Rabu, 16 Maret 2016

TEKNIK PEMELIHARAAN KERAPU MACAN



TEKNIK PEMELIHARAAN
KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus)



Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) merupakan ikan yang habitat hidupnya di karang dan didasar perairan berbatu., berdiam diri di dalam lubang-lubang untuk menunggu mangsa. Dapat hidup di air laut maupun air payau karena mempunyai toleransi tinggi terhadap salinitas yaitu 15-35 ppt. Daerah penyebaran kerapu macan di mulai dari Afrika Timur, Fasifik Barat Daya, Australia, Taiwan, Mikronesia, dan Polinesia. Sedangkan di perairan Indonesia yang populasinya cukup banyak adalah perairan Sumatera, Jawa, Sulawesi, Pulau Buru dan Ambon.
Kerapu Macan memiliki sirip dorsal (punggung), sirip anal (perut), sirip vektoral (dada), srip garis lateral (gurat sisi) dan sirip caudal (ekor). Bentuk badan kerapu macan memanjang dan cenderung gepeng (compressed) atau agak membulat. Mulut berukuran lebar dengan posisi serong keatas dan bibir bawah menonjol keatas. Rahang atas bawah dilengkapi dengan gigi geretan berderet dua baris lancip dan kuat. Badan kerapu macan ditutupi oleh sisik kecil yang mengkilap dan bercak loreng mirip bulu macan.

Kerapu Macan bersifat Hemaprodit protogini, dimana perkembangan menuju dewasa (matang gonad) berjenis kelamin betina dan berubah kelamin menjadi jantan saat tubuh pada ukuran tertentu. Fase betina didapatkan pada ikan dengan ukuran panjang tubuh minimum 450-550 mm (umur lebih dari 5 tahun) dengan berat tubuh 3-10 kg. Fase jantan kelamin pada ukuran panjang tubuh minimum 740 mm dengan berat tubuh 11 kg. Namun kadang juga ditemukan induk betina ukuran 1-3 kg dengan fekunditas 300.000 – 700.000 butir.
Kerapu macan mempunyai sifat hidup soliter, dimana hidupnya tidak bergerombol, baik saat mencari makan maupun dalam keadaan bahaya. Namun pada saat akan memijah kerapu macan akan bergerombol, ini terjadi beberapa hari sebelum bulan purnama penuh pada malam hari. di Indonesia, musim pemijahan ikan kerapu macan terjadi bulan Juli – September dan November – Februari, terutama di Perairan Kepulauan Riau, Karimun Jawa, dan Irian Jaya. dalam satu tahun musim pemijahan terjadi sebanyak 6-8 kali, sedangkan pemijahan pertama (prespawning) terjadi 1-2 kali pemijahan dalam setahun.


Teknik Pemeliharaan

A. Pemijahan
Pemijahan untuk ikan kerapu macan biasanya menjelang bulan gelap dengan dilakukan secara manipulasi lingkungan dengan menaikan dan menurunkan permukaan/tinggi air setiap hari. Permukaan air diturunkan sampai mencapai ketinggian 50 cm diatas sirip punggung pada pagi hari kondisi ini dipertahankan sekitar 5-6 jam sehingga diharapkan terjadi peningkatan suhu air 3-50, kemudian sore hari dilakukan penambahan air laut segar sampai mencapai ketinggian optimal (3,0-3,5 m). Perlakuan ini dilakukan secara terus menerus sampai terlihat tanda-tanda birahi dari induk kerapu untuk melakukan kerapu untuk melakukan pemijahan pada malam hari.
Setelah aktivitas pemijahan terjadi, maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah kegiatan pemanenan telur-telur yang dihasilkan induk ikan kerapu macan dengan mengalirkan air yang berisi telur dan ditampung di dalam kantong jaring (screen net ) dengan ukuran mata jaring 200 µm. Pemanenan telur dilakukan di bak fiber, selanjutnya telur dipindahkan ke dalam tempat penampungan sementara yang sudah diketahui volumenya guna perhitungan jumlah dan tingkat pembuahan.
Setelah telur-telur terkumpul, kemudian ditempatkan didalam wadah yang terbuat dari fiberglass yang mana volumenya berkisar 400 liter air, dilengkapi dengan 3 buah aerasi. Kadar garam air untuk inkubasi dan pembesaran larva berkisar antara 31 ppt, dan suhu berkisar antara 280 C, dalam kondisi ini telur akan menetas 16-19 jam setelah pembuahan. Larva yang baru menetas terlihat transparant, melayang layang dan gerakannya tidak aktif serta tampak kuning telur dan globulenya. Larva yang berumur D1-D2 berwarna putih transparant, bersifat planktonis, bergerak mengikuti arus, sistem penglihatan belum berfungsi, serta masih mempunyai kuning telur (egg yolk) sebagai cadangan makanan sehingga larva belum membutuhkan pakan tambahan.
Berdasarkan pengamatan mikroskopis, telur kerapu macan berbentuk bulat tanpa kerucut, cenderung bergerombol pada kondisi tanpa aerasi, kuning telurnya tersebar merata. Telur ikan transparan dengan diameter sekitar 850 mikron dan tidak mempunyai rongga didalam telur. Perkembangan embrional didalam telur membutuhkan waktu setidaknya 19 jam sejak pembuahan hingga penetasan. Pembelahan sel pertama terjadi 40 menit setelah pembuahan, berikutnya setelah15-30 menit sampai mencapai tahap multisel selama 2 jam 25 menit. Tahap berikutnya adalah blastula, gastrula, neurula, dan embrio. Gerakan embrio terjadi 16 jam setelah pembuahan, selanjutnya akan menetas menjadi larva setelah 3 jam kemudian. Panjang total larva yang baru menetas 2,086 mm. Pembentukan sirip punggung mulai terjadi pada hari pertama. Pada hari kedua sirip dada mulai terbentuk dan jaringan usus berkembang sampai ke anus. Pada hari ketiga mulai terjadi figmentasi saluran pencernaan bagian atas dan mulut mulai membuka. Selanjutnya pada hari keempat kuning telur terabsorpsi. Periode perkembangan larva kerapu bebek dan macan sampai pada tahap metamorfosis penuh membutuhkan waktu 35-40 hari.

B. Pemeliharaan Larva
Bak pemeliharaan larva yang digunakan adalah bak berbentuk bulat (fiberglass) dan bak berbentuk segi empat (beton) dengan kedalaman air 1-1,5 m2. Pada umumnya bak yang digunakan adalah 10-20 ton. Penggunaan bak yang besar untuk mengurangi fluktuasi suhu, khususnya pada waktu di keringkan dan dibilas atau direndam dengan kaporit. Air laut yang disaring sebelum masih ada bau kaporit dinetralisir dengan thiosulfat 20 ppm. Salinitas media pemeliharaan adalah 30-33 ppt. Pada saat pemeliharaan larva terjadi perkembangan pada larva kerapu macan setiap harinya. Untuk itu perlu dipenanganan khusus dalam pemeliharaan larva kerapu macan.
Pada larva umur D1 - D30 media pemeliharaan diberi fhytoplankton dari jenis Nannoclorpsis sp. Pemberian fhytoplankton pada bak larva di maksudkan sebagai keseimbangan/stabilisator kualitas air dan pakan Rotifer yang ada dalam bak pemeliharaan.

C. Pemeliharaan Benih

Dalam Pemeliharaan benih sebelum dimasukkan ke dalam bak pendederan harus digrading terlebih dahulu untuk mengurangi tingkat kanibalisme. Cara penebaran dilakukan secara perlahan-lahan dengan menenggelamkan baskom/ember yang berisi benih kedalam bak pendederan dan dibiarkan keluar dengan sendirinya.
Tingkat kepadatan benih kerapu macan sangat menentukan dalam fase pertumbuhannya. Ruang gerak, oksigen dan persaingan pakan menjadi semakin tinggi dalam benih dengan kepadatan yang tinggi. Pengaturan padat tebar benih kerapu macan disesuaikan dengan ukuran benih yang dipelihara. Benih yang ditebar berukuran 2 inchi/ 5 cm dengan jumlah 6000 ekor. Berikut ini disajikan padat tebar sesuai hasil magang yang dilaksanakan di pendederan dengan wadah bervolume 2-3 m3.
Pada

D. Pembesaran Kerapu Macan di KJA.

Pembesaran ikan dalam kegiatan bertujuan untuk menghasilkan ikan ukuran konsumsi. Dalam kegiatan pembesaran, ikan didorong untuk tumbuh secara maksimum hingga mencapai ukuran panen/ukuran pasar melalui penyediaan lingkungan media hidup ikan yang oftimal dan pemberian pakan yang tepat jumlah, mutu, cara, dan waktu serta pengendalian hama dan penyakit.
Keramba adalah bingkai atau frame yang dilengkapi dengan pelampung untuk melekatkan atau mengikatkan waring dan jaring. Balai budidaya Laut Batam mempunyai keramba yang terbuat dari kayu dan polyetheline. Untuk pembesaran kerapu macan, ukuran bingkai yang digunakan adalah ukuran 8 x 8 meter yang terbagi menjadi 4 kotak dengan ukuran 3 x 3 meter perkotaknya. Pelampung yang digunakan untuk 1 unit (8 x 8 meter) adalah 16 buah, bahan untuk pelampung yaitu dari drum plastic.
Padat tebar benih merupakan factor yag sangat menentukan keberhasilan usaha penggelondongan dan pembesaran. Padat tebar berkait erat dengan pertumbuhan dan kelulushidupan. Apabila kepadatan terlalu tinggi pertumbuhan akan lambat akibat adanya persaingan ruang, oksigen dan pakan. Seiring dengan bertambahnya ukuran dan berat ikan, maka penebaran harus dikurangi secara bertahap. Irjal Effendi (2004) menyatakan untuk padat tebar ukuran 15-20 cm yaitu 50-100 ekor /meter. Sedangkan padat tebar yang dilakukan yaitu 65 ekor/meter. Dengan padat tebar demikian, ikan dapat terkontrol, ukuran seragam dan juga ruang gerak, oksigen, dan pakan akan terpenuhi.
Pakan merupakan faktor yang penting dalm usaha pembesaran ikan. Dalam usaha pembesaran ikan diharuskan tumbuh hingga bisa mecapai ukuran pasar. Untuk itu, ikan harus makan dan tidak sekedar untuk mempertahankan kondisi tubuh, tetapi juga untuk menumbuhkan jaringan otot atau daging (pertumbuhan somatis). Jumlah dan jenis pakan yang dikonsumsi oleh ikan akan menentukan asupan energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan daging.

D. Pemilahan Ukuran (Grading)
Ikan Kerapu Macan merupakan ikan yang buas yang saling memakan sesamanya. Akan tetapi perbedaan ukuran akan mempengaruhi pertumbuhan ikan tersebut. Karena apabila digabungkan menjadi satu bak tanpa dilakukan pemilahan ukuran akan terjadi kompetisi makanan, sehingga ikan yang kecil akan tetap tertinggal pertumbuhannya dan akan terjadi kanibalisme.

E. Sampling
Untuk mengetahui pertumbuhan ikan, menentukan dosis pakan serta angka kelulusan hidupan dilakukan pengambilan contoh ikan. Pada saat sampling dilakukan penghitungan, pengukuran panjang dan penimbangan berat ikan sehingga dapat diamati angka kelulus hidupan, pertambahan panjang dan beratnya. Sampling dilakukan setiap 7 hari sekali. Selain itu juga dilakukan penghitungan total ikan dan kelulusan hidupnya serta pemilahan ukuran

G. Panen dan Pengangkutan
Pada budidaya kerapu macan ini, biasanya yang dipanen untuk dijual atau dikonsumsi adalah ikan konsumsi hidup karena permintaan dan harga jual kerapu macan hidup sangat tinggi. Oleh karena itu, kesegaran ikan harus dipertahankan. Untuk menjaga agar ikan tetap sehat dan segar, pemanenannya di lakukan pada pagi dan sore hari karena suhu relatif rendah. Dengan suhu rendah maka di harapkan dapat mengurangi stress selama pemanenan. Panen selektif merupakan pemanenan terhadap ikan yang telah mencapai ukuran tertentu menurut keinginan pasar. Panen selektif biasanya dilakukan untuk memenuhi permintaan dalam skala kecil. Sementara panen total merupakan pemanenan secara keseluruhan yang biasanya dilakukan guna memenuhi permintaan dengan skala yang besar.
Pengangkutan ikan hidup dapat dilakukan dengan cara terbuka dan pengangkutan tertutup. Teknik pengangkutan yang sering digunakan di BBL Batam adalah pengangkutan terbuka. Pengangkutan terbuka lebih banyak digunakan untuk transportasi ikan konsumsi. Biasanya alat angkutnya berupa drum plastik atau bak fiberglass yang sudah diisi dengan air laut sebanyak ½ sampai 2/3 dalam perjalanan yaitu suhu sekitar 19 – 200C.

H. Pengendalian Penyakit Benih.
Penyakit yang menyerang benih kerapu macan adalah penyakit gatal dari jenis parasit Trichodina sp., ciri khas ikan yang terserang penyakit ini yaitu ikan tidak mau makan/respon pakan berkurang, menggosokan-gosokan badan pada dinding bak, sirip ikan rusak dan rontok. Selain disebabkan oleh parasit, juga disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila yang sering disebut penyakit merah. Gejala penyakit ini warna tubuh kusam/gelap, kulit kasat, dan eksis lendir, perdarahan pada pangkal sirip ekor dan bagian tubuh yang lain, dan sisik lepas/luka dan akhirnya menjadi borok.
Pengendalian dilakukan dengan cara benih direndam pada larutan acrivlafin dengan dosis 10-15 ppm selama 10 menit ppm selama 1 jam dan juga dengan perendaman air tawar 5-10 menit dengan melihat kondisi ikan. Perendaman disesuaikan dengan kondisi ikan yaitu ketika terlihat ciri-ciri penyakit yang telah disebutkan diatas. Perendaman dilakukan secara rutin 1 minggu sekali dan dihentikan ketika benih sudah terlihat sehat. Benih juga diberikan pakan yang telah dicampur Oxytetracylin (OTC) dosis 50 mg/kg pakan setiap hari selama 7-10 hari atau dilakukan perendaman dengan dosis 20-30 ppm selama 1 jam.
Pencegahan yang dilakukan yaitu menjaga kualitas air agar tetap baik dengan melakukan pergantian air setiap hari >200 % perhari, pemberian pakan dari ikan rucah segar, dan pemberian vitamin C dosis 1-2 gr/kg untuk meningkatkan ketahanan tubuh serta melakukan pemisahan ikan-ikan yang sakit dari yang sehat.
Diposkan oleh Dede Rahmat di 09.57

Tidak ada komentar:

Posting Komentar