Jumat, 20 Juli 2018

Pemerintah Imbau Masyarakat Gemari Makan Ikan

Pemerintah Imbau Masyarakat Gemari Makan Ikan

Jakarta – Ikan dianggap mampu mencerdaskan otak anak, meski ada juga mitos-mitos yang mengatakan ketika dalam masa kehamilan tidak boleh makan ikan. Padahal sebenarnya ikan itu baik untuk semua kalangan. Presiden Jokowi pun mengajak masyarakat untuk mempopulerkan budaya makan ikan.
“Makan ikan itu murah, sehat dan tersedia banyak. Momentum ini merupakan jawaban dari tantangan untuk mempopulerkan makan ikan, agar menjadi budaya masyarakat kita,” tutur Kepala Staf Kepresidenan, Teten Masduki, saat menghadiri konferensi pers Lomba Masak Ikan Nusantara ‘Menuju Istana’, yang merupakan rangkaian kegiatan ‘Taste of Indonesia’ di salah satu pusat perbelanjaan di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (10/8).
Sedemikian besar perhatian Presiden Jokowi terhadap peningkatan kualitas generasi bangsa, ia merasa risau dengan adanya kondisi anak-anak Indonesia yang mengalami stunting karena kekurangan gizi.
Menurut Presiden, tidak seharusnya anak-anak itu kekurangan sumber protein yang merupakan zat pembangun, mengingat negara Indonesia sangat kaya akan sumber protein, yakni ikan, karena sebagian besar wilayahnya adalah lautan.
Teten mengungkapkan, banyak masyarakat yang beranggapan bahwa mengonsumsi daging lebih berkelas, dibandingkan mengonsumsi ikan. Hal ini diperparah dengan masih banyaknya mitos yang salah di masyarakat, seperti ibu hamil tidak diperbolehkan mengonsumsi ikan, karena alasan kebudayaan. Padahal, mengonsumsi ikan selama kehamilan justru sangat dianjurkan.
Hal tersebut diperjelas juga, oleh Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan, Anung Sugihantono, bahwa prinsip makan adalah beragam dan berimbang. Untuk itu, perlu dipahami, sumber protein tidak hanya daging, ikan justru merupakan sumber protein yang menjadi kekayaan Indonesia.
“Salah satu kelebihan sumber protein ikan yaitu mengandung omega 3. Bila dibandingkan dengan daging yang kadarnya sangat rendah atau bahkan sebagian besar tidak ada. Kita semua meyakini bahwa protein ikan sangat membantu pertumbuhan dan perkembangan, bukan sekedar mencukupi kebutuhan tetapi juga mencerdaskan,” ujar Anung dalam kesempatan yang sama dengan Teten.
Lebih lanjut, Anung menyebutkan masyarakat tidak perlu ragu untuk mengonsumsi ikan karena ikan memiliki banyak keuntungan. Dan semua ikan dipastikan halal.
Hal ini juga diperkuat pula, oleh pernyataan Direktur Akses Pasar dan Promosi Kementerian Kelautan dan Perikanan, Innes Rahmania, yang memberikan contoh nyata tentang para atlet tembak dan panah Indonesia saat masuk Pelatnas, hanya diberikan menu makanan berbahan utama daging putih, bukan daging merah.
Tujuannya agar emosi para atlet bisa lebih terkendali dan lebih mampu berkonsentrasi sehingga dapat menembak dengan jitu. “Ikan menyehatkan dan mencerdaskan. Sangat disayangkan bila hingga sekarang masih ditemukan anak-anak yang tinggal di pesisir pantai namun tidak gemar makan ikan. Ironi, bila daerah penghasil produksi ikan yang tinggi, namun rendah konsumsi,” jelas Innes. (rep)
Kementrian Perikanan Kampanye Gemarikan
Posted July 28, 2016 in Bisnis

Para pedagang melayani pembeli ikan di pasar pagi Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh, Senin (18/7). Kondisi cuaca buruk gelombang tinggi disertai angin kencang barat daya sedang melanda Aceh yang mempengaruhi aktivitas tangkapan ikan nelayan berdampak pada kenaikan harga ikan 15-20 persen per masing masing jenis ikan di Aceh. ANTARA FOTO/Rahmad/pd/16

Jakarta – Menyusul tingginya harga daging di Indonesia, Kementrian Kelautan dan Perikanan mengkampanyekan gemarikan. Hal ini untuk mengajak masyarakat banyak-banyak mengkonsumsi ikan yang juga bergizi tinggi. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menegaskan meski ‎konsumsi ikan dalam negeri setiap tahun meningkat, pihaknya akan tetap terus dan tidak akan berhenti mendengungkan Gerakan Makan Ikan (Gemarikan) untuk mengajak masyarakat agar terus mengonsumsi ikan.
“Kami selalu mengajak kepada seluruh Kementerian/Lembaga dan seluruh elemen agar sama-sama menggaungkan Gemarikan pada masyarakat,” ujar Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP Nilanto Perbowo melalui siaran persnya di Jakarta, Rabu (27/7).
Untuk itu, KKP tak henti-hentinya menjalin kerjasama dengan organisasi mitra ge­marikan antara lain melibatkan kementerian/lembaga terkait, organisasi masyarakat dan pelaku usaha, serta elemen masyarakat lainnya, baik yang tergabung dalam Forum Peningkatan Konsumsi Ikan Nasional (Forikan) Pusat dan Daerah (Prov/kab/Kota) serta Mitra Gemarikan. “Untuk menyosialisasikan makan ikan, tidak hanya kami (KKP) saja. Maka dari itu, kami merangkul semua elemen untuk terus mensosialisasikan makan ikan,” tambahnya.
Berdasarkan data yang ada, Nilanto menjelaskan bahwa tingkat konsumsi ikan masyarakat baru mencapai 41,11 kg/kapita/tahun pada 2015, dan akan ditingkatkan menjadi 43,88 kg/kap/tahun pada 2016. Tentu ini dibutuhkan upaya keras dan dukungan dari stakeholders termasuk mitra Gemarikan.
“Meski sudah tergolong tinggi dan terus ada peningkatan akan konsumsi ikan, tapi masih terbilang rendah dibandingkan seperti Malaysia sudah mencapai 70 kg dan Jepang sudah mencapai lebih dari 100 kg per kapita per tahunnya. Dengan pengenalan lebih dalam ke masyarakat, tingkat konsumsi ikan di Indonesia bisa lebih tinggi,” harapnya.
Seperti yang diharapkan bapak Presiden Joko Widodo, menurut Nilanto yang memberikan arahan untuk mengkampanyekan makan ikan dan sejalan dengan Peraturan Presiden No.71/2015 tentang barang pokok dan barang penting dan ikan masuk di dalamnya, oleh sebab itu diharapkan ikan dapat menjadi sumber protein utama keluarga. “Harapannya ke depan bukan hanya daging dan telur saja, tapi masyarakat bisa mulai sadar bahwa ikan adalah kebutuhan sumber protein masa depan,” pungkas Nilanto.

Peningkatan Konsumsi Ikan Perbesar Permintaan Domestik

Jakarta – Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan peningkatan konsumsi produk perikanan di berbagai daerah juga selaras dengan pengembangan sektor kelautan dan perikanan karena memperbesar permintaan domestik.
“Salah satu yang didorong tidak hanya ikan dalam tanda petik diekspor, tetapi juga industri tradisional yang menciptakan permintaan terhadap sektor perikanan di dalam negeri,” kata Airlangga Hartarto dalam Rakernas Kadin Bidang Kelautan dan Perikanan di Jakarta, Senin (7/11).
Untuk itu, ujar Airlangga Hartarto, pihaknya juga mendorong tingkat konsumsi ikan secara nasional. Sebelumnya, Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya Kementerian Kelautan dan Perikanan Slamet Soebjakto menginginkan sumber protein bagi warga dapat diperbanyak dengan meningkatkan tingkat konsumsi ikan masyarakat.
“Tantangan pembangunan lain adalah saat ini terdapat lebih dari 800 juta orang mengalami gizi buruk atau malnutrisi, yang memerlukan sumber protein yang murah namun bergizi tinggi. Dan, hal ini bisa kita temukan pada ikan,” kata Slamet Soebjakto.
Dirjen Perikanan Budi Daya KKP mengingatkan hal yang wajar jika pemerintah dan pengusaha memberikan perhatian lebih pada pengembangan perikanan budi daya karena populasi penduduk global diperkirakan akan tumbuh sebanyak sembilan miliar orang hingga 2050, yang merupakan tantangan besar dalam pemenuhan sumber pangan dunia. Sebagaimana diwartakan, sejumlah daerah di Tanah Air telah mempromosikan agar masyarakatnya dapat mening­katkan konsumsi pangan ikan di daerah tersebut.
Misalnya, Pemerintah Ka­bupaten Pasaman, Sumatera Barat, membentuk Forum Pening­katan Konsumsi Ikan (Forikan) untuk menjalin koordinasi, keterpaduan langkah dan tindakan seluruh instansi bidang perikanan di tingkat pusat dan daerah.
Wakil Bupati Pasaman Atos Pratama di Lubuk Sikaping, Senin (24/10) menyebutkan, terdapat lima bidang dalam struktur kepengurusan Forikan ini yakni Penguatan Organisasi dan Pembinaan Kecamatan, Peningkatan Produksi Usaha, Pembinaan Mutu dan Defersifikasi Produk, Promosi dan Pemasaran, serta Data dan Publikasi.
“Forikan ini sekaligus berperan sebagai inspirator, kreator, motivator dan aktivator dalam rangka mewujudkan program Gerakan Masyarakat Makan Ikan (Gemarikan). Forikan ini diharapkan mampu mewujudkan masyarakat yang sehat, cerdas dan sejahtera,” katanya.
Selain itu, Pemerintah Kota Palembang, Sumatera Selatan, berupaya lebih menggalakkan lagi program gemar makan ikan meskipun warga kota ini tingkat konsumsi ikannya tergolong cukup tinggi sekitar 36 kilogram per kapita per tahun.
Menurut Sekretaris Daerah Palembang Harobin Mustafa di Palembang, Jumat (14/10), jajaran Pemkot Palembang bersama ibu-ibu PKK terus berupaya menggalakkan program gemar makan ikan di lingkungan keluarga dan kawasan permukiman penduduk yang memiliki makanan khas daerah menggunakan ikan sebagai bahan olahannya, seperti pempek dan pindang.
Tingkat konsumsi ikan warga kota ini perlu didorong lebih tinggi lagi karena ikan memiliki kandungan yang baik untuk mencukupi asupan gizi anak dan anggota keluarga lainnya sehingga program yang dapat mendorong masyarakat lebih menyukai makan ikan terus digalakkan, katanya.

Konsumsi Ikan Meningkat, Kebutuhan Protein Masyarakat Membaik

Jakarta | Jurnal Asia Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan, peningkatan konsumsi ikan ber­manfaat untuk meningkatkan protein masyarakat. Protein sangat berguna bagi pertumbuhan tubuh anak.
“Dalam 10 tahun terakhir, satu dari anak Indonesia tumbuh pendek dan kecil karena kualitas makanan,” kata Susi Pudjiastuti di kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jakarta, Rabu (30/3/2016).
Menurut Susi, dengan gigihnya pemberantasan aktivitas pencurian ikan di Tanah Air, maka jumlah ikan dengan kadar protein premium seperti tuna juga semakin banyak beredar di masyarakat.
Dengan demikian, ujar dia, bukan hanya warga asing yang mendapatkan hasil komoditas perikanan premium yang diekspor, tetapi masyarakat lokal juga bisa mendapatkan manfaatnya.
“Setelah cukup (konsumsi di dalam negeri), barulah kita ekspor ke luar,” ujarnya. Dia juga menegaskan, manusia Indonesia dinilai bakal menjadi lebih bergizi dan berkualitas bila mendapatkan konsumsi protein yang cukup memadai daripada sekarang ini.
Tak Ingin Berlabel Ilegal Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menegaskan tindakan Illegal, Unreported and Unregulated Fishing (IUUF) harus dihapuskan. Dirinya tidak ingin ada label IUUF dalam sektor perikanan Indonesia. “Kami tidak ingin perikanan yang berlabel ‘IUU fishing’ (penang­kapan ikan secara ilegal),” katanya, Rabu (30/3).
Dia menambahkan, selama setahun terakhir Indonesia dinilai memimpin dalam mem­berikan pandangan terhadap pemberantasan pencurian ikan dalam tataran global. Susi mengingatkan bahwa penangkapan ikan secara ilegal juga terkait dengan jenis kejahatan lainnya seperti perdagangan manusia hingga perbudakan buruh perikanan, juga kerusakan biota laut yang luar biasa.
Menteri Susi mengutarakan harapannya agar forum ini dapat menjadi jalan dalam melakukan perkawinan bisnis guna menjadi transaksi yang akan membawa kesejahteraan semua pelaku sektor kelautan dan perikanan.
Kendati demikian, dirinya me­ngakui reformasi kebijakan sektor kelautan dan perikanan tidak mudah tetapi tetap harus dilakukan guna menjaga kelestarian sumber daya lautan Republik Indonesia. “Kami telah melakukan refor­masi perikanan sejak bulan pertama saya menjabat,” imbuhnya.
Menurut Susi, reformasi tidak mudah dilakukan antara lain karena untuk mengubah sesuatu dipastikan memerlukan waktu yang panjang dan keberanian yang teguh serta konsisten dalam menerapkannya.
Satu hal yang pasti, ujar dia, adalah reformasi sektor kelautan yang fundamental yang harus dilakukan adalah mengatasi ak­tivitas pencurian ikan yang terjadi di kawasan perairan Indonesia.
(oz)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar