Minggu, 10 Mei 2015

LEBIH DEKAT DENGAN IKAN BOTIA 

LEBIH DEKAT DENGAN IKAN BOTIA 
(CHROMOBOTIA MACRACHANTUS)


www.pusluh.kkp.go.id



Botia merupakan ikan dari famili Cobtidae. Jenis ikan botia tersebar di perairan utamanya daerah tropis. Diantara jenis ikan botia yang laku sebagai ikan hias adalah ikan Botia Badut, Botia Macan, Botia Morleti, Botia India dan Botia Myanmar. Sejak tahun 2004 ikan botia telah ditangkarkan di Loka Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar (LRBIHAT) di Depok. Sedangkan daerah yang sedang melakukan uji coba pengembangan budidaya ikan ini antara lain adalah Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias di Jambi, Pontianak dan Banyuasin. Bahkan untuk saat ini hasil pendederan di Kalimantan memiliki hasil yang lebih besar, hal ini dimungkinkan masih baiknya kondisi lingkungan sehingga mempengaruhi pembudidayaan ikan botia.

Pembudidayaan ikan botia yang dimaksud adalah proses dari pencarian induk, kawin suntik, penetasan telur, hingga pendederan. Pembudidayaan ikan botia biasanya dilakukan dengan cara kawin suntik. Tingkat keberhasilan pendederan ikan botia yang padat dalam satu akuarium /kolam sangat dipengaruhi oleh aerator. Ikan botia hingga saat ini cukup rentan pakan pellet. Resiko kematian akibat pemberian pellet mencapai 40 – 80%. Untuk itu, pakan utamanya adalah pakan alami berupa cacing dan udang, hal ini karena botia bersifat karnivora.

Ikan Botia yang berasal dari Indonesia adalah Botia Badut dan Botia Macan. Namun ikan Botia yang paling terkenal di kalangan hobiis, sangat laku di pasar ekspor dan nilainya terus meningkat dari tahun ke tahun adalah Botia Badut dengan nama spesies Chromobotia macrachantus. Nama daerah ikan botia adalah bajubung sedangkan nama dagangnya Clown Loach. Ikan ini berasal dari sungai-sungai di Sumatera bagian Selatan dan Kalimantan.

Bentuk ikan botia agak bulat memanjang dan agak pipih kesamping, badan tidak bersisik dengan mulut agak ke bawah (seperti torpedo) dengan empat pasang sungut diatasnya. Ikan botia berwarna kuning cerah dengan 3 garis lebar berwarna hitam (Satyani et al., 2007). Habitat hidupnya di perairan jernih dengan bebatuan dasar, sehingga ikan ini termasuk ikan dasar. Selain itu ikan ini juga merupakan nokturnal yaitu aktif mencari makan pada malam hari.



Klasifikasi lengkapnya adalah sebagai berikut; Kingdom: Animalia, Filum: Chordata, Kelas: Osteichtyes, Sub Kelas: Actinopterygii, Ordo: Teleostei, Sub Ordo: Cyprinoidea, Famili: Cobitidae, Genus: Chromobotia dan Spesies: Chromobotia macracanthus. Ikan botia hidup dalam kelompok mulai dari hulu hingga muara. Daerah penangkapannya di perairan yang trnang yakni rawa-rawa dan sungai bagian hilir. Penangkapan dilakukan dengan menggunakan bubu. Benih ikan botia umumnya ditangkap di “nursery ground” yaitu di tempat air pasang hingga ke hilir sungai dengan ukuran rata-rata 0,5 inchi. Ikan botia paling banyak ditemukan pada saat musim hujan yaitu sekitar bulan Oktober hingga Januari.

Banyaknya penangkapan di alam dan kekhawatiran terjadinya kepunahan ikan botia, maka sejak tahun 1987 Menteri Perdagangan telah melarang memperjualbelikan ikan botia berukuran > 15 cm karena diperuntukkan sebagi indukan. Dikhawatirkan jika penangkapan terjadi dalam waktu lama tanpa ada tindakan pengelolaan maka ikan botia di alam akan menjadi punah, untuk itu pembudidayaan menjadi sangat perlu untum ditakutkan.

Ikan botia asli Indonesia berwarna kuning dengan garis sebanyak tiga buah dengan warna hitam serta memiliki sirip dan ekor berwarna oranye. Ikan botia yang banyak disukai berasal dari Kalimantan karena memiliki warna yang cerah dibandingkan botia dari Sumatera. Perairan Sumatera yang agak tercemar menjadi salah satu indikasi buramnya warna ikan botia. Untuk meningkatkan kualitas warna dapat dilakukan dengan upaya pemberian suplemen makanan. Warna ikan botia lama kelamaan akan memudar seiring bertambahnya usia. Warna ikan ini akan memudar saat ukurannya kurang lebih 11,5 inchi. Oleh sebab itu, penjualan ikan botia biasanya dilakukan saat berukuran 1 – 2 inchi yang ketika warnanya mulai terlihat cerah.

Ikan botia yang banyak diperdagangkan adalah berukuran 0,5 – 2 inchi, sedangkan untuk ekspor biasanya berukuran 2 – 4 inchi. Untuk ikan botia berukuran > 15 cm tidak boleh diekspor karena diperlukan untuk menjadi indukan. Adapun syarat mutu ikan botia untuk diperdagangkan adalah memiliki nilai organoleptik minimal 7, dengan penilaian organoleptik sesuai SNI 2346:2011. Sedangkan media air sesuai standar mutu yang dibutuhkan oleh ikan botia memiliki suhu 24 – 30 ‘C, pH 6,5 – 7, oksigen terlarut > 3 ppm, Amonia maksimal 1 ppm, Nitrit maksimal 0,2 ppm dan Nitrat maksimal 50 ppm (Rancangan Standar Nasional Indonesia, BSN).

Usaha ikan botia saat ini lebih banyak pada level pengumpul , pedagang eceran hingga eksportir. Hal ini karena pemenuhan permintaan ikan Botia didominasi dari alam, sehingga kontinyuitas ketersediaannya tidak dapat diprediksi dengan tepat. Harga jual ikan botia masih sangat dipengaruhi oleh musim. Saat musim botia di alam melimpah, biasanya terjadi pada musim hujan yaitu sekitar bulan Oktober hingga Januari, harga ikan botia hanya Rp. 2.000 – Rp. 6.000 per ekor, sedangkan pada saat ikan jarang ditemukan, harga ikan botia dapat mencapai Rp. 15.000 per ekor.

Hingga saat ini belum ada asosiasi yang khusus menangani ikan botia. Sedangkan peran pemerintah untuk ikan botia yang sedang diusahakan saat ini adalah Pembudidayaan Ikan Botia di instansi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), dikarenakan ketersediaan ikan botia di alam sangat terbatas sehingga tidak dapat mencukupi permintaan pasar. Berdasarkan undang-undang prrdagangan satwa dan tumbuhan yang dilindungi, ikan botia termasuk dalam komoditas CITES 2 atau sumberdaya yang jika tidak dilindungi kelestariannya akan mengakibatkan kepunahan dalam jangka waktu tertentu. Oleh karena itu, untuk menjaga kelestarian ikan hias di Indonesia terutama ikan Botia, mari kita jaga keberadaannya dengan cara pembudidayaan yang bertanggung jawab. (NDK108)

Sumber: Rancangan Standar Nasional Indonesia 3. Ikan Hias Botia (Botia spp). Syarat Mutu dan Penanganan. ICS 67.120.30 BSN.

Satyani D., Sudrajat A., dan Sugama K. 2007. Teknologi Pembenihan Ikan Hias Botia (Chromobotia macrachantus Bleeker). Jakarta. Loka Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar.





Kontributor:

Ni Putu Dian Kusuma


Penyuluh Perikanan Pada BBAT Tatelu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar