pun tidak butuh waktu lama dan dapat dilakukan secara terus menerus selama memperhatikan perawatan bagian-bagian set-net.
          Teknologo set-net diharapkan dapat mengatasi masalah penggunaan alat tangkap ikan yang terlampau sederhana, kurang selektif terhadap ikan, dan berpotensi merusak ekosistem laut. Alat tangkap yang tidak efektif akan mengakibatkan pemborosan bahan bakar minyak (BBM) karena waktu melaut menjadi lebih lama dengan hasil tangkapan yang lebih rendah.
          Teknologi set-net sangat hemat BBM kerana umumnya alat tangkap ini dipasang pada jarak 1 mil laut sampai 2 mil laut dari daratan. Waktu pengoprasian set-net dari mulai berangkat menuju tempat set-set terpasang sampai proses pengambilan ikan dan kembali lagi ke fhising base (daerah penangkapan ikan) memerlukan waktu  sekitar 2-4 jam tergantung ukuran set-net yang digunakan.
keunggulan Set-net
          Keunggulan terpenting adalah set5-net ramah lingkungan karena jaring yang terpasang dilaut dapat berfungsi sebagai tempat berlindung (shelter) bagi ikan-ikan yang berukuran kecil, tempat bertelur beberapa jenis cumi-cumi, dan tempat ikan-ikan kecil mencari makan. alat ini juga mendukung penangkapan selektif karena ikan-ikan yang belum layak konsumsi dan hewan laut yang dilindungi seperti penyu bisa lepas kembali. penggunaan set-net ini bisa menggantikan cara penangkapan ikan yang merusak lingkungan, seperti trawl atau pengguna bahan peledak.
          Dari sisi kualitas hasil tangkapan, ikan eks set-net dapat pula dipasang dan dipadukan dengan kegiatan budidaya laut lainnya karena bersifat statik.
          Namun sebelum mengaplikasi alat ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. antara lain pemilihan lokasi (fhising ground) yang tepat, dan akurasi penggunaan keberadaan dan arah ruaya ikan. selanjutnya, perlu dipastikan/dipetakan faktor oceanografi pada lokasi penempatan set-net.
          Tidak kalah penting, faktor kondisi sosial ekonomi masyarakat dan faktor keamanan pada lokasi penempatan juga harus dipastikan agar keberadaan alat ini dapat lestari. Kemampuan dan keterampilan SDM dalam melakukan kegiatan set-net tersebut harus dipersiapkan secara matang agar kelak tidak mangkrak.
Kerhasama Jepang 
          Program transfer teknologi set-net diperairan Tanjung Pallete kecamatan Tanate Riattang Timur kabupaten Bone Sulawesi Selatan merupakan kerjasama pemerintah Indonesia dengan Jepang. Pada pelaksanaannya, tim Jepang yang dipimpin oleh Prof Dr Takafumi Arimoto ini beranggotakan tenaga ahli dari Tokyo University of Marine Science and Technology (TUMSAT), Himi City, IC NET Limited, dan JICA Tokyo.
          Guna menerima transfer teknologi ini, Pemerintah Indonesia melibatkan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) Universitas Hasanuddin (Unhas), Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Negri Bone, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Sulawesi Selatan,DKP kabupaten Bone, serta masyarakat nelayan Kelurahan Pallete. Proses transfer teknologi set-net dimulai pada Agustus 2010 yang dibiayai oleh JICA Tokyo Jepang.
          Project dimulai dari persiapan dan pengadaan bahan atau material set-netsampai dengan konstruksi set-net. proses konstruksi set-net dilakukan dikampus SUPM Negri Bone dengan melibatkan siswa program Studi Nautika Perikanan Laut. Instalasi alat tangkap set-net dilakukan pada akhir bulan februari 2008, sedengkan operasi penangkapan dimulai pada tanggal 3 maret 2008.
          Program ini berlangsung selama 3 tahun dan dibawah pengawasan langsung oleh tim dari Jepang. pengoprasian awal set-net ini dibantu oleh alumni SUPM Negri Bone yang telah magang pada alat tangkap set-net di Jepang selama 3 tahun. 
          Selanjutnya, pelaksana pengoprasian dan perawatan set-net selama 3 tahun dilakukan oleh kelompok nelayan yang telah dibentuk. Set-net dioprasikan pada pagi hari dan awalnya dilakukan oleh 25 nelayan yang terbentuk dalam 1 kelompok, namun karena beberapa hal dan seiring dengan berjalannya waktu saat ini pengoprasian set-net dilakukan oleh 7 orang.
          Pengoprasian tetap didampingi oleh teknisi dari SUMP Negri Bone dan dibantu oleh beberapa siswa SUMP Negri Bone yang bergiliran ikut dalam kegiatan pengoprasian dan perawatan alat ini. Sebab untuk pengoprasian sistem manual (tenaga manusia) dengan ukuran set-net seperti yang dilakukan di Bone idealnya dilakukan oleh 10 sampai 15 orang.

          Setelah 3 tahun berjalan berakhirlah pembiayaan dari JICA, sehingga sejak bulan Agustus 2010 keberlanjutan program ini deserahkan kepada SUPM Negri Bone dengan tetap bekerja sama dengan nelayan dan DKP Bone.
Spesifikasi Teknis
          Secara teknis, harus dilakukan pemeriksaan secara rutin terhadap kondisi dan posisi setiap bagian dari set-net, seperti posisi pemberat rangka kondisi setiap bagian jaring dan pelampung, serta kondisi tali dan simpulnya. Selanjutnya, diperlukan perawatan  terhadap bagian-bagian set-net secara berkala baik perawatan dilaut maupun perawatan didarat. untuk itu mutlak disediakan lokasi yang mendukung dalam melakukan kegiatan perawatan set-net di darat.
          Bagian-bagian utama set-net yang terpasang di Bone terdiri dari Penaju (leader net/ michi-ami/ kaki-ami), serambi (play ground/ondo-ba/ondo-jo), jaring menarik (slope net/ nobori-ami),kantong (chamber net/hako-ami), rangka utama (main frame), tali rangka, pelampung (float), dan pemberat (sand bag). panjang penaju set-net di kab Bone mencapai 240 m ditambvah dengan penaju tambahan 25 m dengan mesh size 242,4 mm.

          Panjang tali rangka serambi sampai kantong 150 meter dan lebar 22,5 m.  mesh size (mata jaring) bagian serambi dan slope net selebar 121,2 mm sedangkan mesh size bagian kantong adalah 1inci (224 mm). untuk pemberat pengganti jangkar digunakan 1.500 buah sand bag yang dibuat dari karung diisi kerikil seberat kurang 50 kg.set net di perairan Tanjung Pallete Bone ini dibenamkan hingga kedalaman 15 meter.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar