Senin, 10 Agustus 2015

Budidaya Ikan Botia Chromo botia macracanthus  

Budidaya Ikan Botia Chromo botia macracanthus


Ikan Botia merupakan ikan hias asli Indonesia yang mempunyai nama daerah Ikan Bajubang, ikan ini hanya bias dijumpai di dua tempat di Indonesia yakni Sungai Batanghari, Jambi dan Sungai Barito, Kalimantan.

Ikan ini diketahui pertama kali di eksport keluar negeri pada tahun 1935. Sampai saat ini, botia termasuk ikan favorit dan memiliki banyak penggemar di luar negeri. Di habitat aslinya, botia hidup pada air mengalir di sungai-sungai. Oleh karena itu, untuk pemeliharaan dalam aquarium sering disarankan agar dilengkapi dengan arus buatan.

Botia termasuk ikan yang berumur panjang, ikan ini diduga bias hidup puluhan tahun. Ikan botia bias hidup dalam aquarium selama 20 tahun. Panjang ikan ini bias mencapai 30-40 cm. Tetapi dalam lingkungan aquarium jarang yang dapat mencapai panjang potensialnya tersebut.

Morfologi dan Daerah Sebaran Ikan Botia

Ikan Botia memiliki bentuk tubuh memanjang dan pipih, perut hamper lurus, posisi lengkung sirip punggung lebih depan dari pada sirip perut, memiliki empat pasang sungut. Warna dasar tubuh merah jingga kekuning - kuningan, yang dibalut warna hitam di tiga tempat. Satu memotong di kepala persis melintas di mata, di tengah tubuh agak lebar, terakhir di pangkal ekor merambat sampai sirip punggung. Sirip ekor tebal terbagi dengan ujung lancip, warna oranye dengan ujung kemerahan. Sirip anus hitam, dengan tulang sirip kuning, sirip dada berwarna merah darah. Botia memiliki duri di bagian bawah matanya.

Ikan botia yang berasal dari beberapa DAS di Sumatera dan Kalimantan. Penyebaran benih ikan botia di daerah banjiran sepanjang sungai Batang Hari mulai dari terusan sampai kelonderang pada musim penghujan. Penyebaran induk ikan botia mulai dari MuaraTembesi sampai DusunTeluk Kayu Putih KabupatenTebo. Habitat ikan ini banyak ditemukan berkumpul di perairan yang tenang (tidak berarus deras). Ikan botia hidup di dasar perairan ( termasuk ikan dasar ), yang aktif mencari makan pada malam hari (nocturnal). Suhu untuk pertumbuhan adalah 24-28oC, pH: 6-7,5, kesadahan air 5-15 mg / dan kadar oksigen 3-5 ppm.

Klasifikasi Ikan Botia

Menurut Saanin (1984), klasifikasi ikan botia adalah:
Fillum : Chordate
Kelas :Osteichthyes
Subkelas :Actinopterygii
Ordo :Teleostei
Subordo :Cyprinoidea
Famili :Cobitidae
Genus :Botia
Spesies :macracanthus

Reproduksi

Botia yang sudah matang gonad akan berenang melawan arus menuju hulu sungai yang berair dangkal. Disepanjang sungai yang dangkal dan jernih itu induk botia akan memijah. Setelah memijah, ikan akan kembali kehilir mengikuti aliran sungai. Saat memijah, botia melepaskan semua telur – telurnya secara serempak. Telur botia yang telah dibuahi akan menetas 14 – 26 jam setelah pembuahan. Benih ikan botia berkelompok dalam jumlah besar sehingga mudah ditangkap. Botia mulai matang gonad setelah ukurannya ± 40 gram, untuk botia jantan dan untuk botia betina ± 70 gram, atau panjangnya lebih dari 15 cm.

Pengamatan histologi gonad ikan botia yang dilakukan oleh Susanto (1996), membagi tingkat kemetangan gonad (TKG) menjadi 6 fase, yaitu sebagai berikut :
1. TKG 1. Sel telur baru mengalami perbanyakan dari sel epitel dan membentuk oogonia. Kumpulan oogenia berbentuk bulat yang dilapisi oleh satu dinding epitel. Sitoplasmanya berwarna merah jambu dengan nucleus yang besar
2. TKG II. Ootgonia berkembang menjadi oosit dengan sitoplasma yang bertambah besar dengan nucleus yang terletak ditengah – tengahnya. Selama perkembangannya, oosit ditutupi satu baris epitel. Diameter oosit berkisar antara 100 – 150 um.
3. TKG III. Fase ini adalah fase berkembangnya dinding sel. Oosit semakin membesar dan inti sel mulai tampak. Sitoplasma yang berwarnabiru merupakan awal / persiapan vitelo genesis. Diameter telur antara 200 – 300 um
4. TKG IV. Membrane inti mulai tampak berwarna terang, melingkari inti sel. Inti berwarna merah jambu sedangkan sitoplasma berwarna biru yang lebih terang dibandingkan pada TKG II dan III. Pada fase ini vitelo genesis berlangsung dan mulai terbentuk granula dan vakuola pada sitoplasma. Juga mulai terbentuk zona radiate yang berasal dari selepitel. Diameter telur antara 300 – 500 um.
5. TKG V. Pada faseini nucleus tampak jelas dengan granula yang masih kasar. Sitoplasma berwarna biru, sedangkan nucleus berwarna merah jambu agak cerah dibandingkan dengan cairan yang mulai mengalami deregerasi. Lapisan zona radiate tampak lebih jelas, tersusun dari selber bentuk kubus dan sel tiang. Diameter telur antara 500 – 600 um.
6. TKG VI. Fase ini merupakan fase maksimum perkembangan oosit, dimana sudah mengalami perkembangan optimal dengan vakuola yang berukuran besar dan jumlahnya sangat banyak. Nucleus serta granula tampak lebih jelas, memenuhi sitoplasma. Dinding folikel terdiri atas zona radiate, teka interna dan eksterna. Pada bagian tertentu dari teka terdapat epitel yang menipis, membentuk mikrofil. Diameter telur mencapai kisaran antara 600 – 700 um.

Seleksi Induk
Dalam pemijahan buatan induk ikan botia masih diam bila dari alam. Setelah induk diambil dari alam induk ikan botia ditempatkan pada wadah pemeliharaan untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Proses adaptasi induk ikan botia hingga matang gonad sekitar 8-10 bulan. Induk yang sudah matang gonad ditandai dengan perut yang gendut pada induk betina, bobot> 80 gram, sedangkan induk jantan sudah berbobot> 40 gram, perut langsing, dan ditandai keluarnya cairan sperma setelah distripping.

RangsanganPemijahan
Untuk merangsang ovulasi atau spermiasi pada induk yang telah matang gonad dilakukan dengan cara stimulasi yaitu dengan menyuntikan hormon gonadotropin. Biasanya hormaon yang sering digunakan untuk merangsang pemijahan adalah “Ovaprim”. Ovaprim merupakan hormaon GNRH dan domperidon. Dosis yang digunakan dalam penyuntikan yaitu 1 ml / kg berat induk. Penyuntikan biasanya dilakukan dua kali. Penyuntikan pertama dilakukan bertujuan untuk pematangan sel telur dengan dosis 0,4 ml / kg. Sedangkan penyuntikan kedua bertujuan untuk proses pemijahan dengan dosis 0,6 ml/kg.

Stripping
Stripping adalah proses pengeluaran telur dan sperma dari induk betina maupun jantan dengan cara mengurut bagian geneta linduk. Sebelum induk dilakukan stripping dilakukan pembiusan dengan menggunakan MS22 (phenoxy ethanol) dengan dosis 0,3 ml / L air. Setelah dilakukan stripping, telur dan sperma dimasukan pada wadah terpisah. Biasanya sperma diencerkan dengan larutan fisiologis ( perbandingan 1:3 ).

Pembuahan
Pembuahan ikan botia dilakukan secara buatan yaitu dengan mencampur telur dan sperma. Setelah telur dan spermater campur, ditambahkan air untuk mengaktifkan sperma dan diaduk perlahan dengan bulu ayam. Selanjutnya telur diletakan pada corong penetasan selama 15-26 jam pada suhu 26-270C.

Pemanenan Larva
Pemanenan larva dilakukan setelah telur menetas atau setelah 15-26 inkubasi. Larva yang baru menetas tidak langsung dipindahkan kedalam akuarium sebab larva botia sangat sensitive terhadap perubahan kondisi lingkungan. Setelah 4 hari didalam corong penetasan dan larva sudah dapat makan artemia, larva botia baru bisa dipindahkan kedalam bak pemeliharaan larva atau akuarium.

Pemeliharaan Larva
Pemeliharaan larva ikan botia dilakukan pada akuarium dengan padat tebar 5 ekor / liter. Pada larva berumur 4 hari, larva diberi makan dengan aetrmia sampai latva berumur 13 hari. Setelah itu larva diberimakan cacing darah sampai panen.

Sumber :

http://www.kkp.go.id/ikanhias/index.php/news/c/51/Budidaya-Ikan-Botia-Chromobotia-macracanthus/?category_id=1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar