Senin, 18 Juni 2018

“Penyakit Non Infeksi Pada Ikan”

“Penyakit Non Infeksi Pada Ikan”

PENYAKIT AKIBAT PENGARUH LINGKUNGAN
Penyakit pada ikan merupakan gangguan pada fungsi atau struktur organ atau bagian tubuh ikan. Penyakit pada ikan dapat muncul akibat adanya faktor-faktor yang tidak sesuai dengan syarat hidup ikan. Umumnya, serangan penyakit pada ikan terjadi akibat kelalaian manusia yang membiarkan kondisi yang tidak seimbang atau tidak harmonis dalam hubungan mata rantai kehidupan ikan, parasit dan lingkungan. Jika keadaan ini tidak mendapat perhatian serius maka akan mengganggu kesehatan ikan. Ikan akan mudah terserang penyakit dan mengakibatkan kematian. Kerugian yang timbul akibat serangan suatu penyakit dapat berbentuk kematian, pertumbuhan yang lambat bahkan tidak normal, atau produksi benih yang menurun.
Dengan demikian, kegagalan usaha budidaya ikan akibat penyakit tidak hanya disebabkan oleh faktor tunggal saja, tetapi merupakan hasil interaksi yang sangat kompleks antara ikan budidaya (kualitas, stadia rawan), lingkungan budidaya (intern dan ekstern) dan organisme penyebab penyakit serta kemampuan dari pelaksana atau budidayawan itu sendiri. Pada intinya, kesehatan ikan dapat menjadi terkontrol jika semua aspek lingkungan telah terkontrol pula. Ikan yang pernah terserang penyakit dapat pula menjadi sumber penyakit karena fungsinya menjadi agen (perantara) terhadap timbulnya penyakit baru di kemudian hari jika tidak segera ditangani atau diobati secara tuntas.
Salah satu kelompok penyebab penyakit pada ikan yang juga harus diwaspadai oleh pembudidaya ikan dan hobiis (kolektor) ikan adalah kelompok non-infeksi. Kelompok ini adalah kelompok penyakit yang disebabkan oleh bukan jasad hidup, antara lain disebabkan oleh perubahan lingkungan seperti kepadatan ikan terlalu tinggi, variasi lingkungan (oksigen, suhu, ph, salinitas, dsb), biotoksin (toksin alga, toksin zooplankton, dsb), pollutan, rendahnya mutu pakan dan lain-lain. Penyakit akibat lingkungan pada ikan sering terjadi. Berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi 3 golongan yaitu akibat faktor abiotik, faktor biotik dan faktor penanganan (handling).
  1. Faktor Abiotik (Suhu, Oksigen Terlarut, pH, dan Kesadahan)
  • Suhu/ Temperatur
Ikan mempunyai tahap toleransi yang maksimal dan minimal terhadap perubahan suhu. Jika terjadi perubahan suhu melebihi 5oC secara mendadak, akan mempengaruhi keseimbangan regulasi sistem saraf dan hormonal badan ikan yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan terhadap sistem imunisasi.
Suhu yang tinggi di daerah tropis merupakan masalah yang sering ditemukan, karena menyebabkan kurangnya kelarutan oksigen dan meningkatnya pertambahan mikroorganisme di dalam sistem akuatik. Suhu rendah menyebabkan kecepatan metabolisme turun dan nafsu makan ikan menurun. Suhu dingin di bawah suhu optimum akan berpengaruh pada tingkat kekebalan tubuh ikan, sementara itu sedangkan suhu optimum berbeda-beda bagi masing-masing jenis ikan. ’Heat stress’ menyebabkan kadar metabolisme badan ikan meningkat, akibatnya ikan mengalami penurunan selera makan dan mudah terjangkit penyakit akibat kurangnya ketahanan melawan penyakit.
  • Cahaya dan Kelarutan Oksigen
Cahaya diperlukan untuk proses fotosintesis dan fotosintesis akan meningkatkan kelarutan oksigen di dalam sistem akuatik. Banyak faktor yang berpengaruh dalam proses ini akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen di dalam air.
CO2 + 2 H2X ———– tenaga cahaya ———– [CH2O] + H2O + 2X
6CO2 + 6H2O ———– tenaga cahaya ———– C6H12O6 + 6O2
Tahap kebutuhan oksigen terlarut untuk ikan adalah antara 4 – 10 ppm. Ikan dapat hidup di bawah 4 ppm, tetapi kadar oksigen yang rendah akan mempengaruhi kadar tumbuh besar ikan secara keseluruhan.
  • pH
Bagi ikan, pH air yang dibutuhkan akan bervariasi tergantung jenisnya. Pada umumnya ikan akan toleran terhadap range pH tertentu misalnya untuk ikan hias jenis Mas Koi dan Mas koki antara 6,2 – 9,2. Keberadaan pH air yang ekstrim dibawah atau diatas pH optimum akan mengakibatkan gangguan pada kesehatan ikan. Efek langsung dari pH rendah dan yang terlalu tinggi adalah berupa kerusakan sel epitel baik kulit maupun insang, karena akan mengganggu pada proses penyerapan oksigen terutama bagi ikan yang bernafas menggunakan insang.
  • Kesadahan
Kesadahan pada lingkungan pembudidaya ikan dikenal dengan istilah air lunak dan air yang keras. Nilai kesadahan pada air biasanya ditentukan dengan kandungan kalsium karbonat atau magnesium. Tingkatan nilai kesadahan untuk air dapat dibedakan menjadi air yang lunak (air dengan kesadahan rendah), air yang sedang dan air yang keras (kesadahan tinggi) dan sangat keras. Pada tabel  dibawah ini dapat dilihat tingkat kesadahan air berdasarkan jumlah kandungan kalsium karbonat.
Tingkat kesadahan
Kandungan kalsium karbonat
Nilai kesadahan
(dCHo)
Lunak (rendah)
Sedang
Keras (tinggi)
Sangat keras
0 – 50
50 – 150
150 – 100
> 300
0 – 3,5
3,5 – 10
10,5 – 21
> 21
  • Pencemaran
Bahan cemaran berasal dari sumber air pada usaha budidaya ikan, yang menggunakan sumber air dari sungai atau perairan umum lainnya. Bahan cemaran berasal dari limbah domestik, aliran darat yang dibawa oleh hujan maupun limbah industri berupa bahan beracun dan logam berat. Bahan cemaran tersebut secara langsung dapat mematikan atau bisa juga melemahkan ikan.
Oksigen terlarut akan berkurang dikarenakan proses pembongkaran bahan organik dari bahan cemaran oleh bakteria. Proses ini juga akan meningkatkan populasi bakteri disamping meningkatkan kandungan sistem akuatik. Bahan cemaran dengan konsentrasi rendah yang berlangsung dalam jangka waktu lama akan menimbulkan efek yang tidak mematikan ikan tetapi mengganggu proses kehidupan ikan (sublethal) dan hal ini akan mengganggu kesehatan ikan. Pada kondisi demikian ikan akan mudah terinfeksi oleh segala macam penyakit misalnya penyakit akibat infeksi jamur dan bakteri.
  1. Faktor Biotik
Adanya nutrien yang tinggi dari kondisi di atas akan mengakibatkan ‘alga bloom’, yang akan menurunkan kandungan oksigen, meingkatkan karbondioksida dan pH air melalui proses dekomposisi. Algae yang menutupi permukaan air, menghalangi cahaya yang masuk dan akan mengganggu proses pernafasan ikan. Sementara itu algae yang tumbuh di dalam air berpengaruh terhadap pergerakan ikan karena akan terperangkap oleh algae. Selain itu algae sel tunggal berupa filament, dapat masuk ke dalam lembar insang dan mengganggu proses pernafasan ikan, sehingga ikan lama kelamaan akan mengalami kekurangan oksigen.
Beberapa alga yang biasanya tumbuh berlebih (blooming) akan berpengaruh pada pengurangan kandungan oksigen dalam air baik dari aktivitas fotosintesa terutama pada waktu malam hari. Akibat dari aktivitas pembusukan algae akan menimbulkan bahan beracun seperti ammoniak. Selain itu beberapa algae akan bersifat racun bagi ikan misalnya dari jenis Mycrocystis aeruginosa.
  1. Faktor Penanganan (Handling)
Beberapa faktor penanganan ikan perlu diperhatikan adalah: pemberian pakan yang tidak seimbang, penanganan ikan secara kasar dan jumlah padat tebar terlalu tinggi. Pemberian pakan yang tidak seimbang. Pemberian pakan secara berlebihan perlu dihindari, karena pakan yang berlebih akan jatuh ke dasar perairan menjadi substrat pertumbuhan bakteri. Selain dari itu, bahan organik menyebabkan proses perombakan dan selanjutnya akan meningkatkan persaingan terhadap penggunaan oksigen.
  • Penanganan ikan secara kasar
Pada saat ikan dijadikan sampel pemeriksaan penyakit, tindakan penanganan ikan secara kasar dapat menyebabkan cidera pada ikan. Masalah penyakit akibat bakteri dan jamur merupakan masalah utama yang sering dihadapi akibat penanganan ikan secara kasar.
  • Jumlah padat tebar terlalu tinggi
Kepadatan ikan yang terlalu tinggi menyebabkan ikan saling berebut oksigen. Kekurangan oksigen akan menyebabkan ikan stres dan daya tahan tubuhnya menurun sehingga mudah dihinggapi penyakit. Bagi ikan berduri, badannya akan mudah mendapat luka sehingga penyakit akan mudah menular dari satu ikan ke ikan lainnya. Kondisi padat juga akan menyebabkan terjadi ‘krisis sosial’ di mana ikan yang besar akan mendominasi ikan kecil, akibatnya proses tumbuhbesar ikan akan terhambat sehingga ukuran ikan menjadi tidak seragam.

PENYAKIT KEKURANGAN NUTRISI
Seperti halnya manusia, ikan memerlukan nutrisi yang baik, agar bisa hidup dengan sehat. Oleh karena itu ikan perlu diberi makan dengan makanan yang mengandung kadar nutrisi yang memadai. Nutrisi yang harus ada pada ikan adalah protein, karbohidrat, lemak, mineral, dan vitamin. Pakan ikan harus mengandung cukup protein, karena protein yang dibutuhkan oleh ikan relatif tinggi. Kekurangan protein akan menurunkan daya tahan tubuh ikan terhadap penyakit dan pertumbuhan ikanpun akan terganggu.
Kekurangan vitamin pada ikan mengakibatkan kelainan-kelainan pada tubuh ikan baik kelainan bentuk tubuh ataupun kelainan fungsi faal (fisiologi). Contohnya:
  1. Kekurangan vitamin A mengakibatkan pada pertumbuhan yang lambat, kornea mata menjadi lunak, mata menonjol dan mengakibatkan kebutaan, pendarahan pada kulit dan ginjal.
  2. Ikan yang kekurangan vitamin B1 (Thiamin) menunjukkan gejala : ikan lemah dan kehilangan nafsu makan, timbulnya pendarahan atau penyumbatan pembuluh darah, abnormalitas gerakan seperti kehilangan keseimbangan, dan warna kulit ikan menjadi pucat.
  3. Kekurangan vitamin B2 (Riboflavin) menunjukkan gejala: mata ikan keruh dan pendarahan pada okuler mata, akibatnya ikan lama kelamaan akan mengalami kebutaan, kulit berwarna gelap, nafsu makan hilang, pertumbuhan lamban dan timbulnya pendarahan pada kulit dan sirip.
  4. Ikan yang mengalami kekurangan vitamin B6 (Pyridoxine) akan menyebabkan frekuensi pernafasan meningkat, ikan kehilangan nafsu makan, ikan lama kelamaan akan mengalami kekurangan darah.
  5. Vitamin C sangat berperan di dalam pembentukan kekebalan tubuh, karena itu kekurangan vitamin C yang berlangsung dalam periode lama akan mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh. Kekurangan vitamin C pada ikan akan menunjukkan gejala ikan berwarna lebih gelap, pendarahan terjadi pada kulit, hati dan ginjal. Kekurangan vitamin C juga akan menyebabkan terjadinya kelainan pada tulang belakang yaitu bengkok arah samping (Scoliosis) dan bengkok arah atas dan bawah (Lordosis). Pada tabel dibawah ini dapat dilihat beberapa contoh kelainan pada tubuh ikan akibat dari kekurangan nutrisi tertentu.
Gejala Kekurangan
Nutrisi
Anemia
Folic Acid, Inositol, Niacin, Pyrodoxine, Rancid Fat, Riboflavin, Vitamin B12, Vitamin C, Vitamin E, Vitamin K.
Anorexia
Biotin, Folic Acid, Inositol, Niacin, panthothenic Acid, Pyrodoxine, Riboflavin, Thiamin, Vitamin A, Vitamin B12, Vitamin C
Acites
Vitamin A, Vitamin C, Vitamin E,
Ataxia
Pyrodoxine, Pantothenic acid, Riboflavin
Atrophy of Gills
Panthothenic Acid
Atrophy of Muscle
Biotin, Thiamin
Caclinosis: renal
Magnesium
Cartilage abnormality
Vitamin C, Tryptophan
Cataracts
Methionine, Riboflavin, Thiamin, Zinc
Ceroid liver
Rancid Fat, Vitamin E
Cloudy lens
Methionine, Riboflavin, Zinc
Clubbed gills
Pantothenic Acid
Clotting blood; slow
Vitamin K
Colouration: dark skin
Biotin, Folic Acid, Pyrodoxine Riboflavin
Convulsions
Biotin, Pyrodoxine, Thiamin
Discolouration of skin
Fatty Acids, Thiamin
Deformations ; bone
Phosphorous
Deformations ; lenss
Vitamin A
Degenerations of gills
Biotin
Dermatitis
Pantothenis Acid
Diathesis, exudative
Selenium
Distended stomach
Inositol
Distended swimblandder
Pantothenis Acid
Dystrophy, muscular
Selenium, Vitamin E
Untuk menanggulangi akibat kekurangan vitamin maka tentu saja kita harus melengkapi atau menambahkan beberapa vitamin pada pakan ikan.

PENYAKIT KELAINAN GENETIK
Faktor genetik berpengaruh langsung pada bentuk fisik ikan dan keadaan ini tidak akan bisa diobati dengan menggunakan obat antibiotik ataupun jenis yang lainnya. Perkawinan kekerabatan pada ikan akan dapat menimbulkan masalah pada penurunan daya tahan tubuh ikan tersebut terhadap infeksi suatu penyakit, karena perkawinan kekerabatan akan mengakibatkan miskinnya variasi genetik dalam tubuh ikan itu sendiri. Kelainan lain yang sering ditemukan pada ikan hasil perkawinan kekerabatan adalah tutup insang tidak tertutup dengan sempurna. Hal tersebut akan mengganggu proses pernafasan ikan sehingga lama kelamaan ikan akan mengalami kekurangan darah. Ini disebabkan rusaknya sistem pembuat darah akibat dari minimnya oksigen yang dipasok pada jaringan pembuat darah. Pencegahan penyakit yang ditimbulkan oleh penyakit non infeksi adalah sebagai berikut:
  1. Lingkungan, terutama sifat fisika, kimia dan biologi perairan akan sangat mempengaruhi keseimbangan antara ikan sebagai inang dan organisme penyebab penyakit. Lingkungan yang baik akan meningkatkan daya tahan ikan, sedangkan lingkungan yang kurang baik akan menyebabkan ikan mudah stress dan menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit non parasit.
  2. Kepadatan ikan yang seimbang karena jika kepadatan ikan melebihi daya dukung perairan (carrying capacity) akan menimbulkan persaingan antar ikan tinggi, oksigen terlarut menjadi rendah dan sisa metabolisme seperti amoniak akan meningkat sehingga dapat menimbulkan stress dan merupakan penyebab timbulnya penyakit.
Pakan yang seimbang karena pemberian pakan yang kurang bermutu dapat menyebabkan kekurangan vitamin sehingga akan diikuti oleh pertumbuhan yang lambat atau menurunnya daya tahan ikan dan memudahkannya untuk diserang penyakit. Disamping itu juga tingkat pemberian pakan dan kualitas pakan juga akan mempengaruhi sistem kekebalan. Untuk tindakan pengobatan penyakit non infeksi dapat dilakukan dengan vaksinasi.

Sumber:
Afriantono, E dan Evi Liviawaty. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kanisius, Yogyakarta.
Dailami. D, A.S. 2002. Agar Ikan Sehat. Swadaya. Jakarta.

Lesmana, Darti. S, 2003. Mencegah dan Menanggulangi Penyakit Ikan Hias. Penebar Swadaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar