Rabu, 25 Mei 2016

PENYAKIT UDANG:

PENYAKIT UDANG:


Salah satu faktor penyebab kegagalan dalam budidaya udang di tambak adalah karena serangan penyakit.Serangan penyakit yang paling berbahaya dan banyak menimbulkan kerugian bagi petambak adalah karena serangan virus (WSSV, TSV, YHD, IMNV, IHHNV). Serangan penyakit baru pada udang yang banyak menimbulkan kerugian bagi petambak di Indonesia antara lain:
–        < th 1990 : penyakit bakterial (insang merah, kunang-kunang)
–        Th 1989 : serangan MBV (Monodon Baculovirus), kunang-kunang
–        Th 1994 : serangan WSSV,
–        Th 2003 : serangan TSV,
–        Th 2006 : serangan IMNV, Mati Pelan-pelan
  Hingga saat ini penyakit masih dianggap sebagai penyebab kegagalan terbesar dalam budidaya udang di tambak. Keberhasilan dalam budidaya udang sangat tergantung pada 5 faktor yaitu :
–        Daya dukung tambak dan lingkungannya
–        Kualitas benur yang ditebar
–        Manajemen dasar tambak dan kualitas air
–        Kualitas pakan dan manajemen pakan
–        Manajemen kesehatan udang dan pengendalian hama penyakit
•             Penyebab kegagalan di tambak secara umum disebabkan oleh:
–        Serangan penyakit
–        Penurunan kualitas lingkungan
–        Kualitas benur
–        Manajemen budidaya yang tidak tepat
Definisi
Penyakit didefinisikan sebagai suatu keadaan fisik, morfologi, dan atau fungsi yang mengalami perubahan dari suatu kondisi normal karena beberapa penyebab.
Terbagi menjadi 2 kelompok penyebab yaitu :
–       Penyakit Internal
–       Penyakit Eksternal.
Penyebab Internal :
–                    Genetik
–                    sekresi internal
–                    Imunodefisiensi
–                    saraf
–                    metabolik
Penyebab Eksternal :
•                       Non Patogen
•                       Patogen
Penyakit Non-patogen
•            Disebabkan oleh faktor lingkungan
–       Suhu, (cuaca), plankton dan kualitas air lainnya (pH, zat beracun, kelarutan gas)
–       Keracunan oleh biotoxin dari plankton (Bluegreen algae dan atau dinoflagellata).
•            Disebabkan oleh nutrisi
–       Kekurangan nutrisi (vitamin, mineral, as lemak tak jenuh, dll)
–       Gejala keracunan pakan.
•           Soft shell syndrome
  Penyebab :
–       Kualitas air : goncangan salinitas tinggi, goncangan pH tinggi, alkalinitas rendah, kandungan fosfat rendah, dasar tambak terlalu kotor, polusi.
–       Kualitas pakan (kekurangan nutrisi tertentu)
Penanganan :
–       Perbaiki kualitas air (ganti air, probiotik, dolomite, SP-36)
–       Pembersihan dasar dengan sifon, pemberian zeolite dan probiotik)
•         Insang hitam
(black gill disease)
Penyebab :
–       Kotoran, bahan organik (lumpur) yang melekat pada insang.
–       Dasar tambak kotor, setting aerator tidak tepat.
–       Kualit air yang tidak stabil (sering terjadi kematian plankton)
Penanganan :
–       Ganti air secukupnya
–       Berikan probiotik
–       Perbaiki setting kincir
–       Kurangi pakan
•           Red disease
Udang berwarna kemerahan, kaki dan ekor  kemerahan, insang kemerahan.
Penyebab :
–       Kualitas air yang kurang baik (DO rendah, NH3, NO2-, Fe), bahan organik terlalu tinggi,
–       Kualitas pakan kurang baik (terlalu lama, berjamur)
Penanganan :
–       Berikan pakan berkualitas baik (baru)
–       Perbaiki kualitas air
•           Kram (cramped tail disease)
Udang kram saat anco diangkat atau udang dijala, udang mudah stress
Penyebab :
–       Goncangan suhu / salinitas tinggi
–       Perbedaan suhu (kualitas air antara dasar dan permukaan tinggi)
–       Kekurangan mineral tertentu.
Penanganan :
–       Operasikan kincir siang dan malam hari
–       Berikan vitamin (terutama vit C dan B)
–       Berikan mineral melalui pakan.
Emboli (Gas bubble disease)
Karena kelarutan gas dalam air lewat jenuh baik gas Nitrogen atau Oksigen
Bila karena Oksigen tidak menimbulkan kematian, tetapi bila karena N2, dapat menyebabkan kematian. 
•           Bercak hitam pada kulit
Ada bercak hitam pada permukaan kulit, bekas luka
Penyebab :
–       Udang sering lompat (tumburan) karena terlalu padat, kualitas air kurang baik, suspensi tanah
–       Infeksi bakteri.
Penanganan :
–       Perbaiki kualitas air
–       Hidupkan kincir siang-malam
–       Kurangi kepadatan
–       Lapisi tambak dengan plastik/HDPE, atau disemen
•           Toksin
Sumber pencemaran dari lingkungan : pestisida, herbisida, insektisida, logam berat,
Dari pakan : aflatoksin (dari pakan rusak atau kedaluwarsa)
Biotoxin : dari algae (blue green algae dan dinoflagellata).
•           Udang pucat (putih keruh),
kebiruan
Udang putih polos, pucat atau kebiruan
Penyebab :
–                    Suspensi tanah tinggi
–                    Kurang oksigen
Penanganan :
–                    Lapisi tambak dengan semen atau plastik HDPE atau pasir
–                    Kurangi padat penebaran.
•           Penyakit patogen
Bersifat parasit dan terdiri atas 4 kelompok :
•                      Penyakit viral
•                      Penyakit bakterial
•                      Penyakit jamur
•                      Penyakit parasitik
Karakteristik penyakit infeksi pada udang/ikan
–     Udang/ikan merupakan hewan air yang selalu bersentuhan dengan lingkungan perairan sehingga mudah terinfeksi patogen melalui air.
–     Pada budidaya udang/ikan, air tidak hanya sebagai tempat hidup ikan tetapi juga sebagai perantara bagi patogen.

•     Penyakit Viral pada Udang
•     IHHNV (Infectious Hypodermal and Hematopoietic Necrosis Virus)
•     TSV     (Taura Syndrome Virus)
•     WSSV (White Spot Syndrome virus)
•     YHV    (Yellow Head Virus)
•     HPV    (Hepatopancreatic Parvovirus)
•     MBV    (Monodon Baculovirus)
•     IMNV   (Infectious Myo Necrosis Virus)
•     PvNV / Nodavirus (Penaeus vannamei Nodavirus)
•     BMN    (Baculoviral Midgut gland necrosis)
•     LPV     (Lymphoidal Parvo-like Virus)
•     LOVV  (Lymphoid Organ Vaccuolization Virus)
•     LOSV  (Lymphoid Organ Spheroid Virus)
•     REO    (REO III dan REO IV)
•     RPS     (Rhabdovirus of Penaid Shrimp)
•     MoV     (Moyrillyan Virus)
•     BP       (Baculovirus Penaid)
•     IRDO     (Shrimp Iridovirus)
•     
IHHNV
Virus menyebabkan pertumbuhan  terhambat, sehingga terjadi perbedaan ukuran yang nyata dalam satu populasi Serangan bisa mencapai > 30% populasi). Multi infeksi dengan virus jenis lain. Banyak terjadi pada tambak yang menggunakan benur non SPF (induk lokal) Inang: Penaeus stylirostris, P. vannamei,P. occidentalis, P. californiensis, P. monodon, P. semisulcatus, and P. japonicus.
•          Histopatologis udang yang terinfeksi IHHNV
•          
TSV (Taura Syndrome Virus) 
Penyebab : virus taura (TSV) Inang : P.monodon, Fa.aztecus, Fa.duoderum, Fe.merguiensis, L.setiferus,L.stylirostris, L.vannamei Merupakan penyakit import (dari negara asal udang vaname Ujung ekor berwarna merah (warna ganda), disertai dengan adanya bercak hitam pada kulit, kulit lembek (lunak/keropos) Disertai kematian secara bertahap atau massal.
•          Perlakuan Bila sudah terdeteksi TSV
Umumnya penyakit viral tidak ada obatnya
Hanya bisa dicegah/diperlakukan dengan cara :
–        Hindari stress,
–        Jangan lakukan ganti air (sirkulasi),
–        Gunakan probiotik untuk memperbaiki kualitas air.
–        Kurangi pakan hingga 50%,
–        Berikan mineral, dolomite untuk mempercepat pengerasan kulit,
–        Berikan vitamin dan imunostimulan.
–        Udang dalam proses penyembuhan akan tampak bercak hitam, dan akan hilang setelah beberapa kali moulting.
–        Bila sembuh bersifat carrier.
•          TSV (Taura Syndrome Virus)
•         
 WSSV (White Spots Syndrome Virus)
Organ sasaran: midgut, jaringan ectodermal Inang : Crustacea secara umum (bangsa udang dan kepiting).
Tanda-tanda klinis :
•             Diawali dengan nafsu makan yang tinggi (saat awal menyerang th 1994), selanjutnya tidak mau makan.
•             Terdapat udang yang minggir ke pematang
•             Ada kematian di dasar, dalam waktu 3 - 7 hari udang habis
•             Terdapat bintik-bintik putih di carapace.
•         Tanda klinis infeksi WSSV
•           WSSV
•          Histopatologis Inclussion body intranuclear pada organ stomach
•         BP (Baculovirus Penaid) 
 Organ yang diserang hepatopancreas Inang : P. duorarum, P. aztecus, Trachypeanaeus similis, P. marginatus, P. vannamei, P. penicillatus, P. schmitti, P. paulensis, P. subtilis dan P. setiferus Sangat mematikan terutama pada tingkat hatchery Sedangkan pada pembesaran bersifat subacute atau chronis. Udang yang terserang nafsu makannya turun dan pertumbuhannya lambat.
•          HPV (Hepatopancreatic Parvovirus)
•          
MBV (Monodon Baculovirus)
Awalnya, tahun 1988-1990 merupakan penyakit yang sangat mematikan untuk udang windu. Selanjutnya, menyebabkan pertumbuhan udang lambat. Organ yang diserang adalah hepatopancreas. Hepatopancreas  pucat, menyusut, memadat.
•          Histologi organ HP yang terserang MBV
•          
YHD (Yellow Head  Disease)
Penyebab : Virus Yellow Head (YHV) Inang definitif: P. monodon; Palaemon styliferus dan Acetes (kerier); P. merguiensis dan Metapenaeus ensis, P. vannamei, P. setiferus, P. aztecus, , dan P. duodarum(experimental) Organ sasaran: lymphoid organ, hemolimph Tanda-tanda klinis : Bagian kepala berwarna kuning, hepatopancreas kuning, usus kosong / tidak makan dan disertai kematian masal. Dalam 3 hari kematian mencapai 100%.
•          Histopatologis infeksi YHV 
•          
Infectious Myonecrosis Virus (IMNV)
Ditemukan di Brazil 2002 


Gejala klinis: 
–       daging berwarna putih opaque
–       bagian ekor disertai warna kemerahan à udang rebus
•             Kematian akut 40-60%
•             Wabah terjadi:
–       stress fisik (panen)
–       stress lingkungan (suhu, salinitas) 
•             Diagnosa: gejala klinis, histologi & RT-PCR

•          Nekrosis Otot / Myo (IMNV)
•                       Penyebaran penyakit di Indonesia:
•                   Terdeteksi di Indonesia ( Situbondo, Jawa Timur) akhir Mei 2006
•                   Penyakit menyerang pada udang besar berumur 60 – 80 hari
•                   Kematian awal 7 – 15 ekor / hari
•                   Kepadatan tebar 130-170 ekor/m2
•                   Semua sampel tambak yang diambil tanpa tandon
•                   Sebagian besar tambak yang diambil sampelnya panen awal yaitu pada sekitar 90 hari dengan produksi 5,5 – 6,5 ton/petak dengan size 80 – 86

•          Pencegahan / Penanganan Kasus Mio
•             Yang harus diperhatikan :
–        Biasanya nafsu makan tetap tinggi, ada kematian secara bertahap. Pakan di anco selalu habis. Tetapi lama-lama cenderung turun/lambat karena ada pengurangan populasi.
•             Penanganan :
–        Bangkai udang harus diambil / dibersihkan tiap hari dari dalam tambak. Bangkai dikubur atau dibakar.
–        Turunkan pakan hingga 30 – 40% dari keadaan normal hingga kematian tidak ada (sedikit).
–        Berikan vitamin C dan imunostimulan secara terus menerus hingga kondisi udand normal (tidak ada kematian)
–        Kembalikan konsumsi pakan setelah kematian berhenti.
–        Jaga / perbaiki kualitas air, hindari pergantian air secara drastis.

Beberapa jenis penyakit-penyakit udang yang dijumpai akhir-akhir ini adalah :
WHITE SPOT (Bintik Putih) Penyakit inilah yang menjadi biang kerok banyaknya kegagalan panen petambak-petambak kita. Seranganya sangat cepat, dalam jangka waktu cepat atau beberapa jam saja udang bisa habis / mati. Dalam bahasa ilmiahnya disebut SEMBV (systemic ectodermal mesodermal baculo virus) penyebab penyakit white spot adalah Virus. Sedang inangnya adalah kepiting dan udang udang liar. Gejala penyakit white spot adalah :
* Jika udangnya masih hidup biasanya renangnya tidak teratur dipermukaan dan jika menabrak tanggul udang akan mati.
* Dipermukaan bagian carapace (cangkang)-nya dijumpai bintik bintik putih seperti panu, dan jika digores dengan kuku tidak dapat hilang.
* Udang sangat peka terhadap perubahan lingkungan, misalnya kalau turun hujan atau panas terik mereka langsung naik dan seperti udang stress dengan ciri-ciri seperti diatas.
karena penyebabnya virus maka tidak ada obatnya, Cara Penanggulanganya adalah dengan cara meminimalkan populasi kepiting dan udang udang liar agar tidak masuk ke tambak kita, sehingga yang harus diperhatikan adalah saat memasukkan air, hendaknya benar-benar hati-hati, dan sebisanya harus memakai filter air 0,5 ml rangkap 2-3.
BLACK SPOT (Bintik Hitam)
KOTORAN PUTIH / UDANG MENCRET biasanya tanda-tandanya bisa diketahui jika kita berjalan ke pojok tambak dan melihat arah angin yaitu di tempat kotoran-kotoran kumpul. Atau dalam bahasa ilmiahnya adalah WFD (White Feaces Disease) Tandanya adalah kotoran udang berwarna putih mengapung diatas permukaan air dan jika dipegang lembek seperti pasta gigi, kalau dilihat sepintas seperti benang yang putus-putus. Kondisi ini biasanya menandakan kalau dasar tambak dan perairan sudah sangat kotor dan pembentukan gas amoniak sangat tinggi. Cara pencegahanya adalah dengan mengganti air sebanyak-banyaknya  (tetapi usahakan secara perlahan-lahan) dan melakukan siphon / pengangkutan kotoran dasar tambak.
INSANG MERAH penyakit ini ditandai dengan terbentuknya warna merah pucat pada permukaan bawah udang atau sekitar insang. Kematian udang juga tidak secepat white spot, tetapi juga menghabiskan udang. Biasanya penyakit ini timbul karena pengolahan lahan yang jelek, Sehingga keasaman tanah sangat tinggi. Pencegahanya tentunya dengan melakukan pengolahan lahan dengan baik.
NEKROSIS



Penyebab : Virus YHV (Yellow Head Baculo Virus)

Gejala Klinis : Warna tubuh udang pucat, insang dan hepatopankreas berwarna kekuningan. Gejala klinis tersebut pada umumnya mulai tampak antara 50-70 hari setelah penebaran udang di tambak. Nafsu makan udang mula-mula meningkat dalam beberapa hari kemudian berhenti sama sekali.

Penanggulangan : Lihat upaya penanggulangan terhadap penyakit bercak putih.

Manajemen Kesehatan Udang
Upaya penanggulangan penyakit udang di tambak dapat dilakukan melalui :

Penggunaan benur yang prima

Benur sebaiknya berasal dari peneluran induk yang pertama atau kedua, dan berukuran seragam.
Bagian tubuh seperti rostrum, kaki jalan, dan ekor bentuknya normal; tanpa erosi ataupun kehitaman (melanisasi).
Bagian perut bersih, usus penuh pakan, ketebalan bagian perut.
Benur yang sehat berenang dengan posisi dengan posisi tubuh lurus, sangat responsif terhadap stimulir dari luar, dan berenang menentang arus ketika air diputar.
Bebas dari organisme penempel, relatif bebas dari infeksi Monodon Baculo Virus (MBV) – dapat dideteksi melalui keberadaan “occlusion bodies” secara mikroskopis yang menggambarkan ringan-beratnya infeksi.
Bebas dari infeksi bercak putih SEMBV yang dapat dideteksi secara dini melalui teknik Polymerase Chain Reaction (PCR). Cara lain juga dapat dilakukan melalui metoda skrining PL, yaitu benur ditreatment dengan formalin ± 200 ppm selama 1-2 jam. Melalui proses skrining ini, benur yang terinfeksi berat akan mati; sedangkan benur yang sehat akan tetap hidup dan siap ditebar ke dalam tambak.
Peningkatan kesehatan udang

Suplemen vitamin C dan astaxanthin dalam pakan untuk meningkatkan daya tahan udang terhadap serangan penyakit.
Imunisasi pada udang baik dengan pemberian vaksin maupun imunostimulan untuk meningkatkan kekebalan tubuh udang sehingga lebih tahan terhadap serangan penyakit dan akhirnya dapat meningkatkan kelangsungan hidup udang.
Penggunaan bakteri Probiotuk antara lain : Lactobacillus sp. strain nonpatogen, Bacillus S11.
Peningkatan kualitas budidaya
Perbaikan kualitas air dapat dilakukan dengan menggunakan prinsip bioremediasi yaiut penguraian limbah dengan menggunakan mikroba seperti Nitrosomonas, Nitrobacter dan Spirulina.

Pencegahan terjadinya infeksi dan kontaminasi patogen penyebab penyakit

Pencucian dasar tambak dilakukan 2 kali yaitu dengan cara menggelontorkan atau dengan cara mengisi tambak sampai ketinggian 30 cm, kemudian dibiarkan sehari semalam setelah itu dibuang sampai habis. Pencucian kedua dimaksudkan untuk membuang sisa-sisa penggelontoran pertama yang belum terbuang.
Menggunakan sistem tertutup (closed system), semi tertutup (semi-closed system) dan resirkulasi untuk mencegah pemasukan agen penyakit dari luar. Penggunaan peralatan tambak seperti alat sampling udang, tempat pakan, dsb, sebaiknta dipisahkan untuk masing-masing petak tambak.
Menggunakan filter biologis dan tandon baik untuk air laut maupun tawar.
Mencegah pemasukan hewan liar (udang, ikan, dll) yang dapat bertindak sebagai carrier.
Air bekas tambak (limbah) terutama dari tambak yang terserang wabah harus didesinfeksi terlebih dahulu sebelum dibuang agar tidak mencmari lingkungan sekitar dan mencegah penyebaran penyakit ke lingkungan sekitar.

Type Virus Yang Menyerang Udang

Diposkan oleh Abi Rizal Selasa, 26 Oktober 2010
Type Virus Yang Menyerang Udang
Jenis Virus
Virus-virus yang menginfeksi udang dapat dibagi lagi menjadi dua kelompok: mereka yang menginfeksi ektoderm dan mesoderm; dan yang menginfeksi endoderm dan hepatopankreas. Virus dari ektoderm dan mesoderm
• IHHNV (infectious hypodermal and hematopoietic necrosis virus) menyerang dan menyebabkan masalah berat di amerika;
• YHV (yellow head virus) sejak 1992 menyerang di thailand;
• SEMBV (systemic ectodermal and mesodermal baculovirus), dikenal juga WSBV (white spot baculovirus), 1994 menjadi pathogen serius di asia; da
• TSV (Taura syndrome virus) menyebabkan kematian tinggi di ecuador.
The viruses dar endoderm dan hepatopancreas meliputi :
• BP (Baculovirus penaei type);
• BMNV (baculoviral midgut gland necrosis type virus);
• HPV (hepatopancreatic parvovirus);
• MBV (Penaeus monodon-type baculovirus); and
• TCBV (type C baculovirus of P. monodon).

Di Thailand, YHV dan SEMBV menyebabkan paling serius masalah, sementara beberapa virus, seperti HPV, penyebab tidak nyata kerugian bagi petani. Teknik Tradisional untuk mendeteksi virus pada hewan berpenyakit telah oleh mikroskop cahaya (misalnya bernoda, sel-sel tergencet dari insang dll) atau dengan mikroskop elektron transmisi (TEM). Beberapa virus yang berhubungan dengan tubuh oklusi.

SEMBV, atau virus white spot, adalah lebih umum pada 15-90 postlarvae hari tua. Udang sering terkena tubuh merah dan hematoksilin dan eosin (H & E) pewarnaan biasanya menunjukkan inti bengkak. Virus yang tampaknya sangat mirip dengan, dan mungkin sama dengan SEMBV, adalah hadir di Cina, Jepang, India, Malaysia dan Vietnam. Virus ini juga dapat menginfeksi spesies lain dari krustasea.

A. Penyakit White Spot Syndrome (WSS) atau Penyakit Bercak Putih
Peyebab : White Spot Baculovirus Complex
Bio – Ekologi Patogen :
· Memiliki kisaran inang yang luas yaitu golongan udang penaeid (P. monodon, P. japonicus, P.chinensis, P.indicus, L Vannamei, dll) serta krustase air.
· Dapat menyebabkan kematian hingga 100% dalam beberapa hari, udang dapat menjadi carrier.
· Penularan umumnya terjadi melalui kanibalisme dan langsung melalui air, beberapa krustacae menjadi carrier
· WWSSV mampu bertahan dan tetap infektif diluar inang selama 4 – 7 hari
Gejala Klinis
Infeksi akut menyebabkan penurunan konsumsi pakan secara drastic
Lemah, berenang ke permukaan air, mengarah ke pematang
Tampak bercak putih di karapas dan rostrum
Kematian hingga 100% dalam 3 – 10 hari
Pengendalian :
Belum ada teknik pengobatan, stabilitas kualitas lingkungan yang diperlukan
Desinfektasi suplai air dan pencucian telur, nauplius guna mencegah transmisi vertical
Pemberian unsure instimulan
Polikultur dengan komoditas lain, misal nila
B. Penyakit Taura Syndrome (TS)
Penyebab : picoma-like RNA virus

Bio-Ekologi Patogen :
umumnya terjadi antara 14-40 hari pasca tebar di tambak, dengan kematian mencapai 95%. Apabila penyakit terjadi pada umur 30 hari pertama, infeksi berasal dari induk, apabila terjadi di atas 60 hari paska tebar, kemungkinan infeksi berasal dari media air.
serangan akut dapat menyebabkan kematian hinggaa 80-95%.
udang yang selamat akan mengalami fase kronis dan menjadi carrier
Gejala Klinis :
udang lemah, menolak pakan yang diberikan, dan udang sekarat mendekat ke pematang.
warna tubuh merah pucat, warna merah pada ekor lebih jelas
infeksi pada pernapasan
udang yang bertahan hidup akan memberikan tanda bercak hitam.
Pengendalian :
Belum ada cara efektif
menjaga kualitas lingkungan
sanitasi peralatan
C. Penyakit Infectius Hypodermal & Haemtopoietic Necrosis (IHHN)
Penyebab : Parvovirus

Bio - Ekologi Patogen :
Penularann dapat terjadi secara horizontal dan vertikal, transmisi IHHV relatif cepat dan efesien melalui luka akibat kanibalisme.
transmisi berasal dari ovari induk betina yang terinfeksi
udang akan akut pada umu 35 hari pemeliharaan
udang akan cadi carrier
pertumbahan tidak seragam
Gejala Klinis :
Nafsu makan menurun, pertumbuhan lambat
berenang di permukaan, hilang kesimbangan
bercak-bercak putih terutaa antara segmen eksoskeleton
udang sekarat umumnya berwarna merah kecoklatan
laju kematian 3-10 hari
D. Penyakit Infectious Myonecrosis (IMNV) atau penyakit udang rebus
Penyebab : toti-like virus (totiviridae)
Bio-Ekologi Patogen :
Kompleksi infeksi yang melibatkan lebih dari jenis virus, misal TSV bersama IMNV
tingkat kematian rendah tapi konsisten
Gejala Klinis :
Kerusakan pada otot daging
Catatan " semua pengendalian sama, menjaga kestabilan lingkungan lebih baik, dan menggunakan benur bekualitas serta bergaransi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar