Jumat, 13 April 2018

Rahasia Budidaya Lele Panen 8 Kali Lipat

Rahasia Budidaya Lele Panen 8 Kali Lipat


Ikan lele merupakan ikan yang sudah populer dikalangan masyarakat, karena ikan ini sangat mudah kita dapatkan baik di pasar ataupun di tukang pecel lele pinggir jalan.

Selain kemudahan untuk mendapatkannya, harga ikan lele pun tergolong bersahabat dengan kantong masyarakat dan rasa daging yang gurih pun bikin masyarakat ketagihan.

Teknologi budidaya ikan lele tergolong mudah dan tidak sulit. Banyak orang yang tertarik untuk usaha budidaya ikan lele. Dikarenakan peluang usaha ikan lele sangat terbuka lebar, dengan lahan terbatas dan sumber air yang minimpun pembudidaya masih dapat memelihara ikan lele.

Selain itu ikan lele terkenal dengan kemampuan hidup yang tinggi. Tahan terhadap serangan penyakit dan dapat dipelihara dengan kepadatan tebar yang tinggi, konfersi pakan yang baik dapat mencapai 1:1 atau 1:0,9. banyak keunggulan budidaya ikan lele.
Cara budidaya ikan lele sendiri sudah sangat berkembang. mulai dari yang sederhana maupun yang intensif, ada juga yang menerapkan teknik bioflok dan lain-lain. Yang sering menjadi kendala budidaya ikan lele adalah harga pellet yang semakin mahal, banyak sekali pembudidaya ikan lele yang mengeluhkan masalah ini. untuk solusi dari harga pakan lele yang mahal sudah banyak sekali dari menggunakan pakan alternatif atau membuat pakan lele sendiri.

Baca juga : 
·                     Panduan Lengkap membuat pakan lele organik 
·                     3 Prinsip Dasar Penyebab Timbulnya Penyakit pada Ikan
·                     4 Tahap Budidaya Ikan Lele Sistem Aquaponik
·                     4 Tahap Sederhana Budidaya Ikan Nila

Salah satu cara budidaya ikan lele yang dapat menghasilkan keuntungan berlipat ganda sudah ditemukan di Sekolah Tinggi Perikanan. Dengan memanfaatkan sistem filtrasi Biologis yang berfungsi untuk menjaga kualitas air tetap baik, sehingga ikan dapat hidup dengan pertumbuhan yang optimal pula. Untuk 1 m3 kolam lele dapat menghasilkan 250 kg ikan lele, padahal biasanya hanya bisa menghasilkan  31 kg saja. 

Untuk satu kolam ikan lele ukuran 2 x 1,5 x 0,7 meter padat tebarnya 5.000 ekor artinya padat tebar ikan lele per 1 m3 adalah 2.380 ekor/m3 padahal biasanya pembudidaya hanya menggunakan padat tebar sekitar 300 ekor/m3. 

bibit yang digunakan juga sudah berukuran 9-10 cm karena pada ukuran ini, daya adaptasinya lebih tinggi dan ukurannya lebih seragam. Sehingga tidak perlu lagi dilakukan penyortiran ikan.

Kebanyakan pembudidaya ikan lele enggan membudidayakan ikan lele dengan padat tebar tinggi dikarenakan berpotensi terjadi kematian yang tinggi. Kematian yang tinggi ini disebabkan kandungan oksigen dalam air yang rendah sehingga tercipta kondisi anaerob.

dampak dekomposisi bahan organik menimbulkan senyawa beracun seperti amonia, nitrit, dan hidrogen sulfida. Senyawa itu lebih cepat terserap insang dari pada oksigen sehingga menyebabkan ikan mati.

Meskipun padat tebar tinggi, ikan lele yang dipelihara di kolam BAPPL hidup dengan nyaman dan tingkat Survival rate atau kelangsungan hidup mencapai 80%. Rahasianya adalah teknologi Catfish Farming in Recirculation System Tank (C-First) atau budidaya ikan lele dengan sistem resirkulasi.

Kata sinung, kandungan oksigen dengan sistem resirkulasi menjadi lebih baik karena adanya aliran air sepanjang waktu sehingga kondisi menjadi aerob. Dampaknya nitrifikasi alias perubahan amonia menjadi nitrit menjadi nitrat berlangsung dengan baik. Karena itu, senyawa beracun penyebab kematian ikan tidak terbentuk. Dengan itu lele dapat dilakukan dengan padat tebar tinggi. 

TEKNOLOGI FILTER BIOLOGIS

Kepala BAPPL, Dr. TB Haeru Rahayu MSc, yang mempopulerkan istilah C-First 250. Angka 250 mengacu pada hasil panen 250 kg per m3. Penelitian terakhir C-First dilakukan sejak 2004. Sistem itu lahir berkaitan dengan isu budidaya yang berkelanjutan. Prinsipnya mengefisiensikan penggunaan energi dan minimalisir limbah. 

Dengan sistem C-First air kolam itu disirkulasi sepanjang waktu. Margono mengandalkan pompa 125 watt untuk mengalirkan air. Jika listrik padam, ia memanfaatkan genset. Dari kolam air mengalir melewati talang berdiameter 10 cm menuju filter mekanik. Partikel kasar dalam air tersaring di dalam filter mekanik yang berisi susunan papan kayu. Selanjutnya air masuk ke bak pengendapan tempat partikel halus tertangkap. 

Setelah itu air dipompa ke atas melewati filter biologis yang berisi bola-bola hitam atau bioball. Didalam filter biologis itulah terjadi proses nitrifikasi. Terakhir air masuk ke bak kontrol yang selanjutnya mengalirkan air ke masing-masing kolam. Setiap pekan petugas membersihkan filter mekanik untuk menghilangkan kotoran sehingga dapat berfungsi maksimal.
·                     Air dalam kolam keluar melalui pipa 2 inci
·                     selanjutnya air mengalir melewati talang berdiameter 10 cm
·                     Air masuk ke filter mekanik, sisa pakan dan kotoran berukuran besar terperangkap
·                     Air masuk ke bak pengendapan tempat partikel halus tersaring
·                     Air melewati filter biologis berisi bioball
·                     Air dari filter biologis masuk ke bak kontrol
·                     Air bersih mengalir melalui pipa ke masing-masing kolam

PERBEDAAN DENGAN CARA TRADISIONAL

Perbedaan cara budidaya ikan lele tradisional terletak pada enggannya pembudidaya ikan lele menggunakan sistem sirkulasi karena dianggap pemborosan listrik sehingga biaya operasional menjadi tinggi, belum lagi jika listrik padam maka harus menggunakan genset sehingga akan banyak menambah biaya operasional. 

Mereka hanya mengandalkan ketersediaan lahan, padahal dari hari ke hari ketersediaan lahan untuk budidaya semakin berkurang dengan adanya pembangunan infrastruktur yang pesat di daerah-daerah. Mereka lebih memilih untuk memperbesar ukuran kolam dari pada harus dengan sistem sirkulasi, hasil panen pun sekitar 50-75 kg per m2, meskipun pemberian pakan sudah banyak atau maksimal akan tetapi hasilnya pun tetap segitu-segitu saja. ini disebabkan air yang sudah jenuh sehingga ikan menjadi strees dan tidak mau makan sehingga pertumbuhanpun ikut terganggu.


SUMBER : http://www.indoaqua.net/2016/08/rahasia-budidaya-lele-panen-8-kali-lipat.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar